Oh, ternyata cuma mimpi. Selat mengerjap, dia tidur tengkurap, kepala menghadap pintu kamar dan barulah Selat sadar, kok, suasana ruangannya berbeda? Kamar yang biasa Selat tempati di rumah Ana nggak kayak gini. Oke, mengerjap sekali lagi. Selat pun mengarahkan posisi kepala ke sisi satunya, yang mana detik itu Selat tersentak. Wajah Ana tepat di depannya. Hal yang lebih mengejutkan lainnya, ada something yang begitu banyak jejak-jejak kemerahan di atasnya, mengintip dari balik selimut yang agak melorot. Fix, bukan mimpi. Selat tenggelamkan wajah sepenuhnya di bantal, sejenak saja, mencoba merasakan desir berbeda di tubuhnya, pun debar menyenangkan di hati. Ini sangat ... luar biasa! Selat ganti posisi, dia telentang sekarang, menatap plafon kamar Ana. Sejenak, Selat melirik Ana lagi.