Renata baru saja memarkirkan mobilnya di halaman depan rumah milik kedua orang tuanya. Memang Renata baru saja sampai di rumah kedua orang tuanya ketika sudah menunjukan pukul 10 malam. Ia memang agak terlambat sampai di rumah kedua orang tuanya karena harus membahas banyak hal dengan kedua sahabatnya sekaligus rekan bisnisnya. Renata pun tadi juga sudah menelpon ibunya juga untuk tidak usah menunggunya karena ia akan pulang terlambat. Dan kemungkinan akan sampai rumah tengah malam. Jadi ia tak mau membuat ibu dan ayahnya menunggu dirinya.
Dengan langkah yang perlahan Kamila pun berjalan menuju pintu depan. Ia pun mencoba mengambil kunci di dalam tasnya tapi ia belum juga menemukan dimana kuncinya.
"Aduh dimana sih kuncinya? Perasaan tadi aku udah masukin ke dompet," kesal Renata yang terus mendumel karena tak menemukan kunci rumah kedua orang tuanya.
Ketika Renata sibuk mencari dimana keberadaan kuncinya, tiba-tiba pintu didepannya terbuka dan menampilkan sosok laki-laki yang sangat Renata cintai di dunia ini.
"Ayah," sapa Renata ketika melihat keberadaan sang ayah yang membukakan pintu rumah.
Tanpa pikir panjang Renata pun langsung memeluk sang ayah dengan penuh rasa rindu. Memang Renata sudah lama tidak bertemu dengan sang ayah karena beberapa waktu terakhir ia disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan yang tak pernah kunjung selesai. Dan ia hanya bisa menanyakan kabar ayah dan ibunya lewat telepon aja.
"Ayo masuk dulu di luar dingin nanti kamu bisa masuk angin," perintah sang ayah yang begitu penuh perhatian.
Dengan masih terus memeluk sang ayah Renata pun masuk ke dalam rumah masa kecilnya itu.
"Ayah kok belum tidur sih? Ini kan udah jam 10 lebih?" tanya Renata yang khawatir melihat sang ayah belum istirahat di jam malam ini.
"Ayah mana bisa tidur kalau belum melihat putri kesayangan ayah yang belum pulang. Apalagi ini udah malam juga ayah khawatir jika ada apa-apa di jalan," jawab sang ayah sambil membelai kepala sang putri.
" Ayah seharusnya banyak istirahat aja. Ayah kan belum begitu sehat jadi seharusnya gak usah nungguin aku segala. Lagian aku juga sudah biasa pulang malam seperti ini. Ayah tak lupa dengan pesan dokter kan? Dokter kan berpesan agar ayah banyak istirahat dan gak boleh tidur terlalu malam," kata Renata yang nyaman berada di pelukan sang ayah.
Sang ayah memang sempat terkena serangan jantung. Dan saat itu keadaanya sangat mengkhawatirkan tapi syukurlah sekarang keadaan ayah sudah lebih baik tapi memang dokter menyarankan untuk ya terlalu lelah dalam beraktivitas. Selain itu juga harus banyak istirahat.
"Ayah sekarang jauh lebih baik daripada sebelumnya. Ayah hanya ingin menunggu putri ayah pulang dan bisa melihatnya. Karena ayah sudah lama gak ketemu sama kamu jadi ayah tunggu kamu pulang aja," jawab sang ayah yang terlihat sangat merindukan Renata.
Renata merasa bersalah karena sudah jarang pulang ke rumah. Sejak ia disibukkan dengan beberapa pekerjaan ia pun memilih tinggal di apartemen yang ia beli sendiri. Karena jarak rumah kedua orang tuanya sangat jauh menuju ke kantornya. Jadi ia memilih untuk tinggal sendiri sekaligus ia juga ingin belajar mandiri. Tapi ia lupa jika di rumah ini Renata adalah tuan putri bagi sang ayah. Sebagai anak perempuan satu-satunya Renata memang sering di manja sripads kedua kakaknya. Jadi tak heran ayahnya sangat menyayangi dirinya.
"Maaf ya yah kalau selama ini aku jarang pulang ke rumah. Tapi aku akan janji sama ayah akan sering pulang ke rumah untuk bisa menghabiskan waktu bersama ayah. Atau kita bisa berlibur bersama lagi," kata Renata sambil menatap sang ayah.
"Kamu bicarakan dengan kakak-kakak kamu sekarang mereka sudah memiliki keluarga sendiri jadi pasti akan susah jika berlibur bersama. Kalau ayah sih ikut aja kalau kamu mau mengajak ayah sama ibu berlibur," jawab sang ayah setuju jika Renata mengajaknya berlibur.
"Nanti aku tanya kak Brandon sama kak Kelvin. Kalau mereka gak bisa aku akan ajak ayah dan ibu aja liburan sendiri. Pasti seru juga bila kita berlibur bersama tanpa kak Brandon ataupun kak Kelvin," kata Renata memberi saran.
"Ayah ikut saja mau liburan sama siapa saja. Sekarang ayah kan sudah tidak bekerja jadi ayah punya banyak waktu untuk bisa berlibur bersama. Dan sayang apa kamu sudah siap untuk datang ke pernikahanya Wanda?" tanya sang ayah hati-hati.
"Emang kenapa yah? Aku gak masalah kok buat anterin ayah dan ibu ke acara pernikahan itu. Kan memang tujuan aku pulang buat nganterin ayah dan ibu kan?" tanya Renata kembali.
"Disana nanti pasti kita akan bertemu dengan Andre mantan tunangan kamu. Apa kamu udah siap untuk bertemu dengan dia? Dan ayah lihat Sania istri Andre gak suka sama kamu. Yang pasti kamu akan merasa tidak nyaman nantinya. Apa kamu gak apa-apa jika nanti mungkin akan disinggung oleh keluarga Sania yang memang tak pernah suka dengan kamu?" tanya sang ayah yang terlihat khawatir.
Renata tahu ayahnya hanya khawatir kepada dirinya. Ayahnya tahu bagaimana kisah cintanya dengan Andre. Dan sangat ayah juga tahu bagaimana Andre mencampakkan dirinya hingga ia sempat terpuruk. Dan beliau tak ingin melihat dirinya kembali terpuruk lagi. Padahal Renata sudah benar-benar pulih saat ini dan melupakan semuanya.
"Kalau ayah berpikiran aku akan merasa sakit ataupun tak nyaman ayah salah karena aku sudah baik-baik saja saat ini. Selain itu disana akan ada ayah kan yang selalu melindungi aku saat ada orang-orang jahat yang berusaha menyakiti aku. Karena ayah adalah superhero Renata," kata Renata menampilkan senyum manisnya.
"Kamu benar sayang. Ayah akan selalu jadi superhero kamu. Dan ayah tidak akan membiarkan kamu terluka. Ayah pastikan itu karena kamu adalah putri kesayangan ayah," kata sang ayah yang berjanji kepada Renata.
"Makasih yah. Ayah adalah ayah paling baik di dunia. Dan Rara sayang banget sama ayah." Renata pun memeluk tubuh sang ayah erat.
Setelah itu Renata pun sedikit menghabiskan waktu bersama ayahnya dengan mengobrol sebentar. Karena setelah itu rasa ngantuk sudah melanda Renata hingga ia pun segera masuk ke kamar dimana ia menghabiskan masa kecil hingga remajanya disini. Ketika masuk suasananya masih sama ketika terakhir ia tinggalkan. Sepertinya sang ibu tak mengubah kamar Renata begitu banyak. Hanya mungkin sang ibu hanya sedikit membereskan dan bersih-bersih saja. Hingga masih terkesan rapi dan bersih.
Renata pun segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya karena badannya benar-benar sudah lelah. Dan yang ia butuhkan saat ini adalah tidur. Jadi lebih cepat ia selesai membersihkan diri maka semakin cepat ia bisa tidur.
Selesai mandi ia memilih memakai piyama dengan motif kartun Mickey mouse yang ternyata masih muat di badannya. Ini salah satu piyama favoritnya dulu. Dan memakainya lagi membuat Renata mengingat akan masa lalu. Ia pun langsung naik ke ranjangnya. Dan tak membutuhkan waktu lama hingga ia pun mulai terlelap tidur.
Pagi pun menjelang tampak seorang wanita setengah baya s sang sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi untuk keluarganya. Sedangkan di luar tampak sang ayah sedang menyiram tanaman. Sementara di kamar tampak sang putri masih terlelap tidur dan seakan enggan untuk bangun dari tidur lelapnya.
"Yah coba Rara dibangunin. Ajak Rara buat sarapan bareng. Ini ibu sudah selesai masak buat sarapan kita," pinta sang istri kepada suaminya.
"Bentar Bu biar ayah selesaikan nyiram tanamannya dulu. Setelah itu baru ayah bangunin Rara," jawab sang suami dari arah halaman depan.
Sang istri pun mengangguk tanda mengerti hingga ia pun kembali menyiapkan beberapa alat makan untuk makan pagi hari ini.
Dengan langkah yang perlahan sang ayah pun berjalan menuju kamar sang putri. Dan ketika ia membuka kamar sang putri tampak sang putri masih terlelap tidur. Sang ayah pun berjalan mendekat dan duduk di samping ranjang Renata.
"Rara sayang bangun. Kita sarapan yuk," kata sang ayah mencoba membangunkan sang putri.
"Hhhhhmmmm....."
Hanya suara gumaman yang terdengar dari mulut Renata. Dan ia pun juga belum membuka matanya karena masih merasa ngantuk.
"Sayang bangun yuk kita sarapan bareng. Dibawah ibu udah sudah nyiapin sarapan buat kita. Jadi bangun yuk," bujuk sang ayah lagi.
Perlahan Renata pun membuka matanya dan pertama kali yang ia lihat adalah wajah sang ayah. Ia pun memilih untuk merebahkan kepalanya di pangkuan sang ayah.
"Aku masih ngantuk yah," jawab Renata dengan suara yang serak.
Dengan penuh kasih sayang sang ayah membelai kepala Renata penuh cinta. Ia begitu mencintai putri satu-satunya ini. Terkadang sang ayah suka merasa bersalah ketika sang putri harus menerima banyak hal buruk akibat laki-laki dan sebagai seorang ayah ia hanya tak ingin melihat putrinya bersedih lagi.
"Tapi di bawah ibu sudah menyiapkan sarapan buat kita. Jadi buruan cuci muka dan gosok gigi. Ayah tunggu di bawah. Jangan sampai kita kena omelannya ibu," kata sang ayah yang tahu benar sifat istrinya itu.
Renata pun tersenyum bila mengingatnya. Sang ibu memang terlihat cerewet dan judes tapi sebenarnya ia adalah sosok wanita yang begitu peduli dan sayang kepada keluarganya. Dan itu beliau lakukan hanya untuk keluarganya.
"Iya yah aku bakalan turun sebentar lagi," jawab Renata patuh.
Sang ayah pun keluar dari kamar sang putri membiarkan putri untuk cuci muka dan menggosok gigi.
"Ra, kamu kelihatan agak kurusan kamu diet ya?" tanya sang ibu pada Renata.
"Enggak kok Bu. Mana pernah Rara diet-diet segala. Bisa-bisa Rara kelaparan. Mungkin karena Rara rajin olahraga jadi kelihatan agak kurusan," jawab Renata sambil memasukan sesendok nasi goreng ke mulutnya.
"Kamu gak usah jaga makan segala. Makan apa aja yang kamu suka. Ibu gak mau kamu sakit." Terdengar nada khawatir di dalam suara sang ibu.
"Iya Bu Rara tahu kok," jawab Renata patuh.
Dan pagi itu Renata kembali merasakan sarapan penuh kebahagiaan bersama kedua orang tuanya. Karena biasanya ia selalu sarapan sendiri di apartemennya. Dan moment seperti ini sangat di nantikan oleh Renata.