Aku menahan air mata yang hampir mengalir, dan mencoba untuk tidak membalas dengan emosi. Tapi, rasa sakit dan marah membuatku ingin membalas perkataan Mama Rita. "Ma, aku tidak akan pernah meninggalkan rumah ini. Sampai Mas Raja menalakku," kataku dengan suara yang tegas, sambil menatap Mama Rita dengan mata yang tajam. Mama Rita memandangku dengan mata yang penuh kebencian, seolah-olah tidak percaya dengan keberanian aku. "Jadi, kamu sudah berani menantang mama. Baik, jangan salahkan mama untuk menyuruh Raja menceraikan kamu. Wanita tidak berguna dan miskin," balas Mama Rita dengan emosional, suaranya meninggi dan nada bencinya sangat kentara. Aku merasakan api kemarahan di dalam hatiku semakin membakar. "Aku tunggu, Ma. Dan, nanti jangan menyesal karena mama sudah menyakitiku," katak