"Wah ibu masak banyak banget," kata Renata yang takjub melihat begitu banyak makanan yang ada di meja makan.
"Gak banyak kok cuma tumis buncis sama daging cincang, tempe goreng, sama ayam goreng aja," jawab sang ibu yang tampak sibuk membawa beberapa makanan dari dapur.
"Ini sih banyak banyak banget Bu. Biasanya aku cuma makan sandwich kalau gak oatmeal atau sereal doang," kata Renata ketika mengingat menu sarapannya.
"Kok makanannya cuma begitu aja. Kamu lagi diet?" tanya sang ibu.
"Kenapa pernyataan ayah dan ibu bisa samaan sih. Berarti ayah dan ibu benar-benar berjodoh nih," goda Renata pada ayah dan ibunya.
"Renata Dewangga jangan mulai mengalihkan pembicaraan. Jawab aja pertanyaan ibu," kata sang ibu yang mulai marah.
Kalau sang ibu sudah memanggilnya dengan namanya sudah disebut dengan nama lengkap berarti sang ibu ingin Renata menjawab pertanyaannya tanpa bercanda.
"Aku gak lagi diet kok Bu. Cuma buat praktis aja kok. Lagian makan itu aja udah kenyang banget kok. Jadi ibu gak usah khawatir. Aku gak bakal menyakiti tubuh aku dengan makanan yang tak mengenyangaka," jawab Renata dengan pelan-pelan.
Renata memang selalu melakukan segala hal dengan praktis. Karena ia sudah sibuk dengan pekerjaannya maka ia mau segala hal dilakukan dengan praktis. Termasuk soal makanan. Renata bukan tipe orang yang suka pilih-pilih makanan. Ia bisa makan makanan apapun yang ia inginkan. Cuma ketika sarapan ia selalu makan yang praktis. Selain itu dengan hobinya berolahraga membuat orang-orang selalu salah kira jika dirinya sedang diet. Padahal ia sama sekali tak melakukan diet sama sekali.
"Kamu tuh seharunya sering-sering pulang ke rumah kalau kerjaannya gak banyak. Minimal sebulan sekali kamu pulang ke rumah. Jarak rumah sama kantor kamu juga gak terlalu jauh kan jadi kamu sempatkan waktu buat sekedar menjenguk ayah dan ibu. Ibu juga bisa memaksakan makanan kesukaan kamu ketika kamu disini. Karena ibu yakin ketika kamu tinggal sendiri pasti makan kamu berantakan kan?" Sang ibu mencoba menasehati sang putri yang terkadang susah diatur.
"Iya Bu. Lain kali Rara bakal sering pulang kok. Kemarin-kemarin memang Rara sedang banyak pekerjaan jadi mau tak mau harus segera di kerjakan. Tapi sekarang pekerjaan Rara sudah jauh lebih sedikit. Jadi Rara akan sering pulang ke rumah," jawab Renata patuh atas nasihat sang ibu.
Setelah itu kelurga Dewangga menyantap sarapan yang sudah dibuatkan oleh nyonya di rumah ini. Dan tentu saja Renata memakan makanan yang dimakan sang ibu dengan lahap. Kapan lagi bisa menyantap makanan sang ibu yang memang terkenal enak.
"Bu emang acaranya jam berapa sih?" tanya Renata setelah meminum segelas air putih.
"Acaranya sih sore sampai malam gitu. Tapi kalau bisa siang hari keluarga kita datang lebih awal untuk siap-siap," jawab sang ibu.
"Kalau sampai malam gimana kalau kita nginep di hotel aja. Jarak kesana mungkin hampir 2 jam. Kalau acaranya sampai malam pasti akan capek kalau langsung pulang. Ayah juga belum sembuh benar kan kalau harus melakukan perjalanan jauh. Menurut ibu dan ayah gimana?" tanya Renata sambil melihat kearah kedua orang tuanya.
"Kalau ibu sih ikut ayah aja. Gimana yah?" tanya sang ibu pada sang ayah.
"Mungkin kita nginep aja. Gak mungkin juga kamu nyetir malam-malam juga kan?" Sang ayah pun menyetujui saran dari sang putri.
" Ya udah kalau gitu biar nanti Rara aja yang pesan hotelnya. Jadi kita mau berangkat jam berapa?" tanya Renata lagi.
"Jam 9 aja kita berangkat biar gak kesiangan nanti di jalan," jawab sang ibu.
"Ok kalau gitu. Sekarang kan masih jam 7 masih ada 2 jam lagi sebelum kita berangkat. Rara mau joging sebentar ya. Cuma keliling komplek rumah kita aja kok. Paling setengah jam aja cukup," pinta Renata.
"Ya udah tapi jangan lama-lama nanti kamu malah kecapekan. Kan kamu bakalan nyetir jauh," kata sang ayah menasehati.
"Iya yah Rara tahu kok. Ayah gak perlu khawatir. Putri kesayangan ayah ini kuat jadi gak masalah kalau cuma nyetir 2 jam aja. Lagian Rara udah biasa olahraga setiap hari. Malah kalau gak olahraga bikin badan Rara jadi pada pegal," jawab Renata pertanyaan sang ayah.
Setelah selesai sarapan Renata kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap untuk joging disekitar rumah kedua orang tuanya. Seperti biasa ia memakai legging bra sport dan dipadukan dengan jaket parasut agar menutupi tubuhnya yang terlihat sangat seksi. Kalau biasanya ia akan joging dengan sport bra dan juga legging aja tapi kalau disini itu gak mungkin terjadi. Bisa-bisa ia akan menjadi omongan ibu-ibu kompleks yang akan bergosip tentangnya.
Setelah semua persiapan siap Renata pun segera joging karena ia tak punya banyak waktu untuk joging. Dan seperti yang Renata duga ketika ia berlari banyak laki-laki baik yang muda ataupun tua memperhatikan Renata ketika berlari. Padahal Renata sudah berusaha berpakaian sopan agar tak mengundang para mata lelaki untuk melihat kearahnya. Tapi ternyata caranya sia-sia karena tetap saja mereka memerhatikan Renata. Bahkan yang secara terang-terangan ada yang mencoba menggodanya. Tapi Renata tak mau ambil pusing karena niatnya hanya untuk joging aja.
Sudah setengah jam lamanya Renata joging hingga tanpa Renata kira ia bertemu dengan ibu-ibu kompleks yang resek memanggilnya.
"Mbaknya siapa ya? Kita kok gak pernah kenal sama mbak?" tanya seorang ibu-ibu itu.
"Saya Renata ibu putri dari bapak Ferry Dewangga," jawab Renata sopan.
"Ooo ternyata kamu Rara anaknya pak Ferry. Saya gak pernah lihat mbaknya soalnya. Berarti kamu juga teman sebayanya Tika ya?" tanya ibu itu yang terus memperhatikan Renata.
"Iya Bu dulu saya teman sekolahnya Tika. Gimana kabarnya Tika Bu?" tanya Renata mencoba untuk bersikap ramah.
"Tika sekarang ada Surabaya bersama suaminya. Dia sudah menikah dan punya 2 anak. Kalau kamu gimana? Apa sudah menikah?" tanya sang ibu-ibu rempong itu.
"Saya belum menikah Bu. Saya masih fokus sama karier saya jadi belum memutuskan untuk menikah," kata Renata masih mencoba bersikap ramah.
"Ooo jadi fokus sama karier. Jangan terlalu lama fokus sama karier nanti bisa-bisa gak nikah-nikah loh," sindir ibu kompleks itu sok kasih saran.
Sebenarnya Renata sudah muak lama-lama disini karena ibu-ibu ini hobbynya hanya bergosip saja dan itu membuat mood Renata buruk. Tapi gak mungkin kan Renata membalas omongan dari ibu-ibu yang suka bergosip seperti ini. Setelah mendengar beberapa curhatan dari ibu-ibu itu Renata pun berpamitan dengan para ibu-ibu itu dan pulang ke rumahnya.
"Kamu kenapa sayang kok wajah kamu kelihatan kesel gitu?" tanya sang ayah yang kebetulan ada di teras.
"Ibu-ibu di komplek ini tuh sukanya pada ngegosipin orang lain yang bahkan gak pernah mereka ketemuan," jawab Renata judes.
Ferry ayah dari Renata mengerutkan keningnya karena melihat sang putri bercerita dengan menggebu-gebu.
"Maksud kamu apa sih sayang? Ayah lihat-lihat sepanjang jalan keluar terlihat kesal banget." Sang ayah mencoba mencari penjelasan kepada sang putri.
"Jadi tadi kan aku pergi jogging trus ketemu sama ibu-ibu gitu. Trus salah satu ibu-ibu itu menyapa aku dan tentu saja aku menyapa balik. Trus ibu-ibu itu mulai bertanya siapa aku dan aku pun mengatakan siapa aku. Dan ternyata salah satu ibu-ibu itu adalah ibu dari teman aku dulu. Ibu itu pun mulai membanggakan anaknya dan aku tentu aja gak mempermasalahkannya. Tapi yang bikin aku sebal ketika ibu-ibu itu menceramahi aku kenapa aku belum menikah? Trus jangan terlalu fokus dengan karier dan nanti malah gak nikah-nikah. Dan itu benar-benar bikin aku kesal banget," jawab Renata menjelaskan.
Ferry pun mendekati sang putri untuk menenangkan sang putri. Ia tahu jika sang putri pasti merasa marah dan kesal mendengar perkataan seperti itu. Sebagai orang tua Ferry tak pernah memaksakan kehendaknya kepada anak-anaknya. Termasuk soal jodoh pun Ferry tak pernah mempermasalhkannya. Baginya kebahagian anak-anaknya adalah hal yang penting.
"Ya udah gak usah diambil hati. Anggap aja orang-orang itu gak tahu siapa kamu dan mereka hanya iri atas pencapaian yang kamu peroleh saat ini. Udah sekarang mending kamu mandi dan siap-siap setelah itu kita berangkat. Dan lupakan semuanya," kata Ferry mencoba menasehati sang putri.
Amarah Renata sedikit menurun ketika mendengar penjelasan dari sang ayah. Apa yang dikatakan oleh sang ayah benar-benar dapat Renata pahami. Dan semua itu benar adanya.
"Makasih ya yah udah selalu ada buat Rara. Ayah memang superheronya Rara. Rara sayang banget sama ayah," kata Renata langsung memeluk sang ayah.
"Ayah juga sayang banget sama kamu. Jadi kalau kamu butuh teman cerita ataupun butuh apapun ayah selalu ada buat kamu," kata sang ayah membalas pelukan sang putri.
Setelah itu Renata pun masuk ke kamarnya untuk mandi dan bersiap-siap. Karena ia harus bergegas untuk berangkat biar gak terlalu kesiangan nantinya.
Sementara itu di tempat lain Adrian baru saja bangun dari tidurnya ketika ia mendapat telepon dari salah satu temannya untuk membantu menggantikan dirinya untuk menjadi fotografer di sebuah acara pernikahan malam ini. Sebenarnya Adrian malas untuk menerima pekerjaan itu karena ia benar-benar sangat lelah karena beberapa hari terakhir pekerjaannya sangat banyak. Tapi temannya itu memohon karena ia tidak bisa datang karena ia harus menjaga ibunya yang sedang sakit. Walaupun Adrian terlihat cuek dan berandalan tapi ketika ada temannya yang meminta bantuan dan itu soal ini maka ia pun selalu akan berusaha membantunya. Karena ia sangat merindukan sosok ibunya yang sudah lama meninggal. Dan dengan membantu Adrian merasa bahwa yang dibantu adalah ibunya.
Berhubung pekerjaan yang diambil di luar kota maka Adrian pun harus bersiap-siap. Tapi sebelumnya ia meminum kopinya sebelum ia mandi dan bersiap untuk berangkat. Sambil minum kopi ia melihat foto Renata di dalam ponselnya.
"Aku pastikan kamu akan menjadi milik aku," kata Adrian melihat foto Renata.