"Adrian makasih ya sudah mau mengantarkan Renata pulang ke apartemennya. Maaf ya Re bukannya aku tidak mengantarkan kamu pulang tapi aku harus segera pulang sekarang karena aku harus jemput anak-anak di rumah ibu aku. Soalnya asisten rumah tangga aku lagi pulang kampung jadi aku titipkan anak-anak ke rumah ibu. Maaf ya Re," kata Flora merasa tak enak dengan Renata.
"Mau gimana lagi kalau memang kejadiannya kayak gitu. Seharusnya aku naik taxi juga gak apa-apa. Karena aku sudah terbiasa naik taxi juga," gerutu Renata ketika harus diantar oleh Adrian.
"Gak bisa gitu dong Re. Terlalu berbahaya kalau kamu harus pulang ke apartemen sendirian. Apalagi kamu baru pulih dari sakit jadi lebih aman jika Adrian yang mengantarkan kamu pulang. Adrian gak apa-apa kak mengantarkan Renata pulang ke apartemennya?" tanya Ellina sambil melihat ke arah Adrian.
"Gak apa-apa kok. Lagian kita juga searah jadi gak masalah," jawab Adrian yang terlihat senang.
"Ya udah kita pulang dulu. Nanti kamu kabarin kalau udah sampai rumah. Pastikan untuk memberikan kabar jangan sampai enggak kamu memberikan kabar sama kita-kita," kata Flora dengan tegas.
"Iya nanti aku pasti akan kasih kabar untuk kalian semua kalau udah sampai apartemen. Kalau gitu aku pulang dulu," jawab Renata yang sudah pergi dari hadapan Flora dan juga Ellina.
Adrian sendiri mengikuti langkah kaki Renata yang sudah jalan menuju mobil miliknya. Ia benar-benar tak menduga mendapatkan kesempatan untuk bisa dekat Renata lagi. Akhirnya mereka pun masuk ke mobilnya Adrian dan Adrian tanpa menunggu lama langsung melakukan mobilnya.
"Kamu mau langsung pulang atau mau mampir kemana dulu gitu?" tanya Adrian yang sesekali melirik kearah Renata.
"Langsung pulang aja aku gak mau mampir kemana-mana lagi," jawab Renata ketus.
Kalau bukan karena permintaan dari kedua sahabatnya mungkin Renata tak ingin bersama dengan Adrian untuk saat ini. Ia benar-benar ingin menjaga jarak dari seorang Adrian France.
"Kamu kayaknya ketua gitu. Memang ada salah ya hingga kamu kelihatan kesal gitu." Adrian pun mencoba menanyakan perihal itu kepada Renata.
"Aku gak suka aja disini sama kamu. Seharusnya aku tadi naik taxi aja kalau aku naik mobil sama kamu malah membuat aku semakin bergantung sama kamu. Dan aku gak suka akan hal itu. Tapi gara-gara sahabat aku meminta kamu mengantarkan aku pulang maka mau tak mau aku ikut juga. Jadi kamu gak usah punya pemikiran yang aneh-aneh jika aku menerima tawaran kamu mengantarkan aku pulang. Karena sampai kapanpun aku gak akan pernah suka sama kamu," jawab Renata dengan nada yang ketus.
Awalnya Adrian bersikap biasa saja tapi lama-lama ia agak kesal ketika ia mendengar pernyataan yang di sampaikan oleh Renata. Kenapa wanita yang ada di sampingnya ini benar-benar sangat membencinya. Apa yang sebenarnya terjadi hingga Renata tak pernah menerimanya.
Karena rasa marah dan kesal yang ia rasakan Adrian pun menepikan mobilnya dan sekarang ia menatap kearah Renata.
"Memangnya salah kalau aku mencintai kamu? Sekarang apa alasan kamu karena terlihat tak suka dengan aku? Apakah aku berbuat salah sama kamu sehingga kamu tak suka berdekatan dengan aku? Jawab aku Renata Dewangga," tanya Adrian penuh penekanan.
Rissa benar-benar takut ketika melihat ekspresi marah yang ditunjuk oleh Adrian. Biasanya ia melihat ekspresi yang cuek dan juga santai terlihat dari wajah Adrian. Tapi sekarang situasinya berubah. Ia tak menyangka Adrian bisa memiliki ekspresi yang membuatnya tak nyaman.
"Kamu mau apa? Aku akan teriak kalau kamu berbuat yang macam-macam," ancam Renata.
"Teriak aja kalau ada orang yang akan datang kesini. Di jam segini jarang orang yang lewat kearah sini. Kalau pun ada orang yang datang kesini maka aku tinggal bilang kalau kamu kekasih aku dan kamu sedang kesal sama aku. Dan semuanya akan beres. Aku mau dengar jawaban dari pertanyaan yang aku katakan untuk kamu. Jadi apa jawaban kamu Renata Dewangga?" tanya Adrian dengan nada yang mengintimidasi.
Renata mencoba bersikap tenang dengan segala sikap intimidasi yang dilakukan oleh Adrian. Ia tak mau ikut terpancing dengan apa yang dilakukan oleh Adrian.
"Karena aku gak mau menjalin hubungan di luar urusan pekerjaan dengan kamu. Banyak hal yang membuat aku tak akan pernah menerima kamu. Salah satunya karena perbedaan usia kita yang jauh karena aku tidak pernah menjalin hubungan dengan laki-laki yang usianya lebih muda. Selain itu bukannya aku matre tapi aku sangat realistis. Aku tidak mencari laki-laki yang kaya tapi aku pasti tak ingin hidup susah setelah menikah. Dan aku tak melihat itu semua dari kamu. Jadi lebih baik kamu urungkan saja niat kamu untuk mendekati aku karena itu tak akan pernah berhasil," jawab Renata dengan ekspresi yang sangat serius.
Bukannya merasa marah tapi Adrian malah tersenyum penuh arti mendengar jawaban dari Renata.
"Mungkin kalau soal umur itu jelas-jelas tak bisa aku ubah. Tapi kalau soal kekayaan mungkin kamu melihat aku hanya sebagai seorang fotografer yang gajinya tak jauh lebih tinggi dari kamu. Tapi yang harus kamu tahu saat ini adalah laki-laki yang di hadapan kamu ini bukannya seperti laki-laki yang kamu bayangkan. Laki-laki ini memiliki sesuatu yang tak akan kamu pernah duga. Aku akan tunjukan semuanya dan akan tetap berusaha untuk bisa mendapatkan kamu. Karena ketika pertama kali aku melihat kamu aku sudah sangat yakin jika kamu akan menjadi istri aku dan ibu dari anak-anak aku. Jadi kamu tunggu saja sayang apa yang bisa aku lakukan untuk mengubah pendirian kamu itu," kata Adrian dengan memperlihatkan seringai yang begitu menyeramkan.
Renata sendiri tampak takut ketika melihat ekspresi Adrian yang tiba-tiba berubah. Ia tak habis pikir kenapa laki-laki yang ada dihadapannya ini sangat keras kepala. Dan yang membuat Renata tambah bingung lagi ketika Adrian mengatakan jika Adrian yang saat ini ia kenal bukanlah Adrian yang sesungguhnya. Jadi siapa Adrian yang sesungguhnya? Begitu banyak pertanyaan yang berputar di kepala Renata. Tapi ia memilih untuk memikirkannya.
Setelah itu Adrian kembali melajukan mobilnya menuju tempat Renata tinggal. Dan selama perjalanan tak ada yang membuka suara sama sekali. Mereka berdua sibuk dengan pemikirannya masing-masing hingga tak terjadi apa-apa lagi.
Sementara itu dengan wajah yang terlihat sangat lelah Arnold berjalan masuk ke dalam rumahnya. Dan ketika ia melewati ruang keluarga ia melihat sang mama seperti biasa selalu menunggu kepulangannya. Padahal sudah berulang kali Arnlod mengatakan kepada sang mama untuk tidak menunggu dirinya pulang dari kantor.
"Kenapa mama belum tidur?" tanya Arnlod yang duduk di samping sang mama.
"Mana mungkin mama bisa tidur kalau belum melihat anak mama pulang. Akhir-akhir ini mama lihat kamu sering pulang larut. Apa ada masalah di kantor?" tanya Gina sambil membelai kepala sang putra.
"Tidak ada masalah di kantor Ma. Hanya saja banyak hal yang harus Arnold lakukan di kantor. Mama seharusnya tidak menunggu aku pulang. Lebih baik mama istirahat saja. Aku tahu mama pasti sangat capek sudah mengurusi papa selama ini. Jadi seharusnya mama tidur bukannya malah menunggu aku disini." Arnold selalu meminta kepada sang mama untuk tak menunggu kepulangannya.
"Siapa bilang mama capek mengurus papa kamu. Mama tidak akan pernah merasa capek jika itu demi orang-orang yang mama cintai. Jadi kamu gak usah khawatir dengan keadaan mama. Seharusnya yang mama khawatir adalah kamu. Kamu terlalu memforsir tubuh kamu untuk bekerja lebih keras. Seharusnya kamu bisa menikmati waktu untuk bermain ataupun bergaul dengan teman-teman kamu. Tapi kamu lebih memilih menyibukkan diri di kantor. Sebenarnya apa yang kamu cari sayang? Papa tidak pernah memaksa kamu untuk melakukan semua itu kan?" tanya Gina sambil terus mengelus kepala Arnold penuh sayang.
"Papa tidak pernah memaksa aku untuk melakukan semua ini Ma. Hanya aku yang sadar diri bahwa aku harus menunjukkan kepada orang-orang dan juga papa bahwa aku pantas memimpin perusahaan. Selama ini papa selalu bersikap baik kepada aku dan aku bisa merasakan hal itu. Tapi di satu titik aku merasa papa lebih peduli dengan Adrian yang merupakan anak kandungannya. Maka dari itu aku bekerja sangat keras agar aku bisa dipandang dan juga aku ingin orang-orang tahu jika aku juga bagianda dari keluarga Levin walaupun aku bukan anak kandung dari Abraham Levin," jawab Arnold jujur.
Gina yang mendengar hal itu tertegun jika putranya menyimpan perasaan seperti ini. Ia juga menjadi salah satu alasan Arnold merasa diperlakukan tidak baik seperti ini. Seharusnya ia lebih perhatian dengan Arnold dan lebih mementingkan dirinya sendiri.
"Arnold maafkan mama ya kalau mama kurang perhatian sama kamu. Seharusnya mama lebih peduli sama kamu dan juga lebih perhatian terhadap kamu. Apa mungkin seharusnya mama tidak pernah menikah dengan papa kamu kalau kamu merasa tak suka jika dibandingkan dengan Adrian. Mama benar-benar minta maaf untuk semua hal." Tanpa disadari air mata jatuh dari mata Gina ketika mendengarkan perasan yang sesungguhnya dari putranya.
"Kenapa mama harus minta maaf sama Adrian. Mama tidak salah apa-apa. Adrian senang kalau mama bahagia. Dan siapa bilang kalau mama gak perhatian dan peduli sama Arnold. Karena selama ini Arnold bisa merasakan rasa sayang yang mama berikan kepada Arnold. Selama ini mama juga sudah berjuang sangat keras untuk bisa membesarkan aku seorang diri. Aku tahu banget bagaimana malas mencari cari untuk bisa memberikan kehidupan yang lebih baik untuk lagi. Apalagi setelah ayah kandung aku tak pernah peduli lagi dengan aku dan malah memilih wanita lain. Sedangkan mama terus berjuang untuk selalu membahagiakan aku. Jadi ketika mama bertemu papa aku bisa melihat mama sangat bahagia dan itu adalah hal yang membahagiakan untuk aku juga. Jadi mama jangan pernah berpikir kalau aku sedih gara-gara mama menikah dengan papa. Karena pada kenyataannya aku ikut bahagia. Apalagi papa juga bersikap baik dengan aku dan sudah menganggap aku seperti putranya sendiri. Dan untuk masalah aku dan juga Adrian ini semua juga bukan salah mama juga jika aku akan selalu dibanding-bandingkan dengan Adrian karena memang hal itu tidak bakal dihindari lagi. Jadi aku gak apa-apa kok Ma. Aku akan berusaha menjadi Adrian yang selalu bisa mama banggakan. Dan aku juga akan berjanji kepada mama kalau aku akan selalu berusaha membuat mama bahagia dengan cara apapun," janji Arnold kepada sang mama.
Gina pun langsung memeluk putranya. Ia benar-benar tak menyangka jika putranya sangat baik dan sangat dewasa. Dia akan selalu berdoa agar putranya ini akan selalu hidup bahagia dan akan mendapatkan apapun yang ia inginkan.