Habis lelah terbitlah kantuk, itu yang Kalia dan Langit rasakan, mereka terlelap, berdua, bisa kalian bayangkan posisi mereka saat ini. Kalia rebah di sofa dengan kepala beralaskan bantal hidup nan alot, tetapi nyaman sekali rasanya. Benar, bantal itu adalah paha Langit. Sedang Langit sendiri tidur sambil duduk bersandar di sofa yang sama dengan kalia, tangannya bersedekap. Dua kaki Langit terbuka cukup lebar, yang satu Kalia fungsikan untuk bantal tidurnya. Entah berapa jam mereka begitu, entah akan sepegal apa tubuh Langit, yang jelas Kalia terbangun lebih dulu, mengerjap-erjap, menggeliat. Di mana gerak tubuhnya sukses membangunkan Langit di sana. "Jam berapa, ya, ini?" tanya Kalia sambil terduduk. Dilihatnya Mas Langit meregangkan tubuh, menguap, lalu menoleh ke samping. "Jam satu