"Kak Raja, Papa," sambut Chery dengan suara ceria. Kulihat Mas Raja yang terlihat ketakutan di samping Papa Damian, wajahnya terlihat pucat.
"Kanaya, Raja, papa ingin bicara dengan kalian," kata Papa Damian dengan suara berat yang tegas, membuatku sedikit takut. Aku bertanya-tanya apa yang membuat Papa Damian begitu marah. Apa mungkin beliau melihat Mas Raja sedang bersama dengan Viora?
Mas Raja terduduk lesu, aku duduk di sampingnya dengan perasaan yang tidak menentu. Papa Damian duduk di sofa single, menatap kami dengan tajam. Matanya yang biasanya hangat kini terlihat dingin dan penuh kemarahan.
"Raja, katakan. Apa kamu masih memiliki hubungan dengan Viora di belakang istri kamu!" bentak Papa Damian, suaranya yang keras membuatku tersentak kaget. Aku dapat melihat kemarahan yang memuncak dari ekspresi Papa Damian, wajah yang biasanya tenang kini terlihat merah padam.
Mas Raja menundukkan kepala, tidak berani menatap Papa Damian. "P-papa, aku...," dia mencoba menjelaskan, tapi Papa Damian tidak memberinya kesempatan.
"Jawab pertanyaan papa dengan jujur, Raja. Apa kamu masih memiliki hubungan dengan Viora?" Papa Damian menatap Mas Raja dengan mata yang tajam, menanti jawabannya. Aku menahan napas, menunggu jawaban Mas Raja yang akan menentukan nasibnya.
"Pa, aku mencintai Viora," jawab Mas Raja nyaris tidak terdengar, tapi pengakuannya di depan papa tetap saja membuatku sakit.
"Apa kamu bilang?" tanya Papa Damian sekali lagi, mungkin memastikan pendengarannya.
Mas Raja melihatku sekilas, tapi aku membuang muka, tidak ingin menatapnya. Aku yakin dia sedang meminta bantuanku untuk memberikan penjelasan ke Papa Damian, tapi kali ini aku tidak mau membantunya. Cukup aku menjadi orang bodoh yang terus menutupi hubungan mereka yang akhirnya aku yang disakiti mereka.
"Aku mencintai Viora, Pa," kata Mas Raja dengan suara yang jelas, membuatku merasa seperti ditampar. Ekspresi Papa Damian tidak berubah, tetap datar dan tidak menunjukkan kemarahan atau keterkejutan.
"Jadi, kamu masih mencintai mantan kamu," ulang Papa Damian. Sebuah senyum terukir dari bibir Mas Raja, dia mengangguk karena mungkin melihat reaksi Papa Damian tidak terkejut atau marah.
"Iya, Pa. Viora gadis baik, dia juga model terkenal. Pasti papa akan menyukainya, dan satu lagi Viora mengatakan akan menyayangi Prabu cucu kesayangan papa seperti anak kandungnya sendiri, kalau keluarga Kawandra menerima kehadirannya," ucap Mas Raja dengan semangat, tanpa memperdulikan perasaanku.
"Prabu anakku, tidak akan aku biarkan Viora menggantikanku menjadi ibunya!" tegasku tidak terima dengan napas memburu karena emosi.
Papa Damian hanya diam saja, tidak menunjukkan reaksi apa pun walau aku marah. Tapi Chery tidak bisa diam, dia protes dengan wajah kesal. "Pa, kenapa papa menyetujui hubungan Kak Raja dengan Kak Viora! Apa papa lupa ada Kak Kanaya menantu papa," katanya dengan nada yang tinggi.
"Papa juga memiliki anak perempuan, kalau menantu papa melakukan hal sama seperti Kak Raja, apa papa terima," tambah Chery dengan marah, membuatku sedikit lega karena ada yang membelaku.
"Tapi, Chery, kakak yakin kamu pasti akan mendapatkan pria baik. Kakak hanya ingin meraih cinta sejati kakak," timpal Mas Raja, sedangkan aku hanya bisa diam, merasa tidak ada harapan lagi mempertahan rumah tangga yang sudah hancur dari awal.
kupikir Papa Damian sudah menerima aku, ternyata Viora adalah menantu yang sepadan dengan keluarga Kawandra. "Raja, papa tahu kamu masih mencintai Viora. Percuma papa mencegah kamu untuk tidak berhubungan dengan wanita itu," ucap Papa mertuaku, membuatku semakin terpuruk.
Sudah hilang harapanku untuk membuat Mas Raja menyesal. Mungkin sudah saatnya aku pergi dari rumah ini bersama putraku, aku tidak mau dimadu. "Terima kasih, Pa. Viora pasti bisa menjadi menantu terbaik buat papa," ucap Mas Raja antusias, wajahnya begitu bahagia.
Aku seperti ditinggalkan, tidak ada lagi harapan untuk memperbaiki hubunganku dengan suamiku. Mulai sekarang aku harus memikirkan tentang masa depan putraku dan aku, tanpa Mas Raja.
Papa Damian tersenyum simpul, menatap Mas Raja dengan mata yang tajam. "Kamu boleh mengejar cinta kamu, Raja. Tapi, dengan syarat semua fasilitas yang kamu gunakan papa akan cabut," ucapnya dengan suara tenang, membuatku kembali terkejut.
Aku yang sedang menundukkan wajah, karena kupikir sudah tidak ada harapan lagi bertahan, kuangkat wajahku melihat Papa Damian dengan rasa terima kasih. Berbeda dengan Mas Raja yang terkejut, wajahnya syok, tidak percaya dengan apa yang dikatakan Papa Damian.
"Pa, kenapa mencabut fasilitas yang aku pakai? Papa tidak bercanda kan," ulang Mas Raja sambil tertawa, mungkin mengira papanya hanya bercanda. Tapi Papa Damian tidak bergeming, wajahnya tetap serius.
"Raja, papa tidak bercanda. Jika memang Viora mencintai kamu dengan tulus, papa mau melihat apakah dia akan menerima kamu tanpa fasilitas mewah dari papa," kata Papa Damian dengan suara yang tegas, membuat Mas Raja terdiam.
Wajah Mas Raja berubah keruh, bukankah dia tadi memuji Viora setinggi langit kalau Viora cinta sejatinya? Aku ingin melihat, apa Viora mau menerima Mas Raja tanpa fasilitas mewah yang dia gunakan selama ini. Aku tahu, selama ini Mas Raja selalu menunjang kebutuhan Viora dari membelikan barang mahal, perhiasan, perawatan salonnya sampai kebutuhan hidupnya yang super mewah.
Walau dia model terkenal, kalau tidak ada orang yang mendukung finansialnya, mana mungkin dia bisa hidup bergaya sosialita seperti sekarang. Aku menatap Mas Raja dengan rasa penasaran, apa dia akan tetap memilih Viora yang berarti harus kehilangan semua fasilitas yang dia miliki?
"Pa, kalau aku tidak bisa memakai fasilitas papa berikan. Bagaimana nanti dengan kebutuhan Viora, Pa? Dia model, butuh uang untuk menunjang kariernya," protes Mas Raja tidak terima, dengan suara keras.
"Jadi, selama ini kamu memberikan kehidupan mewah wanita lain, tapi kamu lalai memberikan nafkah untuk istri sah kamu, Raja!" bentak Papa Damian, mungkin beliau tidak menyangka kalau selama ini putranya tidak pernah memberiku nafkah.
"Pa, Kanaya sudah biasa tidak memegang uang. Dia juga di rumah tidak membutuhkannya, toh semua kebutuhan dia di rumah ini sudah terpenuhi," elak Mas Raja membuatku miris. Mas Raja tidak mengerti apa yang aku butuhkan.
"Kak, kamu pikir Kak Kanaya tidak mau tas branded, perhiasan, jalan-jalan keluar negeri, dan perawatan salon. Semua wanita menginginkannya, bukan hanya Kak Viora," sela Chery, membuatku tersenyum sedikit. Chery memang selalu membela aku.
"Chery kamu tidak mengerti karena kamu masih kecil, Kak Kanaya hanya di rumah mengurus Prabu untuk apa dia membeli semua itu. Tidak akan berguna," balas Mas Raja.
"Cukup, Raja! Papa tidak mau ada perdebatan lagi, mulai sekarang fasilitas yang kamu gunakan papa cabut. Tapi, papa akan alihkan ke Kanaya," seru Papa Damian membuatku kembali terkejut. Aku tidak menyangka Papa Damian akan memberikanku semua fasilitas yang sebelumnya diberikan kepada Mas Raja.
"Pa, ini tidak adil. Aku yang anak kandung papa, Kanaya hanya orang lain. Kenapa harus dia yang menerima semua fasilitas mewah dari papa," protes Mas Raja lagi, suaranya yang keras membuat wajah Papa Damian semakin murka. Aku hanya diam, menunggu keputusan Papa Damian.
"Papa keren, Chery bangga sama papa," kata Chery dengan suara ceria, menghampiri papanya dan bergelayut manja di lengan sang papa. Papa Damian tersenyum, membalas pelukan Chery dengan hangat.
"Pa, aku tidak terima semua ini," seru Mas Raja, suaranya yang keras membuatku merasa sedikit takut. Papa Damian menatap Mas Raja dengan mata yang tajam, tidak menunjukkan sedikit pun kelemahan dengan sikap Mas Raja.
"Buktikan Viora menerima kamu dengan segala kekurangan kamu tidak memakai fasilitas mewah papa berikan," ucap Papa Damian, suaranya yang tegas membuat wajah Mas Raja mengeras.
"Baik, aku akan buktikan Viora pantas aku perjuangkan," pungkas Mas Raja, lalu berdiri dari tempat duduknya dan melangkah pergi dengan langkah yang pasti.
"Kanaya, mulai sekarang kamu bantu Raja di perusahaan. Apa pun yang dia lakukan harus atas persetujuan kamu, termasuk memakai uang perusahaan. Papa berikan semua kepercayaan ini, agar membuat Raja sadar keluarga lebih penting dari orang lain," ucap Papa Damian, membuatku hampir menangis. Aku tidak menyangka Papa Damian akan memberikan aku kepercayaan yang begitu besar.
"Pa, aku tidak pantas mendapatkan semuanya. Kalau Mas Raja semakin membenciku karena aku mengambil alih semuanya, bagaimana," tolakku, merasa sedikit ragu. Tapi Papa Damian tidak bergeming.
"Kanaya, kalau Raja masih tidak menghargai kamu sebagai istrinya. Papa akan mengurus perceraian kalian, biar Raja diluar mengurus dirinya sendiri. Kamu akan tetap menjadi anak papa dan Prabu tetapi menjadi pewaris tahta Kawandra," ucap Papa Damian, membuatku lega. Aku tahu Papa Damian akan selalu melindungi aku dan Prabu.
"Kak Kanaya, karena kakak akan mulai kembali bekerja. Sepertinya kakak butuh ke salon melakukan perawatan, agar Kak Raja menyesal sudah mencampakkan Kak Kanaya," ucap Chery dengan suara ceria, membuatku tersenyum.
"Chery, benar. Pakai fasilitas papa berikan, kamu bisa membeli baju dan apa pun yang kamu inginkan Kanaya," sambung Papa Damian. Air mataku yang sejak tadi kutahan akhirnya mengalir semakin deras, aku tidak bisa menahan perasaan bahagia dan syukur.
Aku bersyukur memiliki papa mertua dan adik ipar yang sangat baik dan menyayangiku. Aku janji tidak akan mengecewakan mereka. "Terima kasih, Pa, Chery," ucapku sesenggukan, suara aku bergetar karena emosi.
Chery menghampiriku, kami saling berpelukan. "Kak, aku sudah menganggap Kak Kanaya seperti kakak kandungku, jadi kalau kakak sakit aku juga ikut sakit," ucap Chery dengan suara lembut, membuatku merasa sangat disayangi. Aku membalas pelukan Chery dengan erat, aku telah menemukan keluarga yang sebenarnya.
Selepas Papa Damian pergi, aku bersiap pergi ke salon mewah langganan para artis dan model bersama Chery. Kami menuju ke sebuah bangunan mewah di pusat kota, dengan desain arsitektur yang elegan dan modern. Tanda "Luxe Beauty" terpampang di atas pintu masuk, dengan lampu neon yang menyala lembut.
Prabu dititipkan ke baby sister, awalnya aku tidak tega meninggalkan Prabu tapi Chery menyakinkan Prabu akan aman di rumah. Kami tiba di salon itu, aku menatapnya dengan takjub. Seumur hidup aku belum pernah masuk ke dalam, apa lagi untuk perawatan.
Kami turun dari dalam mobil, Chery melangkah dengan santai, dia pasti sudah sering perawatan di sini. Terlihat karyawan salon menyambut Chery dengan hangat. "Selamat datang, Nona Chery. Apa yang bisa kami bantu?" tanya karyawan salon dengan senyum ramah.
Aku melihat sekitar, salon itu sangat luas dan elegan, dengan dekorasi yang mewah dan perabotan yang berkelas. Terdapat ruang tunggu yang nyaman, dengan sofa yang empuk dan meja yang terbuat dari kayu mahal. Di dinding, terdapat foto-foto artis dan model terkenal yang pernah melakukan perawatan di salon itu.
"Tolong berikan perawatan yang terbaik untuk kakak iparku," ucap Chery membuat karyawan salon terkejut.
"Nona Chery, bukankah Tuan Raja belum menikah? Dan, setahuku Tuan Raja berpacaran dengan Nona Viora model terkenal," ceplos karyawan itu.
"Kata siapa kakakku belum menikah, ini istri sah kakakku. Bahkan aku sudah memiliki keponakan yang tampan, Kak Viora itu bukan siapa-siapa Kak Raja," balas Chery sedikit kesal.
"Tapi, sekarang ada Nona Viora sedang perawatan. Dan, tadi Nona Viora mengatakan akan menikah secepatnya dengan Tuan Raja Kawandra," ucap karyawan itu lagi.
"Dasar pelakor," gerutu Chery kesal, suaranya yang keras membuat karyawan itu terkejut kembali.
"Jadi, Nona Viora itu pelakor?" tanya karyawan itu terlihat masih tidak percaya, matanya yang lebar menunjukkan kekagetan.
"Ya, dia pelakor yang berusaha merebut kakakku dari istrinya," balas Chery dengan nada yang tegas.
"Dimana pelakor itu?" tanya Chery, suaranya yang keras membuat karyawan itu menelan ludah dengan gugup.
"Dia sedang di ruang perawatan VIP, Nona Chery," jawab karyawan itu dengan suara yang lembut.
"Ayo, Kak. Kita temui dia, Kak," ajak Chery.
Kami melangkah menuju ruang perawatan VIP. Saat kami mendekati ruang perawatan VIP, aku dapat mendengar suara Viora yang sedang berbicara dengan seseorang. "Aku akan menikah dengan Raja, dan aku akan menyikirkan istrinya," katanya dengan suara yang sombong.