Extra Part 20: Garis Sejajar

1431 Kata

"Alu, nanti malem boleh, gak, aku main?" Sepulang dari acara perkumpulan di rumah Semesta, besoknya Selat bilang begitu. "Temen-temen aku ngajakin futsal. Udah lama kami gak kayak gini. Boleh?" Ana sedang mencuci piring habis makan. Akhir-akhir ini memang nafsu makannya meningkat, bahkan nafsu buat nananina dengan Selat juga bertambah. Bawaannya pengin disentuh terus. Apa karena sudah cinta, ya? Eh? Oke, fine. Ana akui, dia mencintai pria ini. Hanya saja, tak berani Ana kumandangkan. Cukup dengan tingkah laku yang sering cemburu, sering minta dimanjain begini dan begitu. "Kapan?" "Nanti malem." "Tepatnya jam berapa? Terus pulangnya juga mau jam berapa? "Jam delapan sampe jam sepuluh paling, kurang lebih." Ana mempertimbangkan. "Boleh, kan, ya? Boleh, dong? Mumpung belum ada anak

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN