Devan masih di ruang tengah bersama dengan Liona. Dari tadi hanya senang melihat ekspresi Liona yang sesekali terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Devan. Pria itu menghela napasnya. “Kamu kenapa, Liona?” “Nggak apa-apa.” “Ini beneran nggak apa-apa atau kangen?” Liona menatapnya dengan tajam. “Nggak tuh.” “Biasalah perempuan. Mau bilang kangen gengsi, nggak diungkapin kepikiran. Nanti ujung-ujungnya nggak bisa tidur.” Liona meletakkan toples kue dengan keras di atas meja. “Aku bilang nggak ada ya kangen segala sama dia. Buat apa juga aku kangen sama orang yang nggak ada tanggung jawab sama sekali ke anak-anak aku.” Devan mengangguk seolah tidak tahu apa-apa tentang wanita. Devan beberapa kali jalin hubungan dengan beberapa wanita dulu. Ada yang tingkahnya seperti Lio