Hari-hari sudah berlalu hingga tanpa terasa waktu sudah terlewati hingga bulan dua kemudian. Aldrich dengan ekspresi datar khasnya melangkah dengan tenang memasuki sebuah rumah bak istana dimana orang-orang itu sudah menunggunya. "Jika Alde tidak setuju maka aku tidak bisa memaksanya." Terdengar suara Joy dari ruang makan. "Aku lebih suka melihat cucuku hidup tanpa istri selamanya dari pada harus memaksa dia untuk menikah dengan orang yang tidak disukainya." "Nenek benar. Aku lebih suka melajang untuk seumur hidup dari pada harus menikahi dia." Aldrich melirik Melisa datar. "Apalagi dengan wanita yang dijodohkannya padaku," tambahnya menimpali ucapan sang nenek. "Alde, kau sudah datang?" Joy bangkit berdiri menatap cucu kesayangannya. "Duduklah. Kita akan mulai makan malamnya dan me