Hari-hari yang ditunggu oleh Renata dan kedua sahabatnya datang juga. Hari ini koleksi terbaru untuk kebaya di butik mereka berhasil di pasarkan dan respon yang mereka terima di luar dugaan. Beberapa orang suka dengan model kebaya yang terkuat sederhana tapi ketika memakainya terlihat sangat anggun selain itu orang yang memakai kebaya ini tak harus bertubuh kurus dan langsing. Tapi banyak orang bertubuh besar bisa memakainya dan ketika mereka memakainya terlihat lebih langsing.
Dan seperti hari ini keadaan butik lumayan ramai karena banyak orang yang penasaran dengan koleksi dari brand relief milik Renata dan juga para sahabatnya. Mungkin promosi yang dibuat oleh Flora benar-benar menarik perhatian dari para pengunjung sehingga membuat mereka dengan antusias ingin memiliki produk baju di butik mereka.
Flora dan juga Elliina benar-benar kewalahan menanggapi respon baru pengunjung yang memang sangat antusias. Baik pembelian secara offline dan online pun sama-sama membludak. Jadi tak heran jika nantinya mereka akan kerja lembur.
"Re kamu jadi datang jam berapa? Kalau bisa datang lebih awal ya. Di butik lagi ramai banget dan kita butuh bantuan kamu," kata Ellina lewat sambungan telepon.
"Ok sebentar lagi aku akan langsung ke butik. Pekerjaan aku juga sudah selesai," jawab Renata yang memang sudah selesai dengan pekerjaannya.
"Ok. Kamu hati-hati di jalan. Pastikan saja kamu hati-hati di jalan. Gak usah buru-buru kalau belum selesai pekerjaannya. Sama nanti kalau bisa belikan aku makan malam sekalian. Beli buat karyawan sekalian aja. Soalnya mereka sudah bekerja sangat keras untuk hari ini," pinta Ellina di seberang telepon.
"Iya nanti aku akan belikan makan malam buat kalian semua. Ya udah aku beres-beres dulu setelah itu aku akan langsung pergi ke butik. Makasih buat kerja keras kamu dan juga Flora. Dan juga maaf kalau aku belum sepenuhnya bisa ikut bergabung dengan kalian dalam melayani konsumen kita," kata Renata dengan sangat menyesal.
"Udah gak apa-apa. Kita tahu kalau kamu masih punya tanggung jawab lain. Selain itu kamu adalah otak di balik kesuksesan kita selama ini. Jadi kamu tidak usah memikirkan soal itu," jawab Ellina mengerti.
Sambungan telepon dengan Ellina puji berakhir dan Renata pun kembali membereskan semua barang yang ada di mejanya. Hari ini adalah hari yang melelahkan untuknya. Atau bisa dibilang beberapa hari ini adalah hari yang sangat sibuk bagi renata dewangga. Ia harus menyelesaikan proses penerbitan majalah dimana tempatnya bekerja. Majalahnya memang akan terbit bulan depan tapi dari sekarang prosesnya harus di kerjakan. Kalian tahu sendiri jika Renata tipe wanita yang sangat perfeksionis dalam segala pekerjaan yang ia kerjakan. Dan ia tak suka melakukan pekerjaan dalam keadaan yang terlalu dekat dengan deadline yang seharusnya. Jadi ia akan lebih suka jika semuanya sudah selesai sebelum tanggal yang di tetapkan. Maka dari ini ia sangat sibuk untuk mengurusi hal itu. Selain itu ia juga sedang disibukkan dengan peluncuran koleksi produk untuk brand pakaiannya sendiri. Dan tadi ia mendapatkan kabar dari sahabatnya jika penjualan dari produk mereka sangat bagus. Bahkan ada beberapa produk sudah terjual habis. Tentu saja mendengar hal itu membuat Renata sangat bahagia karena setidaknya hasil kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil yang sangat baik. Dan ditambah lagi respon yang ia dapat juga sangat baik.
Ia melihat kembali meja kerjanya yang sudah bersih dari segala hal yang mengganggu pemandangan. Renata sekarang akan pergi ke butiknya karena semua pekerjaannya sudah selesai dan itu benar-benar membuatnya bahagia dan juga merasa lega karena tak ada beban kerja yang harus ia selesaikan.
Renata pun sudah bilang kepada asistennya bahwa ia akan pulang lebih awal dan jika ada pekerjaan yang belum ia selesaikan maka akan ia kerjakan Senin besok. Hari ini Renata terlihat cantik dengan blouse warna putih yang ia padukan dengab rok berwarna pink serta makeup yang tipis menambah penampilan Renata terlihat sederhana tapi tetap cantik. Bekerja di sebuah majalah fashion membuat Renata juga harus berpakaian menarik. Renata bukan tipe wanita yang suka membeli barang-barang branded. Walaupun ia punya beberapa barang branded tapi tak membuatnya ketagihan untuk membeli barang-barang branded seperti itu. Ia selalu membeli baju ataupun barang lain yang membuatnya nyaman. Jadi tak semuanya harus mahal untuk mahal. Kalau memiliki murah tapi bisa berpenampilan menarik apa salahnya. Jadi hal itu benar-benar membuat Renata selalu terlihat cantik walaupun barang-barang yang ia pakai tak mahal.
Sebelum pergi ke butik miliknya ia mampir di restoran burger yang ada di sebelah kantornya. Karena tak mau mampir-mampir lagi maka Renata memilih untuk membeli burger dan juga kopi untuk para sahabat dan juga karyawannya yang sudah bekerja keras. Renata bukan tipe bos yang meminta para pekerjanya bekerja rodi. Sesekali ia sering membelikan makanan ataupun bonus jika kinerja mereka bagus. Jadi jangan heran jika para karyawan di butiknya sangat bekerja bersama dengan Renata dan juga kedua sahabatnya.
Saat ini Renata sedang menunggu pesanannya dibuat sambil menunggu pesanannya jadi ia mencoba melihat respon para konsumen tentang koleksi terbaru dari butiknya. Dan senyum langsung terbit dari wajah Renata ketika membaca respon positif dari para konsumennya. Setidaknya kerja kerasnya begadang selama ini tak sia-sia karena mereka begitu baik memberikan pendapat mereka.
Ketika Renata sedang menunggu pesanannya tiba-tiba ada seorang wanita modis duduk di hadapannya.
"Aku kira tadi salah. Ternyata benar jika editor keren di perusahaan kita ada disini," kata wanita itu.
Renata pun mengangkat kepalanya untuk melihat siapa yang mengajaknya bicara. Ketika ia melihat kedepan ekspresi tak suka langsung terlihat dari wajah Renata. Di depannya ada seorang wanita yang selalu menjadi saingannya di kantor. Sebenarnya bukan saingan tapi orang yang selalu berusaha mencari gara-gara dengan Renata. Dan wanita yang ada di depannya adalah Sandra Putria. Dia adalah salah satu orang yang sangat membenci Renata ketika Renata terpilih menjadi editor di kantornya. Karena dari dulu Sandra ini sudah mengincar posisi itu tapi sayangnya bos mereka lebih memilih Renata daripada Sandra.
"Ada apa ibu Sandra? Apa ada masalah?" tanya Renata dengan nada yang tidak bersahabat.
"Tidak ada yang salah cuma tumben aja editor kita jam segini sudah ada disini. Dan dari apa yang aku lihat sepertinya kamu mau pulang. Memang pekerjaan kamu sudah selesai? Apa untuk penerbitan bulan depan sudah beres? Jangan sampai nanti penjualan kita menurun karena editronya tak bekerja secara profesional dan asal-asalan," sindir Sandra.
"Anda tak usah khawatir ibu Sandra. Dapat saya pastikan jika untuk penerbitan bulan depan sudah aman hanya tinggal proses cetak saja. Selain itu anda tak perlu khawatir dengan penjualan kita karena hampir 2 tahun saya bekerja sebagai editor penjualannya sangat bagus dan yang pasti banyak menguntungkan bagi perusahaan. Kalau pekerjaan anda gimana? Saya dengar-dengar project anda di tolak lagi oleh bos besar ya? Apa mungkin anda mau saya bantu biar project anda bisa diterima oleh bos kita?" tanya Renata yang memancing kemarahan dari Sandra.
"Kamu," tunjuk Sandra dengan ekspresi marah.
Bukannya takut dengan ekspresi marah yang ditunjukan oleh Sandra tapi Renata malah mengatakan sesuatu yang membuat Sandra semak marah kepada dirinya.
"Kalau mau bersaing yang sehat jangan suka melakukan sabotase dari apa dan tim aku lakukan. Asal kamu tahu aku tahu jika kamu dalang di balik yang membuat aku harus mengulang semua hal yang sudah disiapkan untuk penerbitan di beberapa bulan yang lalu. Aku dan tim harus begadang untuk menyelesaikan apa yang sudah kamu rusak. Kamu pikir dengan apa yang kamu lakukan bisa membuat karir aku rusak. Tentu saja itu tak akan pernah terjadi. Karena aku punya tim yang solid dan juga kuat sehingga jika ada orang yang berusaha merusaknya bisa kita ulang lagi dan tentu saja hasilnya sangat bagus. Untuk kali ini aku akan membiarkan kamu tapi lain kali jika kamu melakukannya lagi maka aku gak segan-segan melaporkan tindakan kamu kepada bos kita," kata Renata penuh penekanan.
Sekitar tiga bulan yang lalu adalah mimpi buruk bagi Renata dan juga timnya karena file yang seharusnya sudah bisa dicetak untuk penerbitan bulan selanjutnya tiba-tiba hilang begitu saja. Padahal waktu penerbitan tinggal sebentar. Akhirnya mau tak mau Renata dan juga timnya membuat ulang semuanya dan untung saja hasil yang mereka dapatkan masih sangat bagus dan yang pasti tak mengganggu proses penerbitan. Saat itu Renata curiga kenapa file yang seharusnya sampai di bagian percetakan bisa hilang begitu saja hingga Renata mencari tahu semuanya apa yang terjadi hingga akhirnya bisa mendapatkan sebuah fakta bahwa Sandra yang melakukan sabotase itu dan membuat namanya hancur.
Sedangkan Sandra sendiri kaget jika Renata bisa tahu jika yang menyabotase pekerjaannya adalah dirinya. Padahal ia sudah melakukan semuanya dengan rapi tapi yang ia dapat tak sesuai dengan apa yang ia pikirkan.
Renata tak mau berlama-lama berada bersama orang munafik seperti Sandra. Hidupnya sudah cukup melelahkan jadi ia tak mau menambahkannya dengan orang yang tak penting seperti Sandra. Ia memilih untuk mengambil pesanannya dan segera berjalan keluar untuk mencari taxi dan segera menuju butiknya.
Sandra sendiri terlihat sangat marah ketika selalu gagal menjatuhkan Renata. Tapi ia tak akan menyerah ia akan pastikan akan menghancurkan Renata bagaimana pun caranya.
Sementara itu di sebuah kedai kopi Adrian tampak sedang menikmati kopinya sambil melepas lelah. Hari ini ia tak begitu banyak pekerjaan jadi ia bersantai-santai untuk sejenak. Beberapa Minggu terakhir ia memang sedang disibukkan oleh beberapa pekerjaan yang tak kunjung selesai. Tapi walaupun begitu Adrian sangat menikmati semua pekerjaan yang ia ambil. Segala hal yang berhubungan dengan fotografi membuatnya bahagia. Jadi ia merasa pekerjaan yang ia lakukan adalah hal yang menyenangkan.
Ketika Adrian sedang menikmati kopinya tiba-tiba ada seseorang yang duduk di hadapannya.
"Selamat sore tuan Adrian," kata Gery yang datang atas perintah Adrian.
"Gery berhenti memanggil aku tuan kita sedang tak ada di rumah dan kita juga sedang di ruang publik jadi panggil Adrian saja." Adrian selalu meminta Gery untuk memanggil namanya saja tapi ia selalu menolak.
"Maaf tuan saya tidak bisa," tolak Gery.
"Sudahlah. Kamu bawa apa yang saya perintahkan?" tanya Adrian dengan ekspresi yang serius.
"Ini tuan. Saya sudah membawa laporan keuangan dan juga saham milik perusahaan Levin. Memang kenapa tuan membutuhkan hal ini?" tanya Gery bingung.
"Aku ingin melihat bagaimana perkembangan perusahaan saat ini. Jadi sekarang perusahaan di kendalikan oleh Arnold. Bagaimana situasi perusahaan setelah di pimpin oleh Arnold?" tanya Adrian yang membaca laporan yang diberikan oleh Gery.
"Sejauh ini tuan Arnold bisa memimpin perusahaan dengan baik. Dan juga perusahaan sekarang sudah berjalan baik. Tapi sebenarnya saya berharap jika tuan Adrian yang memimpin perusahaan karena saya tahu jika kemampuan tuan Adrian di atas tuan Arnold. Bahkan saya tahu jika selama ini tuan Adrian terus mengawasi perusahaan dari jauh. Dan saya sangat tahu jika sebelum diambil alih oleh tuan Arnold tuan Adrian lah yang memimpin perusahaan. Dan selama tuan Adrian memimpin perusahaan saham perusahaan Levin mengalami kenaikan yang pesat," kata Gery menjelaskan.
Jangan dipikir jika Adrian hanya sebagai fotografer tak memiliki otak yang cerdas. Karena pada kenyataannya Adrian memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Dan memang dulu ia sempat memimpin perusahaan di usianya yang sangat muda. Tapi walaupun begitu ia tetap mendapatkan hasil yang baik.
"Apa aku perlu ikut campur lagi ke perusahaan Levin?" tanya Adrian dengan senyum yang penuh arti.
Sebenarnya ada sebuah misi terselubung yang sedang direncanakan oleh Adrian tapi ia belum bisa menjabarkan semuanya karena persiapannya belum matang. Jadi harus menunggu sedikit lebih lama lagi.