Hasan lalu meletakkan kembali benda pipih yang ada di tangan ke meja. Sepasang alis gelapnya kini terpaut erat. Marah iya, curiga jelas. Selama ini dia sudah memaklumi dan membiarkan Suci kelayapan. Biasanya izin atau bilang dulu padanya. Belakangan ini, wanita itu jarang izin padanya dan malah sekarang pergi tanpa kabar. Bagaimana Hasan tidak meradang bila kasusnya seperti ini? "Seandainya saja ada Dylan di rumah, aku akan membagi rasa ini padanya. Rasa curiga juga kesal. Sayang, dia tak ada di rumah. Sepertinya dia betah sekali tinggal di rumah Kana sana," gerutu Hasan. Tampak, ia kembali mengambil ponsel dari meja. Hasan berniat untuk menghubungi nomor Dylan saja. Ia sudah tekan nomor pria itu, dan tinggal menghubungi saja. Namun, ia urungkan kembali, dan taruh ponsel ke meja. "Ck!

