Tidur Bersama

1153 Kata
"Ini kopinya, Capt Danu. Selamat menikmati." Annisa tersenyum lebar menyapa Danu dengan ramah. Ucapan dan sikap Annisa pada Danu membuat Aditya terbakar cemburu melayangkan protes padanya. "Eh, bentar. Kenapa tadi pas ngasih kopi buat saya kamu ngasihnya enggak pake senyum dan kata-kata selamat menikmati?" d**a Aditya masih bergemuruh melihat Annisa yang bersikap baik pada Danu. "Oh, Capt mau juga diucapin gitu? Selamat menikmati," ucap Annisa sambil tersenyum dan berkata dengan ramah. "Ah, udah basi karena udah lewat," jawab Aditya singkat. "Ya sudah sana kamu balik kerja lagi." Annisa memutar bola mata, merasa sedikit kesal mendengar ucapan Aditya. "PMS kali tuh orang," sungut Annisa saat sudah keluar dari kokpit. "Kamu kenapa, Nis?" tanya Nadia ketika melihat wajah Annisa berubah kesal setelah muncul dari kokpit. "Oh, biasa, Nad. Ya udah kerja lagi." Annisa mendorong Nadia ke bagian depan pesawat untuk bersiap-siap. "Eh, Nis. Temennya Capt Aditya tuh yang terkenal playboy itu kan? Capt Danu-Danu itu?" "Ssttt ... udah kerja dulu, ntar lagi gosipnya." Annisa meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. "Oh iya." *** Malam harinya selesai jadwal penerbangan hari ini, semua kru sudah berada di hotel untuk beristirahat. Tukang Maksa Ke kamarku sekarang! Kamar 10001. Annisa Kenapa Capt? Ada masalah apa ya? Tukang Maksa Ada masalah penting. Cepetan ke sini. Annisa Iya, tunggu sebentar. Annisa berdecak kesal, "Selalu aja begitu." Annisa mengganti pakaian, sebelumnya dia mengenakan piyama tidur, tetapi karena ada panggilan dari Aditya dia segera mengganti pakaian. Daripada mendapat omelan dari Aditya. "Kamu mau ke mana, Nis? Kok pake baju rapi gitu?" Nadia yang baru saja keluar dari kamar mandi merasa penasaran melihat Annisa yang berganti pakaian dengan dress panjang. "Aku mau keluar dulu sebentar, nyari obat sakit perut. Kamu di sini aja, istirahat." "Kasian kamu, cepat sembuh ya. Yah, padahal aku baru aja pengen ngajak kamu lanjutin obrolan kita tadi pagi." "Iya, makasih doanya. Udah ntar aja, tunggu aku balik dari luar ya. Bye, Nadia." Annisa bergegas meninggalkan kamar, menuju kamar Aditya. Naik lift ke lantai 10, lalu mencari kamar nomor 1001. Tiba di depan kamar, Annisa mengetuk pintu. Kemudian Aditya menyuruhnya masuk kamar. Annisa duduk di kursi yang ada di kamar itu. Sedangkan Aditya duduk di tepi ranjang. "Malam ini, kamu tidur di sini. Eh enggak, pokoknya selama jadwal terbang bersama Capt Danu, setiap malam kamu tidur di sini. Ingat ini perintah." Aditya berkata tegas pada Annisa. Mata Annisa membulat. "Sebentar, Capt. Kenapa saya harus tidur di sini? Saya sudah ada kamar sendiri bareng Nadia. Terus apa hubungannya ama Capt Danu?" Annisa tidak terima dengan keputusan Aditya. "Karena saya khawatir kamu akan diganggu oleh Danu." Aditya berkata dengan wajah serius. "Enggak mungkinlah Capt Danu gangguin saya. Sampai jam segini aja dia enggak ada telepon atau SMS saya." "Yah, kalau malam ini dia enggak ada teman tidur, bisa-bisa kamu yang diajak." Bagaimana pun Annisa menyangkal jika Danu tidak akan mengganggunya, Aditya tidak akan pernah memahami hal itu, karena dia tidak tahu jika Danu adalah paman Annisa. "Sudah Capt. Buang jauh pikiran negatif itu, Capt Danu enggak akan ganggu saya. Kalau alasan Capt manggil saya karena itu? Saya pamit dulu, saya enggak enak dengan Nadia. Capt tenang aja, saya bisa mengatasi Capt Danu. Permisi." Aditya menahan langkah Annisa dengan merentangkan kedua tangannya untuk menghalangi langkah Annisa. Malam ini Annisa harus tidur di kamar itu agar dia bisa melihat dengan matanya sendiri jika Danu tidak akan mengganggu Annisa. Dia harus memberikan pengertian lagi pada Annisa. "Duduk dulu ya. Biar saya jelaskan supaya kamu paham sama apa yang saya maksud." Annisa duduk kembali ke kursi yang tadi. Aditya pun kembali duduk di ranjang menatap Annisa. "Kalau kamu tidur di sini, saya bisa pastikan Danu enggak akan ganggu kamu, kan? Kalau kamu tidur di kamar sana, saya enggak bisa lihat kamu gimana, terus enggak bisa bantuin kamu. Sekarang paham kan?" "Saya ngerti apa yang Capt khawatirkan itu, tapi saya bisa menjamin Capt Danu enggak akan ganggu saya." "Itu enggak mungkin, Nisa. Enggak mungkin, saya tahu betul Danu itu siapa dan gimana orangnya." Annisa mengusap wajah dengan kasar. Dia pikir tidak ada gunanya berdebar dengan Aditya, karena ujungnya tetap dia yang harus mengalah. "Ya sudah deh, Capt. Saya ngalah, malam ini saya tidur di sini. Nanti saya cari alasan aja sama Nadia biar dia enggak nyariin saya. Tapi besok pagi sekali saya harus kembali ke kamar." Aditya menghela napas lega, "Nah, kalau setuju dari awal kan kita enggak perlu debat kayak tadi. Ya sudah kamu tidur di sofa, saya tidur di ranjang." Aditya memberikan bantal pada Annisa. "Saya enggak boleh tidur di ranjang, Capt? Saya juga kan butuh istirahat. Enggak cuma Captain aja." "Saya capek. Mau tidur duluan, tempat tidur di sini cuma ada satu. Jadi kamu aja yang tidur di sofa." Aditya segara naik ranjang, mengambil posisi tidur dan memakai selimut. Dia pejamkan mata agar bisa tidur lebih cepat. "Dasar seenaknya aja, dia yang nyuruh tidur di kamar ini, dia enggak ngasih tempat tidur yang nyaman," gumam Annisa. "Saya denger kok kamu ngomong apaan." Annisa putuskan untuk diam dan mengirimkan pesan pada Nadia, jika dia bertemu saudara saat akan membeli obat, dan dia diajak menginap karena jarang bertemu. Annisa tidak bisa menolak, sehingga mau tidak mau dia harus menginap dan akan kembali sebelum subuh. Nadia tidak masalah dengan keputusan Annisa. Dia harap Annisa tidak terlambat kembali ke hotel. Annisa merebahkan tubuhnya di sofa. Ukuran sofa itu lebih pendek daripada tinggi badannya. Namun, tetap dia paksakan untuk tidur di sana. Yang terjadi pada Annisa, dia hanya sibuk memutar badan ke kanan dan ke kiri untuk mencari posisi yang nyaman. Akhirnya dia tetap tidak bisa tidur. Annisa menatap Aditya yang tidur nyenyak di ranjang. Dia bangkit dari sofa, mendekati ranjang, meletakkan guling di tengah ranjang, memberikan batas. Perlahan dia naik ranjang, merebahkan tubuh di sana. Kemudian dia tidur membelakangi Aditya. Lama-lama Annisa tertidur di ranjang bersama Aditya. Tanpa Adit dan Nisa sadari selanjutnya, posisi tidur mereka sudah berubah. Dari yang awalnya mereka tidur dengan posisi saling memunggungi, berubah menjadi tidur saling berhadapan dan saling memeluk. Tepat jam 1 malam, Danu masuk ke kamar hotel tempat Aditya menginap. Dia masuk menggunakan kartu akses cadangan yang dia dapatkan dari resepsionis bawah dengan berbagai alasan sehingga bisa membujuk resepsionis memberikan kartu akses untuk masuk kamar Aditya. Danu masuk dengan perlahan, sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Lampu kamar dalam posisi mati. Dia membawa kue ulang tahun untuk memberi kejutan pada Aditya. Pertama dia letakkan dulu kue itu di meja terdekat sebelum dia membangunkan Adit. Danu berjalan perlahan mendekati ranjang. Namun, dia terkejut melihat pemandangan yang ada di hadapannya sekarang. Aditya sedang tidur dengan seorang perempuan , tetapi karena gelap, Danu tidak bisa mengenali wajah perempuan itu. Danu mencari stop kontak, kemudian menyalakan lampu. Setelah lampu menyala, terlihat jelas wajah perempuan yang tidur bersama Aditya adalah Annisa keponakannya sendiri. Dia kembali mendekati ranjang untuk memastikan jika dia tidak salah lihat. Danu mengucek mata agar penglihatannya lebih jelas. "Bener kok itu memang Annisa, tapi ngapain dia tidur di sini bersama Aditya?" batin Danu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN