curhatan Sania

1578 Kata
Renata sedang bersiap-siap untuk bertemu dengan Sania. Sebenarnya ia agak berat untuk bertemu dengan Sania. Karena ia merasa tak nyaman harus berbicara hanya berdua aja. Jujur saja Renata bingung kenapa Sania ingin bertemu dengan dirinya. Tapi lagi-lagi Renata ingin masalah yang ada diantara mereka berdua segera selesai dan tak ada permasalahan lagi. Karena jujur saja ia lelah harus ada masalah diantara mereka berdua. Sore ini Renata hanya memakai celana jeans dan kaos saja. Berhubung mereka juga akan bertemu di cafe yang tak jauh dari rumah kedua orangtuanya. Setelah dirasa penampilannya siap Renata pun turun dari kamarnya. Dan ketika turun ia berpapasan dengan sang ayah. "Kamu mau kemana sayang?" tanya Ferry yang kaget melihat putrinya sudah rapi. "Aku mau keluar sebentar Yah. Tapi sebelum malam udah pulang kok. Nanti tolong bilang ke ibu juga ya," jawab Renata yang sedang memakai sepatunya. Ibunya Renata memang sedang gak ada di rumah. Beliau sedang pergi ke rumah tetangga yang sedang ada acara gitu. Jadi di rumah ini hanya ada Renata dan juga sang ayah. "Ya udah kamu hati-hati di jalan. Kamu mau naik taksi atau bawa mobil sendiri?" tanya Ferry lagi. "Bawa mobil aja deh yah biar gampang. Nanti kalau pakai taksi malah ribet. Jadi aku bisa cepat pulang setelah acaranya selesai. Ayah mau nitip ala gitu ketika aku diluar?" tanya Renata lagi. "Gak usah sayang. Ayah tak mau apa-apa. Kamu cepat pulang aja dan ingat selalu kabarin ayah dimana lokasi kamu pergi," pinta ferry kepada sang putri. "Siap ayah. Ya udah kalau gitu Renata berangkat dulu daripada nanti kemalaman," pamit Renata. Ferry pun mengantarkan sang putri menuju mobilnya. Selama mobil sang putri ada di rumah ini Ferry selalu merawatnya dan bisa di lihat jika mobil Renata sangat bersih karena Ferry sering merawatnya. "Wah mobil aku pasti ayah cuci dan bersihkan kan?" tanya Renata penuh selidik. "Habis kamu punya mobil kok berantakan dan kotor banget. Kamu tahu sendiri kalau ayah gak suka sesuatunya berantakan dan kotor jadi ayah harus membersihkan semuanya biar kamu juga nyaman menggunakannya," jawab Ferry yang memang terkenal super bersih. "Maka dari itu aku senang ketika mobil aku disini karena ayah selalu merawatnya dengan sangat baik," kata Renata sambil menunjukkan senyum lebarnya. "Dasar kamu. Harusnya sebagai anak perempuan kamu tuh harus lebih teratur dan bersih bukannya malah berantakan seperti itu," omel sang ayah kepada Renata. "Habis banyak kerjaan yang harus di selesaikan jadi aku lupa merawat mobil aku sendiri. Tapi setelah ini aku janji sama ayah akan sedikit berubah," janji Renata kepada sang ayah. "Ayah pegang janji kamu. Ya sudah sana berangkat aja nanti keburu kemalaman. Dan ingat jangan ngebut-ngebut kalau lagi nyetir mobil," kata Ferry mengingatkan Renata. "Siap Yah. Ya udah aku jalan dulu Yah. Bye ayah," pamit Renata. Dan tak berapa lama mobil Renata pun meluncur di jalanan ibukota yang untungnya tak macet sore itu. Ia berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja sampai ia bertemu dengan Sania. Sementara itu Adrian dengan membawa sebuket bunga lili berjalan ke makam sang mama yang dihias dengan bunga-bunga yang sangat cantik. Tadi setelah Gery menelponnya tak berapa lama ia sudah berada di lobby apartemen miliknya. Dan Adrian yang memang sudah siap pun segera melangkahkan kakinya menuju Gery berada. Tinggal beberapa langkah lagi bagi Adrian untuk bisa sampai di depan makam sang sang mama. Mamanya sudah pergi sejak lama tapi rasa kehilangan itu masih Adrian rasakan hingga detik ini. Walaupun ia berkata jika semuanya baik-baik saja tapi pada kenyataannya semuanya tidak baik-baik saja. Terkadang Adrian masih merasa kesepian ketika ia benar-benar sedang sendirian. Maka dari itu ia menyibukkan dirinya agar tak larut dalam rasa kesepian itu. Selain itu salah satu alasannya pergi dari rumah karena setiap berjalan di area rumahnya ia merasa kenangnya bersama sang mama dan itu membuat Adrian akan kembali terpuruk. Jadi solusi dirinya untuk pergi dari rumah sudah sangat tepat. Adrian semakin mempercepat langkahnya menuju ke makam sang mama hingga ia akhirnya berada di depan pusaran makam sang mama. Bunga lili yang ia bawa ia taruh di makam sang mama. Karena sang mama sangat suka dengan bunga lili. "Hi Ma. Adrian datang lagi. Maaf ya Ma jika Adrian jarang datang kesini tapi Adrian tak sekalipun melupakan mama. Gak terasa mama sudah pergi meninggalkan Adrian sejak lama. Rasanya baru kemarin Adrian bermanja-manja dengan dirinya tapi sekarang Adrian tak bisa melakukannya karena mama sudah pergi meninggalkan Adrian sendiri," kata Adrian yang mulai membuka suaranya. Memang Adrian sudah jarang untuk datang ke makam sang mama apalagi setelah ia disibukkan dengan segala aktivitas yang harus ia kerjakan. Tapi setiap saat Adrian tak pernah melupakan sang mama sama sekali. Setiap detiknya ia selalu mengingat sosok sang mama yang entah kenapa selalu bisa membuatnya bahagia. "Mama tahu sekarang Adrian sudah berhasil menjadi seorang fotografer seperti apa yang Adrian cita-citakan dulu. Sama seperti mama yang suka melukis dan Adrian suka dengan dunia fotografi. Andai saja mama ada disini mungkin mama bisa melihat hasil fotografi yang aku buat. Tapi aku yakin jika mama melihat semua hasil foto yang aku buat dan juga pasti mama bangga sama aku kan Ma?" tanya Adrian sambil menatap nisan sang mama. Suasana pun hening sejenak ketika Adrian mulai bercerita kepada sang mama. Ketika Adrian datang kesini ia selalu bercerita tentang banyak hal dengan sang mama dan itu sudah seperti rutinitasnya. Karena dengan berbicara seperti ini kepada sang mama akan sedikit mengurangi rasa rindunya akan sosok sang mama yang akan selalu ia rindukan. "Ma Adrian sudah membaca surat yang mama buat. Mama gak usah khawatir Adrian pastikan jika perusahaan Levin tak akan jatuh ke tangan orang lain. Aku akan mengambil alih semua aset milik keluarga Levin dan juga aset milik mama. Jadi mama tak perlu mengkhawatirkan mengenai hal itu," kata Adrian mulai bercerita lagi. Adrian memang menemukan sebuah surat dari sang mama untuk tak menjaga semua aset milik perusahaan dan keluarga Levin. Tentu saja Adrian akan melakukan hal itu. Dan untuk beberapa saat ia pun memilih untuk menghabiskan waktu di makam sang mama. Ia benar-benar hanya duduk di depan makam sang mama dan mulai bercerita tentang banyak hal yang membuatnya merasa nyaman saat ini. Sementara itu di sebuah cafe Renata sudah duduk di salah satu kursi sambil meminum coffe lattenya. Ia memang sengaja datang lebih awal agar tak terburu-buru saja. Sambil menunggu kedatangan Sania Renata memilih memainkan ponselnya. Sampai-sampai ia tak sadar jika ada seorang wanita hamil yang sudah duduk di hadapannya. "Maaf aku datang terlambat," kata Sania yang sudah duduk di hadapannya. Rissa yang tadinya sedang melihat ponselnya pun langsung menghentikan kegiatannya dan menatap kearah lawan bicaranya. "Gak apa-apa. Aku memang datang lebih awal," jawab Renata yang menatap kearah Sania. Suasana menjadi canggung saat ini diantara kedua wanita yang memang sedang berseteru tapi mereka mencoba menghilangkan ego mereka masing-masing karena ingin bisa menyelesaikan semuanya. "Lebih baik kamu pesan makanan atau minuman dulu sebelum bicara." Renata pun mulai memberikan pendapatnya. Sania pun setuju dengan apa yang dikatakan oleh Renata. Hingga ia pun memesan makanan dan juga minuman terlebih dahulu. "Sebelumnya aku mengucapkan terima kasih karena kamu mau datang kesini. Mungkin selama ini hubungan diantara kita tak baik karena kita punya masalah satu sama lain yang berhubungan dengan kak Andre. Selama ini kamu tahu jika aku sudah lama menyukai kak Andre tapi kak Andre tak pernah melihat kearah aku dan terus melihat kearah kamu. Aku tahu cara aku untuk mendapatkan kak Andre salah tapi bagaimana pun juga anak yang ada di kandungan aku tak salah. Aku tak ingin jika dia tumbuh sebagai anak yang tak memiliki orang tua yang lengkap. Karena kak Andre bilang setelah aku melahirkan dia akan menceraikan aku. Padahal aku sudah berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk kak Andre tapi pada kenyataannya kak Andre tak bisa berpaling kepada aku. Dia selalu mengatakan jika kamu adalah satu-satunya wanita yang ia cintai dan ingin menghabiskan sisa hidup bersama. Walaupun nanti aku dan kak Andre berpisah ia bilang akan tetap memberi nafkah kepada anak kita. Tapi bukan itu yang aku butuhkan. Aku dan anak kita hanya butuh sosok kak Andre untuk bisa bersama-sama membesarkan anak kita. Tapi pada kenyataannya ia tak mau melakukannya dan itu membuat aku frustasi," kata Sania bercerita dengan mata yang berkaca-kaca. Renata yang mendengar cerita itu bisa memahami apa yang dirasakan olehnya. Di saat kehamilannya ini ia pasti butuh perhatian dari suaminya. Tapi sayangnya suaminya tak peduli dengannya malah ingin menceraikan dirinya setelah nanti ia melahirkan. Di tambah lagi yang membuat semakin sakit hati adalah ketika sang suami secara terang-terangan mengatakan jika ia suka dengan wanita lain dan ingin mengejar wanita itu. Yang notabennya wanita itu adalah dirinya. "Sebelumnya aku gak tahu harus berkata apa. Mungkin awalnya aku marah karena kamu merebut Andre dari aku padahal hubungan aku dan dia sudah ke tahap yang serius. Tapi lagi-lagi aku tahu akan satu hal yaitu jika kita memang tidak berjodoh dan mau bagaimana pun diusahakan tak akan pernah bersatu. Jadi setelah itu aku pun tak pernah berhubungan lagi dengan Andre walaupun aku boleh jujur jika Andre memang sering meminta menemui aku dan mengatakan jika ingin kembali bersama. Baik aku menolaknya dengan tegas karena bagaimanapun juga Andre sudah menjadi suami kamu dan aku sangat menghargai hal itu," kata Renata panjang lebar. "Sebenarnya aku tahu jika kamu tak pernah berusaha merebut kak Andre tapi kak Andre sendiri yang terus berusaha untuk mendekati kamu. Aku benar-benar tak tahu harus berkata apa lagi," jawab Sania yang terlihat frustasi. Ketika mereka berdua sedang serius mengobrol tiba-tiba ada seorang laki-laki yang tak mereka harapkan ada disini. "Ngapain kamu datang kesini Sania?" tanya Andre yang tiba-tiba datang ke cafe itu. "Kak Andre," jawab Sania kaget melihat kedatangan suaminya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN