Siva masih tertegun setelah Gio memintanya untuk menjadi istrinya. Dia tak tahu harus menjawab apa. Lidahnya terasa kelu dan bibirnya seakan sulit untuk bicara. Hingga usapan lembut tangan Ibu pada lengannya membuyarkan lamunan gadis itu. Kemudian beliau membantu putrinya beranjak dari tempat duduknya. Kedua tangan Siva menggenggam erat gamis yang dipakainya hingga lecek. Dia tidak hanya gugup namun rasanya seperti ingin pingsan. “Ucap Bismillah dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Nak Gio ya—” ujar Ibu dengan lembut. Setelah itu, beliau kembali duduk dan membawa Naura ke dalam pangkuannya. Tidak ada yang bicara, suasana ruang tengah kediaman Bapak terasa sunyi, semua orang sedang menantikan jawaban Siva dengan harap-harap cemas. Sementara Gio masih menatap lekat gadis yang dicintain

