“Kamu maunya apa sih, Liona?” Liona melawannya mengobrol sambil mengupas buah. “Aku nggak mau apa-apa. Cuman kan harus jaga jarak sama kamu.” “Sejauh itu kamu menolak kehadiranku?” Liona menghela napasnya dan meletakkan pisau itu di atas piringnya. “Aku sudah pernah bilang sama kamu. Hubungan kamu cuman sama anak-anak. Nggak ada kaitannya sama aku.” “Tapi aku mau dekati kamu. Aku mau menikahi kamu.” Liona menggeleng dan mereka berdua saling tatap. “Kalau dulu, aku mungkin akan pertimbangkan ucapan kamu, Xavier. Setelah semuanya terjadi, aku juga sudah bisa cari uang sendiri. Mudah banget bagi aku untuk nafkahi mereka berdua. Nggak butuh pasangan hidup saat ini.” Xavier merasa kehilangan akal sehat pagi ini. Dia tidak mungkin bisa berdebat melawan Liona pagi ini di depan anaknya