Bertemu Istri Mantan tunangan

1716 Kata
Seperti rencana sebelumnya pagi ini Renata akan ke rumah kedua orang tuanya. Selain ingin mengambil mobilnya tapi ia juga ingin bertemu dengan ayah dan juga ibunya. Renata sudah berjanji pada dirinya akan sering-sering datang ke rumah kedua orangtuanya. Ia tak mau lagi sibuk dengan segala pekerjaannya hingga melupakan keberadaan kedua orang tuanya. Ia hanya ingin bisa menyisihkan waktu bersama dengan kedua orang tuanya. Jarak antara apartemen dan juga rumah kedua orangtuanya lumayan jauh sekitar satu jam lamanya. Jadi pagi ini ia memakai jasa taksi online untuk bisa mengantarnya menuju ke rumah kedua orang tuanya. Bahkan tadi ia hanya mandi dan belum sarapan karena tak mau sampai kesiangan. Dan setelah menempuh jarak yang lumayan panjang akhirnya Renata sampai juga di rumah kedua orangtuanya yang terlihat asri dan juga nyaman. Setelah membayar taksi online yang mengantarnya Renata pun masuk kedalam rumah. Dan ketika sampai di teras rumah. Ia sudah di sambut oleh sang ayah yang sedang menyapu halaman rumah mereka. "Selamat pagi ayah. Ayah pagi-pagi udah bersih-bersih aja," sapa Renata ketika melihat keberadaan sang ayah. "Loh kamu udah datang sayang. Ayah kira kamu gak datang ke rumah," kata Ferry yang kaget melihat kedatangan sang putri. "Renata kan sudah bilang mau datang akhir pekan ini. Sebenarnya Renata mau datang kemarin tapi berhubung kerjaan dibutik banyak dan bahaya juga keluar malam-malam jadi aku memutuskan untuk kesini pagi-pagi aja. Ibu mana yah?" tanya Renata yang tak melihat keberadaan sang ibu. "Ibu kamu di dapur kalau jam segini. Ibu kan harus menyiapkan sarapan buat ayah. Kamu masuk aja pasti ibu kaget melihat kedatangan kamu," jawab Ferry yang memerintah putrinya untuk bertemu sang istri. "Kebetulan banget Renata juga belum sarapan juga. Kalau kita Renata masuk dulu ya. Renata mau lihat ibu masak apa." Renata pun langsung masuk ke dalam rumah untuk melihat apa yang dimasak oleh sang ibu. Setelah meletakan tasnya ia pun berjalan menuju ke dapur. Dan sesampainya di dapur Renata sudah mencium harum masakan yang Renata yakini sangat enak karena memang sang ibu selalu sukses membuat masakan yang enak. "Wah dari harumnya aja udah enak gimana kalau nanti dimakan," kata Renata yang mengejutkan sang ibu. "Ya ampun Renata. Kamu kok ada disini pagi-pagi seperti ini." Sang ibu sangat kaget dengan kehadiran putrinya. "Jadi Renata gak boleh datang ke rumah ini pagi-pagi kayak gini?" tanya Renata dengan ekspresi yang dibuat sedih. "Tentu saja boleh kamu datang kesini. Cuma ibu kaget aja kamu datang kesini. Kamu naik apa kesini?" tanya sang ibu yang masih kaget melihat keberadaan Renata. "Aku naik taksi online bu. Ibu masak apa? Wah enak banget nih masakan ibu. Ibu tahu aja kalau aku belum sarapan. Jadi aku bisa menyantap sarapan yang enak lagi kali ini," kata Renata takjub dengan masakan yang dibuat oleh sang ibu. Pagi ini sang ibu memasak udang balado dan juga kentang serta ada sayur tumis buncis yang selalu menjadi andalan di rumahnya. Melihatnya saja sudah membuat Renata kelaparan. "Aduh aku jadi lapar. Masih lama gak Bu matangnya?" rengek Renata. Renata akan berubah menjadi gadis yang manja jika ia berada di rumah. Apalagi sebagai anak bungsu dan juga anak wanita satu-satunya sudah dipastikan ia sangat dimanja oleh keluarganya. Jadi jangan heran jika di rumah ia selalu diperlakukan seperti putri oleh ayah dan kedua kakak laki-lakinya. "Sebentar lagi makanannya juga sudah matang. Lebih baik kamu ganti baju kamu dengan pakaian yang lebih nyaman. Ibu selesaikan makanan ini dan setelah itu kita sarapan bersama," kata sang ibu yang meminta Renata untuk mengganti bajunya. "Ok Bu," jawab Renata mengerti. Renata pun segera melangkahkan kakinya menuju ke lantai atas dimana kamarnya berada. Ketika ia memasuki kamarnya ia masih bisa merasakan bagaimana semuanya terlihat sama. Sang ibu pasti sering menghabiskan waktu untuk membersihkan kamarnya ini. Renata pun merebahkan tubuhnya di ranjang. Tadi ia bangun terlalu awal jadi membuatnya mengantuk. Apalagi semalam ia juga tidur agak larut karena ia bersama kedua sahabatnya berbicara tentang banyak hal tentang butik. Mereka membicarakan soal menambah produksi untuk beberapa baju yang selalu menjadi best seller dan juga membahas tentang perkembangan butik mereka untuk beberapa waktu kedepan. Semalam mereka benar-benar membicarakan banyak hal untuk bisa membuat butik mereka bisa lebih dikenal dan juga menambah penjualan untuk mereka juga. Di usaha butik ketiga wanita itu memiliki peran yang penting satu sama lain. Renata bertugas di bagian desain baju dan segala hal yang berhubungan dengan produk di butik. Untuk Ellina yang bertugas masalah keuangan dari biaya produksi dan hal-hal lain yang berhubungan dengan uang. Sedangkan Flora lebih soal promosi dan hal-hal yang bisa membuat produk di butik lebih bisa dikenal. Yang pasti semuanya sudah memiliki porsinya masing-masing. Sehingga tak heran jika butik mereka yang baru berjalan sebentar tapi sudah memiliki pangsa pasarnya sendiri. Renata pun memilih bangkit dari ranjang dan mengganti bajunya dengan pakaian rumah yang lebih nyaman. Ia yakin sebentar lagi sang ibu pasti akan memanggilnya untuk sarapan. Jadi ia harus buru-buru sebelum ibu mengomel karena ia tak turun-turun. "Gimana keadaan kamu? Apa masih merasakan sakit di kepala atau mungkin badan?" tanya Ferry yang penasaran ingin tahu kondisi putrinya. "Aku baik-baik aja kok Yah. Aku bahkan sudah gak merasa sakit lagi. Jadi ayah gak usah khawatir. Ayah pasti waktu itu khawatir banget ya sama aku gara-gara aku pingsan. Maaf ya yah sudah buat ayah khawatir. Renata janji akan lebih berhati-hati lagi," janji Renata kepada sang ayah. "Tentu saja ayah sangat khawatir. Ayah mana yang tidak khawatir ketika melihat putrinya pingsan dengan dahi yang berlumuran darah. Saat itu ayah benar-benar sangat khawatir kalau terjadi sesuatu yang serius sama kamu. Tapi untung aja saat itu nak Adrian ada disana dan bisa segera membawa kamu ke rumah sakit," jawab Ferry yang mengatakan perasaannnya kepada sang putri. Renata yang sedang menikmati makanannya sedikit terganggu ketika mendengar perkataan dari ayahnya tentang Adrian. Kenapa sih nama Adrian selalu di sebut dimana-mana. Gak di rumahnya, di kantor, bahkan di butiknya pun nama itu sering disebut. Dan itu membuat Renata merasa tak nyaman. "Re sekali-kali kamu ajak nak Adrian datang kesini. Ibu mau membuatkan menjamunya makan sebagai ucapan terima kasih ibu karena apa yang dia lakukan untuk kita. Berhubung ibu gak punya nomer teleponnya kamu aja yang kirim pesan ke nak Adrian untuk datang ke rumah jika gak ada acara," pinta sang ibu kepada Renata. "Gak usah Bu. Lagian Renata sudah mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Jadi kita gak usah terlalu dekat dengan dia. Karena Renata gak suka jika kita terlalu dekat dengan dia," tolak Renata atas permintaan dari sang ibu. "Kenapa kamu gak ingin nak Adrian datang kesini? Kamu ada masalah sama dia?" tanya sang ibu yang tak suka dengan jawaban yang diucapkan oleh Renata. "Gak ada alasan yang pasti. Hanya aku gak mau aja dia terlalu dekat dengan kita," jawab Renata yang tak suka membahas soal Adrian. "Apa karena nak Adrian suka sama kamu sedangkan kamu gak suka sama dia? Kalau ayah lihat nak Adrian itu laki-laki yang baik dan penuh perhatian sama kamu. Kenapa kamu gak suka sama dia sayang?" tanya Ferry yang ikut dalam pembicaraan soal Adrian. "Karena aku gak suka aja yah. Yang pertama dia itu lebih muda dari aku dan dia juga tak memiliki masa depan yang bagus. Selain itu sikapnya sangat menyebalkan jadi aku gak mau berurusan dengan dia," jawab Renata dengan nada yang ketus. Ferry yang mendengar penjelasan dari putrinya ini sedikit heran. Kenapa putrinya bisa tak suka dengan sosok laki-laki bernama Adrian. Kalau masalah umur memang apa salahnya jika berhubungan dengan laki-laki yang lebih muda. Dan soal masa depan yang tidak bagus Ferry menilai jika Adrian memiliki masa depan yang baik. Selain itu yang paling penting dia terlihat sopan ketika ada bersama dengan dirinya dan juga snah istri. Tapi lagi-lagi Ferry tak mau mencampuri urusan putrinya. Mungkin sang putri memiliki alasan lain kenapa ia tak suka dengan sosok Adrian. Dan pagi itu yang awalnya sarapan terlihat tenang berubah ketika kedua orang tua Renata membahas soal Adrian. Dan itu benar-benar membuatnya tak nyaman.. Sementara itu di sebuah kamar tampak seorang laki-laki yang sedang tertidur lelap dengan bertelanjang d**a. Ia tampak enggan untuk bangun sampai sebuah panggilan telepon membuat dirinya bangun. Dengan sedikit kesal laki-laki itu menggapai ponselnya yang berada di samping ranjang dan tanpa harus melihat siapa yang menelponnya ia pun langsung mengangkatnya. "Halo," jawab Adrian dengan nada serak khas bangun tidur. "Selamat pagi tuan Adrian. Maaf saya mengganggu tidur anda. Tapi saya mau mengingatkan tuan Adrian jika hari ini adalah hari peringatan meninggalnya nyonya besar. Apakah tuan tidak datang ke makamnya?" tanya Gery yang ternyata menelpon Adrian. Adrian pun langsung terbangun ketika mendengar apa yang Gery katakan. Ia pun langsung melihat kalender dan ternyata benar jika hari ini adalah hari peringatan meninggalnya sang mama. Hampir saja Adrian melupakannya. "Aku akan pergi kesana Gery. Terima kasih sudah mengingatkan saya akan hal itu," kata Adrian yang sekarang sudah benar-benar bangun dari tidurnya. "Sama-sama tuan Adrian. Mau saya antar ke makam nyonya?" tanya Gery menawarkan bantuannya. Adrian pun berpikir sejenak dan mungkin tawaran Gery boleh juga. Karena jujur aja ia masih merasa lelah dengan segala pekerjaan yang ia kerjakan dan juga harus melihat laporan tentang perusahaan yang ada beberapa hal yang janggal sehingga ia harus lebih meneliti lagi. "Boleh Gery kebetulan saya juga malas nyetir. Kalau begitu jemput saya satu jam lagi," jawab Adrian menerima tawaran dari Gery. "Baik tuan Adrian saya akan segera sampai di apartemen tuan," kata Gery patuh. Tak berapa lama sambungan telepon berakhir dan Adrian kembali tidur karena ia masih lelah. Mungkin setengah jam lagi ia akan bangun dan mandi sebelum nantinya Gery menjemputnya. Seharian ini Renata benar-benar hanya bermalas-malasan saja di rumah kedua orang tuanya. Ia ingin sedikit merilekskan tubuhnya. Setelah seminggu penuh ia disibukkan dengan segala pekerjaan di kantor majalah dan juga butiknya sendiri bermalas-malasan adalah solusi yang baik untuk dirinya. Kedua orang tuanya pun tak mempermasalahkan hal itu. Mereka cukup santai ketika melihat jika Renata hanya bermalas-malasan di akhir pekan seperti ini. Ketika Renata sedang asyik bermain dengan ponselnya tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah pesan dari orang yang tak ia duga. Ia mendapatkan pesan dari Sania yang merupakan istri dari mantan tunangannya serta sepupunya juga. Ia menulis pesan kepada Renata jika ia ingin bertemu. Tentu saja mendapatkan pesan seperti itu membuat Renata kaget. Ada tujuan apa Sania ingin bertemu dengan dirinya. Apakah Renata harus menerima ajakan dari Sania atau tidak? Setelah berpikir cukup lama akhirnya ia mengiyakan tawaran itu. Ia ingin masalah diantara mereka cepat selesai dan mereka tidak pernah lagi mengganggu dirinya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN