Hampir 2 jam lamanya Renata menyetir menuju ke tempat pernikahan saudaranya. Tapi sebelum menuju ke tempat acara terlebih dahulu ia check ini di hotel sebelum nanti mereka akan berada di rumah saudara yang mengadakan pernikahan pada malam hari.
"Ayah sama ibu istirahat dulu aja pasti capek kan habis melakukan perjalan jauh," kata Renata yang akan mengantar menuju kamar hotel kedua orang tuanya.
"Seharusnya yang capek itu kamu bukan ayah dan ibu. Kamu kan yang dari tadi nyetir kan? Ayah sama ibu kan cuma tinggal duduk aja," jawab sang ayah selalu saja membuat Renata selalu mengulas senyumnya.
"Tapi tetap aja ayah dan ibu butuh istirahat. Kalau Rara sudah biasa bawa mobil kayak gini. Bu, nanti mau berangkat jam berapa biar Rara siap-siap?" tanya Renata pada sang ibu.
"Acaranya kan jam 7 jadi mungkin kita berangkat jam 6 aja. Jadi kita bisa datang agak lebih awal. Gimana menurut ayah?" tanya sang ibu pada suaminya.
"Ayah sih ikut ibu aja. Kalau jam 6 berangkat juga gak apa-apa," jawab sang ayah setuju.
"Ok kalau gitu nanti jam 6 Rara ke kamar ayah dan ibu," kata Renata setuju dengan sang ibu.
Setelah mengantarkan ayah dan ibunya ke kamarnya, Renata pun segera jalan ke ruangannya. Jarak kamarnya dan kamar kedua orang tanya juga tak jauh jadi jika ayah dan ibunya butuh sesuatu bisa langsung datang ke kamarnya.
Sesampainya di kamarnya Renata langsung merebahkan badannya ke ranjang. Sebenarnya 2 jam menyetir gak masalah buat Renata tapi berhubung beberapa hari ini ia disibukkan oleh beberapa pekerjaan jadi sekarang ia merasa lelah. Ia melihat jam di ponselnya dan ternyata masih ada 3 jam lagi sebelum Renata bisa bersiap-siap. Renata memilih untuk tidur sebentar agar tubuhnya jadi lebih fresh.
Sementara di tempat lain Adrian baru saja sampai di tempat temannya yang meminta bantuannya untuk menjadi fotografer di sebuah acara pernikahan. Sebenarnya Adrian malas jika harus bekerja di akhir pekan. Biasanya kalau gak ada jadwal yang mendesak Adrian lebih suka menghabiskan waktunya di apartemen miliknya. Karena akhir pekan bagi Adrian identik dengan bermalas-malasan. Tapi akhir pekan ini sepertinya ia tak bisa bermalas-malasan karena harus membantu temannya.
"Adrian makasih banget kamu sudah datang jauh-jauh kesini dan mau bantuin aku. Aku benar-benar gak tahu harus minta bantuan siapa lagi kalau bukan kamu," kata Indra teman Adrian.
"Kalau bukan kamu yang minta bantuan aku gak bakalan mau jauh-jauh datang kesini," jawab Adrian tetap dengan gayanya yang santai.
"Maka dari itu tadi aku bilang makasih kan. Kamu benar-benar dewa penolong aku. Soalnya klien aku kali ini bisa dibilang cukup penting soalnya dia anak salah satu orang penting di kota ini. Jadi kamu tahu kan mereka selalu menuntut untuk acara pernikahan mereka harus sempurna. Jadi aku pun sebagai wedding organizer harus mengikuti semua permintaan mereka," kata Indra menambahkan.
"Iya terserah kamu. Jam berapa acaranya?" tanya Adrian yang tak peduli dengan penjelasan temannya itu.
"Acaranya sih jam 7 malam. Tapi kita harus siap jam 5 sore," jawab Indra melihat jadwal acara.
Adrian melihat jam di tangannya dan ternyata masih jam 10 pagi. Memang Adrian berangkat pagi-pagi karena takut macet di jalan. Selain itu kalau berangkat pagi kan suasananya lebih enak dan gak ramai jalannya.
"Kalau gitu kamu punya tempat buat aku tidur dulu gak? Aku benar-benar capek melakukan perjalanan yang jauh. Apalagi semalam aku ada kerjaan sampai malam jadi tidurku berantakan." Adrian pun tanpa malu menanyakan soal tempatnya bisa tidur.
"Tenang aja kamu bisa tidur di kantor aku. Kebetulan ada kamar kosong dan kamu bisa tidur disana," kata Indra menawarkan kamar kosong di kantornya.
"Ya udah gak apa-apa. Sekarang mana kamarnya soalnya aku benar-benar butuh tidur saat ini. Aku benar-benar sangat ngantuk," kata Adrian yang terlihat lelah.
Saat ini Adrian memang berada di kantor milik Indra. Karena tadi Indra meminta dirinya untuk datang kesini. Indra pun segera menunjukkan kamar yang akan Adrian gunakan untuk tidur.
"Ya udah kamu tidur dulu. Nanti kalau butuh apa-apa bisa hubungin aku," kata Indra bersikap baik.
Adrian pun mengangguk mengerti perkataan Indra. Sebelum Adrian tidur ia sempat melihat ponselnya untuk mengecek apa ada pesan masuk yang penting. Beberapa chat yang masuk membahas soal pekerjaan tapi Adrian terlalu malas untuk membacanya. Sebenarnya Adrian berharap jika ada pesan masuk dari Renata. Entah kenapa Adrian sudah jatuh cinta dengan Renata. Pembawaannya berbeda dari wanita di luar sana. Dan itu membuat Adrian France Levin merasa tertarik untuk bisa mengenal lebih dalam seorang Renata Dewangga.
"Kamu kalau lagi serius aja cantik gimana kalau lagi senyum pasti cantik banget. Semoga aja kamu datang di mimpi aku," kata Adrian yang melihat foto Renata di ponselnya.
Tak membutuhkan waktu yang lama Adrian pun sudah lelap tertidur karena badannya sepertinya tidak bisa diajak kompromi lagi.
Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore ketika Renata baru saja selesai mandi. Waktu 1 jam ini akan Renata gunakan untuk bersiap-siap. Walaupun Renata bekerja di sebuah majalah fashion tak membuat dirinya ribet dengan segala hal yang berhubungan dengan penampilan. Renata juga tak suka berlama-lama berdandan karena itu akan membuang banyak waktunya.
"Ahhh segarnya," kata Renata setelah selesai mandi.
Dengan mengenakan bathrobenya Renata pun duduk di depan meja rias. Tapi sebelumnya ia membalas beberapa pesan yang masuk ke ponselnya. Kebanyakan pesan yang masuk berhubungan dengan pekerjaan. Walaupun ini akhir pekan tapi terkadang Renata masih memantau semua pekerjaan yang ada. Ini adalah salah satu kunci kenapa Renata bisa sukses seperti ini. Ia bekerja keras untuk sampai di titik ini. Ia juga mengorbankan banyak waktu juga tenaga untuk bisa mencapai semua hal yang sudah ia rencanakan.
Setelah membalas semua pesan yang masuk Renata pun memulai memoles wajah cantiknya dengan beberapa makeup yang ia bawa. Renata akan memoles wajahnya dengan makeup yang natural aja karena memang dirinya tak suka makeup yang aneh-aneh.
"Ternyata aku cantik juga pakai kebaya kayak gini. Mungkin ke depannya aku bisa jual kebaya kayak gini di toko," kata Renata yang melihat tampilan dirinya di cermin.
Saat ini Renata memang memakai kebaya yang ia desain sendiri. Kebaya berwarna pink itu tampak pas di tubuhnya yang langsing. Kerja kerasnya selama ini untuk berolahraga membuat tubuhnya sangat ideal. Kalau anak jaman sekarang bilang jika tubuh Renata itu body goal banget.
Renata sekali lagi mengecek tampilan dirinya di cermin sebelum ia bertemu dengan ayah dan ibunya. Dengan makeup yang natural serta rambutnya yang ia tata seperti model sanggul gitu membuatnta terlihat sangat cantik. Bahkan orang-orang tak akan mengira jika Renata sudah berusia 30 tahun karena memang penampilannya masih terlihat seperti anak abg. Tak lupa ia memakai high' helsnya yang tak terlalu tinggi agar memudahkan dirinya menyetir nantinya. Setelah dirasa semuanya sempurna Renata pun berjalan menuju ke kamar ayah dan ibunya.
"Woow. Putri ayah cantik sekali. Apa ini benar-benar Putri ayah Renata Dewangga?" puji Ferry pada sang putri.
"Ihhh ayah apaan sih. Ini kan benar-benar putri ayah masak putri orang lain," jawab Renata cemberut.
"Tapi apa yang ayah kamu katakan benar Ra. Kamu kelihatan sangat cantik. Mungkin di acara nanti kamu akan kelihatan cantik di bandingkan pengantinnya. Dan kamu benar-benar sudah sangat pantas jadi pengantin juga loh Ra," kata sang ibu yang memuji sekaligus menyindir di waktu yang bersamaan.
"Udahlah Bu jangan mulai lagi. Nanti ada waktunya Rara juga akan jadi pengantin. Sekarang kakak masih menikmati kesendirian Rara dan fokus sama pekerjaan. Dan yang pasti Rara masih ingin membuat ayah dan ibu bahagia serta bangga atas segala pencapaian yang Rara lakukan. Contohnya aja kebaya yang Rara pakai ini adalah rancangan Tarra sendiri. Menurut ayah dan ibu kebaya buatan Rara bagus gak?" tanya Renata yang sedikit mengalihkan arah obrolan dari kedua orang tuanya.
"Wah ternyata anak ayah semakin jago juga. Kebaya buatan kamu bagus banget sayang. Mungkin nanti kalau di jual pasti akan laku keras. Iya kan Bu?" tanya Ferry pada sang istri.
"Iya yah kebaya buatan Rara bagus banget," puji sang ibu.
"Ya udah kita berangkat aja daripada nanti di jalan macet," ajak sang ayah.
Renata dan juga ibunya pun mengiyakan perkataan sang ayah. Mereka pun segera menuju ke arah mobil dan berangkat menuju ke tempat acara pernikahan saudara mereka. Renata berharap semuanya akan baik-baik saja ketika berada disana. Karena jujur saja ada sedikit rasa gugup di hati Renata ketika ia harus datang ke acara pernikahan itu. Ia harus siap mendengarkan semua sindirian dari keluarga besar sang ibu yang pasti akan menanyakan tentang dirinya yang masih belum menikah di usianya yang sudah 30 tahun. Selain itu Renata juga harus siap mental jika akan bertemu dengan Andre mantan tunangannya dulu. Mungkin dulu Renata akan bersikap canggung ketika bertemu dengan Andre. Tapi sekarang ia sudah baik-baik saja jika bertemu dengan Andre. Karena Renata sudah menganggap jika hubungan mereka sudah berakhir. Tapi istri dari Andre Sania yang juga sepupunya itu selalu saja mencari gara-gara dengannya jika melihat dirinya ada di suatu tempat yang sama. Mungkin ia takut jika suaminya akan kembali kepada Renata. Padahal tak pernah terbersit di pikiran Renata untuk kembali bersama Andre. Karena baginya ia sudah nyaman dengan apa yang ia dapat sekarang. Dan Renata paling anti mengambil sesuatu yang bukan menjadi miliknya. Apalagi ia sudah menjadi seorang wanita yang mandiri dan sukses jadi kenapa ia harus iri dengan kebahagiaan yang orang lain miliki. Renata selalu diajarkan oleh sang ayah untuk selalu bersyukur dengan apa yang ia dapatkan saat ini dan jangan pernah merusak kebahagiaan orang lain. Renata pun selalu berpegang teguh dengan nasihat yang sang ayahnya katakan padanya.