"Sayatan panas memanjang yang membuat kulit punggungku melepuh adalah bukti, kalau dia mengharapkan aku mati." ❣❣❣ Aku membunuh ayahku, Pol. Perkataan Die terus-menerus tergiang-giang di telingaku. Sebenarnya, aku sudah tahu soal itu dari Life sebelum Die mengatakannya padaku. Hanya saja, rasanya berbeda saat mendengarnya langsung dari mulut Die. Aku yang awalnya ragu, menjadi termangu. Karena menyadari kalau pernyataan itu adalah kebenaran, bukan bualan. Jika benar Die sudah membunuh ayahnya, mengapa ayahnya masih melindungi tubuh Die? Kenapa? Apa ini karena insting orang tuanya? Ah, entahlah. Aku sungguh nggak mengerti. "Kenapa, Die?" Pertanyaan itu membuatku menoleh, menatap Tsabit yang pagi ini sedikit mengubah tatanan rambutnya. Cowok itu baru datang dan sedang berjalan mendeka

