8. Paket Misterius lagi

1557 Kata
Sesuai permintaan aneh dari pelanggan menyebalkan itu. Velda mulai mendayung sepedanya melawan sinar matahari yang panas telah menjelang siang itu. Belum lagi macet ada di mana-mana berderetan baris sejajar menanti lampu merah menjadi hijau. Butiran keringat telah turun dari jajaran kulit putih yang merona merah muda itu. Masker masih dia pakai untuk menghindari asap knalpot dan polusi debu bangunan yang tengah dikerjakan. Lima menit kemudian Velda sampai di tempat lokasi pelanggan tetap Pabrik Pakan Ternak. Dia masuk mendorong sepedanya satpam di pos tidak terlihat mungkin jam makan siang. Ya pastilah sudah waktu istirahat seharusnya dia juga nangkring di warung Nenek Anik. Masuk ke dalam, meletakkan paket bungkusan tepat di depan meja informasi. Topinya tidak dia buka lagi sudah gerah dan panas apalagi masker penutup mulut, masih terasa gatal pada tenggorokannya. "Mbak Velda ya?" tanya lelaki duduk di informasi itu menunjukkan diri pakai pulpen. Velda mengangguk kepalanya, lalu lelaki yang tidak diketahui namanya mulai menelepon seseorang. "Siang, Pak, sesuai pesanan Bapak paketnya sudah datang ... iya Pak ... benar..." Velda berdiri memperhatikan lelaki tengah menelepon kemudian dia berdiri dari duduknya mempersilakan Velda untuk ikut dengannya. "Silakan, Mbak, ikut dengan saya," sambutnya ramah dan sopan. "Mau ke mana? Aku hanya antar paket ..." "Saya mengerti, Mbak. Tapi atasan saya ingin bertemu langsung dengan mbak Velda," potongnya tidak beri kesempatan untuk Velda melanjutkan kata-katanya. Paketnya dibawa oleh lelaki itu sementara Velda terpaksa mengikuti dari belakang. Pintu tertutup secara otomatis berarti hanya bisa di buka oleh orang tertentu. Lorongan gelap kemudian terang jauh berbeda tempat lebih Elit dari dugaan wanita memperhatikan ruangan jauh sangat beda dari sebelumnya. "Silakan, Mbak." Lelaki itu persilakan Velda masuk ke sebuah ruangan kantor. Dia ragu untuk masuk tapi merasa penasaran mau tak mau turuti saja. Saat berada di dalam kantor ukuran lumayan lebar dan luas. Pintu itu kembali tertutup oleh lelaki yang mengantarnya. "Akhirnya aku bisa ketemu denganmu secara langsung," suara dari pria asing mengagetkan stamina Velda ditempat-Nya. Velda masih memakai topi, jaket warna merah Maron, masker miliknya itu. Sosok pria duduk di kursi besar memutarkan dan menatap sosok wanita sudah di tunggu itu. Arka bangun dari duduknya dan menghampiri wanita setia berdiri tidak berkutik sedikit pun dari tempatnya. "Jangan menatapku seperti itu, aku hanya ingin berkenalan lebih dekat saja," ucap Arka santai sok pamer cool nya. "Maksud Anda?" Velda balik bertanya. "Maksudku, aku ingin mengenal dirimu lebih jauh," jawab Arka cepat Baru saja akan berkenalan sebuah ponsel dari Velda berbunyi. Dia segera mengangkat terdengar suara dari seberang membuat Arka menahan kesal selalu saja menganggu kemesraannya itu. "Iya, aku akan ke sana. Sisakan untukku! Apa? Gila kamu, apa kurang cukup cokelat aku kasih?" "Cokelat?" Arka menatap sosok wajah wanita tengah bercanda di telepon, ekspresinya berubah setelah mendengar soal cokelat. Rasa geram bertambah panas, dia berikan cokelat untuk wanita ini tapi malah di berikan kepada orang lain. "s****n!" "Maaf, Pak, saya tidak bisa berlama-lama di sini. Saya harus kembali ke tempat kerjaku. Jika ada yang ingin di sampaikan bisa telepon kebagian redaksi marketing kami saja, ya, Pak. Selamat siang...." Velda memutar tubuhnya beranjak meninggalkan tempat gedung pabrik pakan ternak itu. Arka berdiri di balik kaca jendela ukuran besar memandang jelas sosok wanita telah keluar dari tempatnya. "s****n! Aw! Sakit t***l!" memaki diri sendiri. Velda berhenti salah satu makanan yaitu MCDonal. Di sana Nando sudah menunggu wanita cantik di meja ini penuh dengan makanan kesukaannya yaitu burger. "Lama banget sih! Nih, cepat di makan. Keburu waktu makan siang berakhir," seru Nando berikan tempat duduk kepada Velda. "Sorry lah, macam kamu nggak tau, tadi habis antar paket ke pabrik menyebalkan itu," balas Velda menggigit burgernya. "Yang tadi Joni dapat amarah dari bos pakan ternak itu?" Velda mengangguk lanjut gigit burgernya. "Gila benar itu bosnya, ada hubungan apa kamu sama dia? Sampai-sampai minta kamu antarkan paket dia doang." Velda mengangkat bahu, dilanjutkan burger kedua. Nando memang sepanjang beli burger lebih karena wanita ini suka dengan makanan di MC Donal. "Btw, aku dengar mulai besok kamu cuma antar koran sama paket hanya untuk Pabrik Pakan Ternak saja. Sisanya Joni yang antar koran ke tempat lain." Nando memberitahukan kepada Velda. Gigitan terakhir tersedak setelah apa dia dengar itu. "Maksudmu?" "Iya, tadi pak Andra bilang bos pakan ternak itu maunya kamu antar paket tanpa kecuali. Hanya dirimu seorang, makanya aku tanya ada hubungan apa kamu sama bos pakan ternak itu. Dia ngotot banget pengin dirimu yang antar tanpa ada terkecuali," kepo Nando penasaran banget. Bukan dia saja penasaran melainkan Pak Andra yang ada di kantor penerbit cetak Media juga penasaran banget. "Mana aku tau. Aku saja nggak kenal dia," jawab Velda telah selesai dengan makan siangnya. "Ah, masa sih? Aku dengar, Bosnya suka sama kamu, dia naksir sama kamu. Mungkin PDKT sama kamu?" "Iihh... Aku bilang nggak tau. Nggak usah kepo lah! Sudah balik kerja sana!" Dia lebih dulu meninggalkan tempat itu menuju ke kantor penerbit Media. Pikirannya juga bertanya-tanya masalah bertambah lagi. **** Sore pun tiba Velda akhirnya bisa pulang dengan tenang setelah apa yang dilalui dalam pekerjaan pun terselesaikan. Namun ketika dia akan untuk meninggalkan penerbit Media, Andra memanggilnya tiba-tiba. "Velda! Tunggu sebentar!" teriak Andra berlari kecil menghampiri wanita cantik itu. Velda turun dari sepeda dan menoleh, "Ya, Pak?" sahutnya "Besok, kamu lebih cepat datang ya! Ada yang mau Bapak sampaikan, kalau bisa sekitar jam 7 pagi, bisa kan?" pesan Andra Velda mengernyit kedua alisnya. "Loh memangnya kenapa? Bukannya buka kantor jam delapan? Kok...." "Besok Bapak kasih tahu, yang penting jangan lupa sampai di sini tepat waktu jam 7 pagi," kata Andra menepuk bahunya lalu kembali masuk ke kantor Velda mulai bertanya-tanya tugasnya dia harap tidak ada tugas yang memberatkannya. Dia melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Tiga puluh menit kemudian dia pun sampai di rumahnya. Setelah itu dia masuk ke dalam rumah seperti kegiatan biasa, membuka kulkas dan melihat menu sayuran di masak oleh Bibi Zaina. "Bi, hari ini nggak masak?" tanya Velda setelah membuka penutup sayuran. "Belum masak, Non. Non Velda sudah lapar? Biar Bibi masak dulu, non Velda mau makan apa?" jawab Bibi Zaina letakkan baju segunung di atas ranjang baju dekat setrikaan. "Hm... nggak usah, Bi. Biar aku pesan pakai go-food saja," ujar Velda beranjak dari tempat dapur menuju kamarnya. Velda mengempaskan badannya di atas kasur setelah itu ia mengeluarkan HP-nya dari celana panjang biru tersebut. Kemudian ia mencari aplikasi logo berwarna hijau, dilihat lah jajaran macam makanan terpampang di layar HP-nya itu. Cukup lama memilih makanan di aplikasi warna hijau itu, merasa puas ia pun memilih menu makanan sajian cepat. Beberapa detik kemudian layar HP nya padam ternyata getaran dari HP tersebut berbunyi, nomor tidak ia kenal itu membuat nya menatap tanpa mengangkat tersebut. "Siapa sih yang telepon?" batinnya dalam hati bertanya-tanya. Cukup lama bergetar ponselnya dan mati sendiri, ia lanjutkan kembali untuk memesan makanan online. Tak lama detik kemudian datang lagi nomor yang sama menelepon di nomornya tersebut. "Ck! Siapa sih! Ganggu kesenangan orang mulu!" batinnya lagi dalam hati berasa kesal tidak berujung tanduk. "Ya! Halo, siapa nih!" Tanpa rasa ramah, lembut, Velda langsung membalas ketusan maut. Setelah di angkat tidak ada tanda sahutan di seberang membuat ia kesal dan jengkel, ia paling benci dengan panggilan suka mengerjai nya itu. Pernah kejadian sampai sepuluh panggilan entah siapa suka mengganggu aktivitas istirahatnya. Sekarang datang lagi kali ini nomornya berbeda. Dua puluh detik merasa tidak ada suara dari seberang ia pun memilih untuk kembali mematikan panggilan itu, kemudian ia lanjutkan untuk memesan kembali makanan online. Menunggu paket makanan online datang ia pun memilih untuk bersihkan diri. Sementara Bibi Zaina sedang menyetrika baju terdengar suara ketukan pintu dari pintu. Lalu dia segera mendekati suara ketukan pintu itu, seorang berpakaian hijau itu dari go-food mengantar paket makanan. "Selamat malam, Bu. Ada paketan makanan untuk mbak Velda," Sambut Go-food itu ramah. Bibi Zaina ambil begitu tanpa mengatakan pesan makanan apa, kemudian pengantar makanan itu pun pergi meninggalkan tempat kompleks rumah tersebut. Sepuluh menit kemudian Velda keluar dari kamar mandi merasa segar sekarang seluruh badannya setelah tergenang air dingin. Dicek kembali HP nya apakah paket makanan miliknya sudah sampai atau masih di tempat lokasi. Namun yang ia bingungkan 6 panggilan tidak terjawab dengan nomor yang sama. Velda memilih untuk mengabaikan kemudian dia keluar dari kamar nya menuju ke dapur untuk membuat teh hangat suhu hari ini cukup dingin. Melihat bungkusan plastik di atas meja ia pun kepo mengeceknya perasaan ia tidak memesan paket makanan ini. Sedangkan ia memesan masih dalam perjalanan. "Bi, paket makanan siapa nih? Bibi pesan?" Velda bertanya kepada Bibi Zaina Bibi Zaina menoleh belakang dan menjawab, "loh bukannya itu pesanan, nona? Tadi ada pengantar makanan katanya dari nona Velda." "Hah? Dariku? Loh? Aku nggak pesan makanan ini, Bi! Aduh, Bibi nggak tanya dari siapa?" Velda malah bingung sendiri akhir-akhir ini banyak paket misterius nyasar ke rumah nya itu. "Enggak, non. Tapi kata nona mau pesan go-food jadi Bibi tidak tanya," kata Bibi Zaina kembali melanjutkan menyetrika baju. Beberapa menit kemudian pintu terdengar di depan, itu pesanan Velda datang lama di depan rumah mengambil paket yang ia pesan itu. Sekarang ia harus bagaimana dengan makanan di atas meja itu. Semua lezat, ada ayam geprek, KFC, tidak mungkin ia memakan semuanya. "Hhh... Sebenanrnya ini hari apa sih? Kok banyak banget paket misterius nyasar ke sini?" Keluh Velda membuka kotak KFC nya sementara paket di depannya itu tidak ia sentuh sedikit pun karena ia waswas ada jampi-jampi ketika menyentuh makanan. **** Jangan lupa berikan tanda love-nya Tunggu cerita selanjutnya Terima kasih :) 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN