Aku menyipitkan mata sambil tersenyum tipis melihat Viora terus memprovokasi Mama Rita. Ekspresi Viora yang memandangku dengan mata penuh iri dan dengki membuatku merasa sedikit geli. Tapi, kali ini aku tidak peduli tentang pemikiran mereka terhadapku. Aku merasa lebih kuat dan percaya diri. "Viora, pelakor kok teriak pelakor," kataku dengan santai dan sedikit mengejeknya. Aku memandang Viora dengan sinis, sambil menaikkan alisku. Viora yang tadinya terlihat percaya diri dan merasa menang, tiba-tiba berubah menjadi salah tingkah. Wajahnya memerah dan matanya melebar, seolah-olah dia tidak menyangka aku akan membalasnya dengan cara seperti itu. "Gimana ya kalau nanti istri Pak Burhan tahu, semalam suaminya membawa selingkuhan ke ruangan spesialis kandungan," sindirku sambil menutup mulut