Ceko mencengkeram kerah leher Marco, matanya nyalang dan napasnya mendadak naik turun tak beraturan. “Ceko, lepaskan Marco. Bukan salah dia. Lepaskan dan kita cari cara membebaskan Alea,” bujuk Ayah berusaha meredakan kemarahan Ceko. Ceko menghempas tubuh Marco dan mulai berjalan hilir mudik uring-uringan. Pikirannya penuh dengan berbagai cara untuk menyelamatkan Alea. Kalau perlu, akan dia obrak abrik markas organisasi supaya Alea kembali padanya. “Kita jalan sesuai rencana. Tetap pada rencana awal. Pasti kita temukan Alea.” “Kapan?” tanya Ceko sambil menatap Ayah tajam. “Kapan rencana kita jalankan!? Sementara kita menunggu, mereka sudah berkali-kali memindahkan Alea. Bagaimana aku bisa mendapatkannya?” Ceko melihat pada kedua telapak tangannya. Seharusnya dia melindungi Alea dengan