"Saat satu per satu misteri itu terkuak membuatku semakin menyakini bahwa akulah yang harusnya pergi." ❣❣❣ "Bukan kamu yang membuat ayahku meninggal, Pol. Saat itu, aku yang memilih untuk menyelamatkanmu. Ayahku juga sama. Beliau sendiri yang memilih datang dan menyelamatkan aku. Itu pilihan kami, bukan kamu," ungkap Die dengan air mata yang membasahi pipi. Tanganku bergerak menyeka air mata Die. Bibirnya memang menunjukkan sebuah senyuman tetapi hatinya pasti sangat terluka. Die baru saja menceritakan sebuah kisah yang menyedihkan, tentu luka lama itu kembali muncul ke permukaan. Walau dia nggak menyalahkanku, aku jadi semakin yakin bahwa akulah penyebab penderitaan Die. Aku yang telah membuat semuanya menjadi seperti ini. Semua adalah salahku. "Maafkan aku, Die. Seandainya kamu nggak

