Bag 7

1240 Kata
'Habis sudah aku sama si tukang intimidasi!' lirih Alea di dalam hati merutuki nasibnya sendiri. Alea masih terdiam kaku dengan jantung berdebar tanpa tahu harus menjawab apa. Ditambah lagi Alea sedikit terpesona oleh senyum kemenangan yang di perlihatkan Dino saat ini. Sedikit? Yang benar saja! Alea sepertinya sangat terpesona oleh senyum yang diperlihatkan Dino. Sampai jantungnya berdebar tak karuan. Apanya  yang sedikit?! Rutuk Alea di dalam hati. Alea baru menyadari jika Dino memiliki lesung pipi di kedua sisi wajahnya yang menambah kadar ketampanan pria ini. Lesung pipi yang sama yang dimiliki oleh Ardhito Danudirja selaku Papi pria arogan ini. Belum lagi warna kulit yang sedikit gelap yang terkesan seksi dan maskulin walaupun tak segelap sang kakak tertuanya yang merupakan CEO di perusahaan Danudirja Furniture. "Heh, cewek cerewet! Lo masih mau bohongin gw?!" tanya Dino mengintimidasi sambil kembali memajukan tubuhnya agar mendekat ke arah Alea. Tubuh Alea refleks memjauh karena terlalu terkejut dengan pergerakan Dino yang saat ini menatapnya tajam dan menyelidik. "Kalau lo masih mau bo..." "Saya ngaku, Pak, kalau saya orang yang Bapak maksud!" ucap Alea sedikit kencang sambil menutup kedua matanya karena terlalu takut dengan tatapan Dino yang menusuk. "Tapi tolong bapak jangan nyuruh Pak Ardhito buat pecat saya, Pak. Lagi pula kan saya sudah menyelesaikan jam kerja saya, jadi seharusnya gak masalah kan kalau saya kerja disini?" cerocos Alea kembali namun masih betah menutup matanya. Bahkan kini kedua tangan gadis itu meremas rok mininya sendiri karena sepertinya Alea benar-benar takut jika Dino meminta sang Papi memecat gadis cleaning service ini dari Perusahaan keluarganya. Dino memperhatikan dengan seksama wajah penuh make up Alea yang bersih tanpa cela yang artinya tak ada satupun jerawat yang nangkring di wajah itu. Bentuk alis lurus namun tidak terlalu tebal yang biasa dimiliki artis korea. Bulu mata lentik serta tahi lalat di sudut bawah mata sebelah kanan yang selalu menggoda Dino untuk menyentuhkan tangannya ke sana.Hidung mungil namun menggemaskan serta Bibir sedikit tebal yang biasanya terlihat merah alami, kini tersamar oleh menornya lipstik merah menyala yang di gunakan Alea. Oh… Dan Dino baru menyadari jika gadis didepannya ini memiliki belahan dagu yang membuatnya terlihat sangat menarik. Sial!! Dino sepertinya benar-benar terpesona oleh gadis sederhana yang saat ini terlihat jauh dari kata sederhana karena penampilannya yang terlalu berani. Dino berusaha meredakan detakan jantungnya yang sungguh sangat sial sekali berdetak tak normal. Padahal kan dia hanya memperhatikan wajah Alea bukannya melakukan 'sesuatu' yang bisa membuat Alea mendesahkan namanya. 'Sesuatu' yang bisa memuaskan hasr... "Arrgghhh!! b******k!!" maki Dino tepatnya pada diri sendiri karena bisa-bisanya hampir berfikiran m***m saat ini. Alea langsung membuka mata terkejut karena ucapan kasar Dino. "sa-saya b******k kenapa pak?" tanya Alea takut-takut. Alea memperhatikan rahang kokoh Dino mengeras, dan bibir tipis namun lebar yang dimiliki pria ini terlihat bergerak seperti siap kembali mengumpat. Namun umpatan sepertinya tak kunjung keluar, malah kini pria itu menghembuskan napasnya kasar. "Gw gak ngatain lo! " sungut Dino namun mengalihkan pandangan kearah lain sambil berkacak pinggang. Dino takut jika dirinya benar-benar lepas kendali apalagi setelah melihat mata jenis rounded eyes yang dimiliki Alea, membuat Dino benar-benar tidak tahan untuk... Untuk menciu... "F*ck!" umpat Dino tanpa sadar lalu pria itu membalikkan tubuhnya membelakangi Alea dan menyugar rambutnya sendiri dengan sebelah tangan. Alea semakin tak mengerti mengapa Dino Lagi-lagi berkata kasar. "Pa-Pak? Ba-bapak kenapa?" tanya Alea ragu dari balik punggung Dino dan mencondongkan sedikit kepalanya ke sampai tubuh Dino. "Lo... Lo sebaiknya cepet anter pesanan gw! Gw haus!" perintah Dino kaku lalu pria itu berjalan pergi menjauhi Alea sambil sesekali kembali menyugar rambutnya frustasi. "b******k banget otak gw! Kayaknya gw harus keramas berkali-kali pulang dari sini biar pikiran gw gak kotor kayak taman kota habis dipake tahun baru-an!!" "Pak! Bapak gak akan minta pak Ardhito mecat saya kan, Pak?" Dino terlonjak kaget sampai langkahnya terhenti ketika ternyata Alea sudah berada di belakangnya. Sepertinya gadis ini mengikuti langkah Dino. Dengan mencoba menahan dorongan hasrat antara ingin mencium namun juga pada saat yang sama ingin menjitak kepala gadis ini, Dino membalikkan tubuh ke arah Alea yang juga sudah berhenti melangkah. Lagi-lagi Dino terpaku oleh bentuk mata itu, bentuk mata yang juga dijuluki puppy eyes. "Tolong jangan pecat saya, Pak..." mohon Alea dengan wajah memelas. "Lo... Lo bisa pergi gak!" "Ba-bapak beneran niat mecat saya di perusahaan itu? Saya udah satu tahun lebih, Pak, kerja di situ, dan saya gak pernah sekalipun bolos kerja. Di saat yang lain masih belum datang buat kerja, saya selalu datang lebih awal. Jadi... Tolong Bapak pertimbangkan lagi kalau mau memecat saya, Pak. Saya itu pekerja keras loh, Pak, di..." "Pergi sekarang sebelum gw bener-bener nyuruh Papi buat mecat lo!" ucap Dino sambil memasang senyum yang dipaksakan dan jangan lupakan tatapan tajamnya. "Hah?" "Pergi, Nenek Cerewet! Bawa pesanan gw ke sini karena gw bener-bener ngerasa kegerahan sekarang!" "I-itu..." "Gw gak akan bilang apapun sama Papi asalkan lo pergi sekarang juga dari hadapan gw!" desis Dino tak sabar. "Bapak janji ya jangan bilang sama..." "Astaga!! Gw janji!! Janji!!" erang Dino kembali setengah frustasi. Tidakkan Alea sadar jika Dino sudah hampir tidak tahan lagi menyerang bibir cerewet gadis ini?? Alea langsung melebarkan senyumnya mendengar ucapan Dino. Hatinya lega luar biasa setelah mendengar janji Dino. "Pesanan Bapak akan segera datang!! Selamat menikmati malam ini ya, Pak. Semoga malam Bapak indah..." ucap Alea dengan senyum sumringah yang terlihat sampai mata. Dino hampir saja terhipnotis oleh senyum itu kalau saja Alea tak langsung berbalik pergi menjauh dari hadapannya. "Malam gw indah karena ngeliat senyum lo, Nenek Cerewet..." monolog Dino tanpa sadar namun langsung menggelengkan kepalanya guna menghalau kata-kata romantis yang keluar dari bibir tipis namun lebar yang dia miliki itu. "Ck!! Kampret banget tuh cewek! Hampir aja gw muntah gara-gara kalimat yang barusan gw keluarin!" Dino bergidik geli karena dirinya memang bukanlah tipe pria romantis seperti Aa dan suami dari tetehnya. "b*****t! Tu cewek susah banget ditangkepnya!" "Udahlah cari yang laen aja sih! Lo dari kemaren ngincernya dia mulu!" "Cw penasaran pengen coba si Rysa beneran perawan ato bukan kayak yang dibilang orang-orang! Kalau sampai dia udah gak perawan, berarti tu cewek cuma sok jual mahal aja selama ini! " Dino menegang mendengar nama samaran Alea disebut oleh seorang pria yang baru saja berjalan melewatinya bersama teman-teman pria itu. Tanpa sadar, Dino mengeraskan rahang sambil memperhatikan punggung pria tadi yang sepertinya melangkah ke arah dance floor di klub malam ini. Pandangan Dino kembali beralih ke arah Alea yang saat ini sedang tertawa bersama seorang pelayan wanita dan bartender di balik meja bar yang tak jauh dari tempat Dino berdiri. Beberapa saat Dino memperhatikan interaksi Alea pada pelayan wanita itu yang sepertinya dekat dengannya sampai ketika Alea mengedarkan pandangan mata ke sekeliling klub malam, pandangan mereka tak sengaja bertemu. Dengan tersenyum sumringah, Alea melambaikan tangannya ke arah Dino, lalu mengangkat gelas berisi orange jus yang baru saja diletakkan sang bartender ke atas nampan seolah mengatakan jika pesanan pria itu akan segera datang. Dino hanya membalas dengan anggukan singkat, lalu membalikkan tubuh untuk kembali bergabung bersama teman-temannya. "Kenapa sih lo kerja di tempat ini?!!" desis Dino tajam sambil mengepalkan kedua tangannya. Entah mengapa, Dino sangat ingin meninju pria tadi yang seolah merendahkan Alea dan seketika Dino ingin melindungi gadis yang sempat berseteru dengannya itu. Jiwa posesifnya seakan-akan muncul dengan sendirinya. Eh… Posesif??!! Apa-apaan!!! "Gw bukan lagi cemburu! Tapi gw cuma gak suka tu cewek polos diincar para hidung belang di sini! b******k!" umpat Dino frustasi. "Awas aja kalau tu cowok macem-macem!" monolog Dino untuk kesekian kalinya tanpa sadar dengan rahang mengeras sempurna.  ***  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN