Velda telah berada di kantor penerbit sesuai janji yang di janjikan oleh Andra sebelumnya. Pagi-pagi menunggu di depan utama pintu belum juga terbuka, bagaimana untuk buka sedangkan masih pukul 7 jalanan juga masih sepi.
"Kemana sih, Pak Andra? katanya semalam jam 7 datang sekarang belum juga muncul, awas kerjai gua, belum lagi lapar." Gerutu Velda mengomel sendiri.
Dilihat jam HP nya telah lewat lima belas menit. Sebuah kendaraan mobil masuk tentu siapa lagi kalau bukan Andra.
Andra turun dari mobil nya dan menghampiri Velda dari tadi menunggu di post satpam. Velda merengut tidak biasanya, karena hari ini dia benar terlihat kesal saja nomor misterius itu kembali menelepon entah dari siapa membuat dia kurang semangat untuk bekerja.
"Terlambat dua puluh menit elo harus traktir gua sarapan nih! Gara-gara lo, gua menahan rasa lapar di pagi hari." Protes Velda kepada Andra.
Andra malah cekikikan melihat teman kerja satu ini. "Oke sorry buat lo kelamaan menunggu gua, ini gua mau kasih sesuatu buat lo."
"Apa ini?" Tanya Velda melihat amplop cokelat merasa waswas pagi-pagi dapat berita buruk.
"Buka saja, nanti elo bakal tahu sendiri," Jawab Andra
"Bukan surat PHK kan?" Tebaknya ragu untuk membuka isi dalam amplop cokelat tersebut.
"Ya nggak mungkin pecat elo, yang ada gua sama lain sedih kehilangan elo." Balas Andra duduk di sampingnya menunggu wanita cantik itu membuka isi amplop cokelat darinya.
Srek!
Velda melirik sebentar arah Andra, pria itu meminta segera melihat isi kertas putih tersebut. Velda mulai merasa tidak enak di dalam dirinya karena seumur hidup selama bekerja belum pernah mendapat surat beginian.
Dia mulai membuka dan membaca dengan sungguh-sungguh isi kertas putih itu. Masih biasa saja ketika membaca dari awal perlahan - lahan setelah itu kedua matanya menyipit semakin tipis didekatkan lebih dalam kertas putih itu.
"Apa? Lo nggak salah ini? Gua?" Velda terkejut tidak bisa menerima isi kertas putih itu.
"Iya, lo bakal di pindahkan, tapi elo tetap kerja di sini. Dengan syarat hanya untuk mengantar paket dari pabrik pagan ternak ayam." Jelas Andra memberitahukan.
"Kenapa harus gua? Gua nggak bisa Terima, yang gaji kan perusahaan ini kenapa gua yang kerja untuk dia?"
Velda mulai emosi di pagi hari bukan kesal karena surat isi kertas putih itu tapi kesal karena orang yang sesuka meminta sebuah perjanjian dia menjadi pengantar khusus tidak hanya itu saja Velda juga akan berada di kantor pabrik pagan ternak itu sebagai sopir pribadi nya.
"Mau bagaimana lagi? Itu yang dia inginkan, kalau nggak nanti pelanggan kita lari semua, terima saja tidak salahnya kan, cuma pekerjaan ringan kok." Ucap Andra memegang bahu Velda.
Velda meremas kertas putih itu hingga tidak berbentuk. Hari ini badmood nya muncul kalau saja tidak ada pelanggan aneh di sana pastinya ia juga nggak mendapat tugas konyol ini.
"Kenapa gua yang harus jadi supir pribadi nya? Dia kan bisa cari anggota lain untuk jadikan sopir? Pekerjaanku hanya mengantar paket surat kabar dan majalah, ini aneh loh, Pak." Velda mulai curiga apalagi perkataan dari Nando kemarin masih terngiang-ngiang memori kepalanya.
"Memang sih, gaji lo tetap aman di sini malahan lo beruntung ada orang ingin mengangkat dirimu kerja di tempatnya. Lo coba pikir kembali mana ada perusahaan yang menerima orang bekerja paruh waktu di dua tempat, gua juga baru tahu kalau dia dan bos kita itu sahabat baik jadi bos pagan ternak itu tertarik elo jadi sopir pribadinya. Alasan lain gua nggak tau, semoga perjanjian ini lo bisa pikir baik-baik lagi," Jelas Andra menerangkan lagi kepada Velda.
Velda menatap punggung lebar pria 30-an itu menjauh dari tempat duduknya. Ia kembali membuka kertas putih telah khusus itu tidak berbentuk tulisan tinta hitam. Embusan napas panjang menandakan ia akan bertemu kembali dengan lelaki menyebalkan itu.
****
Setelah mengantar paket di pabrik pagan ternak, Velda duduk di salah satu kursi panjang terletak di lobi utama. Biasa menunggu pemilik perusahaan ternak ini, merasa sangat bosan seharusnya dia itu sudah nangkring di warung nenek Anik menikmati nasi soto buatannya.
Mobil fortuner berwarna hitam masuk tepat di depan gedung tinggi tersebut. Velda duduk sambil menunggu kesuntukkan ia pun memainkan HP canggihnya sambil balas membalas chit-chat dengan teman kerjanya yaitu Nando.
[Nando]
Jadi nanti lo mau makan apa?
[Velda]
Belum tau jam berapa balik.
[Nando]
Atau mau gua antar langsung?
[Velda]
Nggak perlu nanti gua beli sendiri aja
[Nando]
Yakin?
[Velda]
Yakin,
Sudah kerja sana.
Nanti pak Andra merepet
[Nando]
Jadi, elo ngapain skrg?
[Velda]
Masih menunggu
[Nando]
Lama ya?
Ya uda jgn lupa makan,
Nanti kabari klo uda selesai.
[Velda]
Ok.
Selesai chit-chat dengan Nando, Velda pun kembali memasukkan HP nya ke dalam saku jaket merah Maron. Beberapa menit kemudian sosok yang di tunggu masuk ke dalam gedung pagan ternak ini. Velda mengeluarkan sebungkus permen karet selalu ia bawa kemana-mana menghilangkan rasa suntuk dan bete ketika menunggu seseorang jam karet.
Inilah kenapa ia selalu menolak untuk bekerja di sebuah perusahaan bagian perkantoran, karena membuang waktu tenaga hanya menunggu pekerjaan. Velda memang tidak menyukai pekerjaan ringan kurang menantang baginya.
Lelaki yang berpakaian kemeja pendek itu berhenti dan menoleh arah dimana seorang telah duduk menunggu kedatangannya. Senyuman tipis menerbitkan suasana hati yang indah untuk dirinya. Tentu Arka senang permintaan menyukai karyawati menjadi sampingan untuknya.
"Dengan Velda?" Suara berat dan seksi menggema di telinga wanita duduk memasukkan kedua tangan di saku jaketnya sambil menggerakkan mulut naik turun ke atas, suara permen karet.
Velda melirik seorang lelaki berdiri di depan menatap tajam padanya, Velda mendengus lagi-lagi lelaki menyebalkan ini batin Velda dalam hati.
"Benar!" sahutnya datar dan dingin.
"Perkenalkan namaku---"
Arka kembali perkenalkan diri tapi Velda malah memotong cepat, "langsung saja, mau anda menarik saya ke sini untuk apa?"
Arka masih dengan pendiriannya tentu untuk mendekatimu, batin nya dalam hati. "Baiklah, sekarang kamu ikut keruanganku ada yang harus saya sampai kan kepadamu setelah aku berikan tugasnya," Perintah Arka berlalu beranjak pergi meninggalkan tempat dimana Velda tunggu.
Velda mendecik ia merasa dikerjai pagi-pagi, tapi masih belum berakhir ia mempunyai batas kesabaran hadapi lelaki menyebalkan seperti Arka.
"Mari, mbak Velda ikut saya," Seorang lelaki berpakaian sopan menghampiri Velda dengan posisi duduk belum beranjak itu.
Velda membuang permen karet ke tong s****h di sampingnya kemudian mengikuti lelaki yang tidak di sebut siapa namanya mungkin dengan tebakan Velda lelaki itu asisten pribadinya atau sekretaris.
Beberapa menit kemudian sampai di depan pintu berwarna hitam abu-abu, pintu terbuka dan mempersilakan Velda masuk. Di sana Arka dan seorang tamu tengah membahas bisnis usaha kerjasama.
Velda terpaksa berdiri di samping pintu keluar, sangat serius untuk dua manusia lelaki itu. Arka melirik jarak beberapa meter itu, Velda dengan muka masam.
"Baiklah, besok saya akan hadir Terima kasih telah datang berikan waktu menjelaskan, akan saya kabari apabila semua telah selesai, Aldi tolong antarkan Pak Sony ke depan," ucap Arka memerintahkan lelaki muda itu yang berdiri tidak jauh dari Velda.
Velda pun mengetahui lelaki membawanya ke kantor lelaki menyebalkan itu, Aldi. Setelah tamu itu keluar dari kantor Arka, lelaki itu pun kembali ke tempat kerjanya.
"Sudah hampir siang, sebelum melakukan tugas pekerjaanmu, kita cari makan dulu," Ucap Arka bangkit darin duduknya dan mengambil kunci mobil setelah itu di lempar arah Velda spontan dia menangkapnya cepat.
"Ini untuk apa?" Velda mulai bertanya, "untuk apa? Tentu jadi sopir pribadi ku?" Jawab Arka santai
Velda mendengus sebal hari pertama sudah menemui lelaki beginian. Kangen dia sama makanan nenek Anik.
"Kamu bisa mengemudi kan?" Arka bertanya lagi hanya memastikan
"Paling nanti tercium sama tiang listrik atau pembatas jalan," jawab Velda asal, terlalu meremehkan bakat pengemudi percuma dulu dapat SIM A. Ngomel Velda dalam hati
"Aku cuma memastikan, karena ini pertama kali kamu bekerja untukku." Ucap Arka, apa yang lo ngomongin sih, Arka! Ini pedekate elo.
"Jadi bapak mau ke mana? Cari makan?" Giliran Velda bertanya seperti sopir taksi online sudah cocok mungkin profesinya.
"Biasa kamu makan di tempat mana? Aku ikut saja," jawab Arka mengecek HP nya
"Anda yakin, sepertinya anda salah memilih orang jadikan sopir." Velda merasa ini paling aneh dia temui
"Kenapa?"
"Ah tidak apa-apa,"
Velda mulai menjalankan mobil itu kemudian mencari tempat biasa dia nongkrong. Sekaligus ia berkumpul dengan teman kru di sana.
****
Jangan lupa berikan love-nya
Tunggu cerita selanjutnya
Terima kasih :)