Aku menyaksikan Istri Pak Burhan tertawa sinis, senyumnya yang melebar penuh dengan ejekan dan kebencian. Dia memandang Viora dengan mata yang dingin, seolah-olah tidak ada belas kasihan sedikit pun. "Kamu pikir dia memiliki masa depan cerah? Aku sudah beberapa kali memperingatkanmu untuk menjauhinya, tapi kamu tetap bersikeras mendekatinya. Sekarang, aku serahkan dia padamu. Kamu bisa mengurusnya di masa tuanya nanti," ucap istri Pak Burhan dengan nada yang penuh ejekan, kata-katanya seperti pisau yang menusuk hati Viora. Viora memandang Istri Pak Burhan dengan mata yang penuh ketakutan, wajahnya pucat pasi. "Aku tidak mau," tolaknya dengan suara yang bergetar, sepertinya dia berusaha keras untuk tidak menangis. Pak Burhan, sebaliknya, memandang Viora dengan khawatir, ekspresinya menun