"Kanaya, Papa telepon." Kak Sagara memberikan ponselnya ke arahku. Aku melihat ke layar dan melihat wajah Papa yang terlihat sedih dan khawatir. "Putri papa, papa sudah melihat video siaran langsung tadi. Papa sakit hati nak, kamu dituduh pelakor," ucap Papa dengan suara yang berat dan penuh dengan kesedihan. Di balik layar ponsel, aku bisa melihat Papa sedang berada di ruangan yang mewah dan elegan, dengan dekorasi yang indah dan perabotan yang mahal. Papa terlihat duduk di sofa yang empuk, dengan wajah yang sedih dan mata yang berkaca-kaca. "Maaf, papa tidak bisa menemani kamu dan cucu papa. Tapi, besok papa akan kembali ke tanah air. Kita buat pesta untuk kembalinya putri Mahendra yang hilang. Kita buat orang-orang yang sudah menyakiti kamu mendapatkan balasan yang setimpal," kata Pa