Rega tertegun untuk sesaat. Kerinduan yang begitu menyesakkan, rasa sepi yang selalu membuat malamnya bertambah kelam, dan ketika matanya tak tua bisa terpejam, dia hanya berharap, malam segera tenggelam dan berganti hari esok yang tak lagi suram. Untuk kesekian kali harapannya kandas. Setiap hari berganti ia membayangkan Raline akan kembali. Mendatanginya dengan senyum dan cinta yang masih membara. Tapi berkali-kali ia hanya bisa meratap. Tak ada satupun jawaban yang bisa menjawab pertanyaannya. Di mana Raline? Satu tanya yang selalu mengusik dan membuatnya hampir gila. Hanya secercah asa dan keyakinan bahwa dia akan menemukan Raline lah yang membuatnya sanggup bertahan. Kini gadis itu berdiri di hadapannya dengan tatapan yang masih sama. Mata indah yang saat ini mulai berkaca. Rega bahk

