Doa yang tulus

1653 Kata
Tak membutuhkan waktu lama untuk Renata menyetir karena ternyata jarak hotel dan tempat pernikahan itu tak begitu jauh. Ia bisa melihat bagaimana megahnya acara pernikahan sepupunya itu. Wajar saja sih karena pamannya yang merupakan salah satu pejabat penting di daerah ini jadi bisa di bayangkan bagaimana mewahnya acara pernikahan anaknya. "Yah penampilan Rara gimana udah bagus kan?" tanya Renata meminta sang ayah melihat penampilannya. "Putri ayah sudah sangat cantik banget," puji Ferry pada putrinya. Renata tersipu malu mendapatkan pujian dari sang ayah. Bagaimana pun juga bagi Renata menganggap jika sang akan selalu menjadi cinta pertama. Jadi ketika ia mendapatkan pujian dari sang ayah maka ia merasa sangat bahagia. "Udah yuk masuk aja. Kita harus ketemu sama keluarga pengantinnya sebelum acaranya di mulai nanti," kata sang ibu yang sudah mulai mengomel. Renata dan juga sang ayah hanya bisa mengikuti kemauan sang ibu. Karena mereka tahu jika sang ibu sudah memerintahkan sesuatu maka harus di penuhi. Dan seperti biasa Renata selalu menjadi pusat perhatian karena malam itu Renata benar-benar terlihat sangat cantik. Siapapun orang yang melihat Renata pasti akan menjadi pusat perhatian. Renata sudah terbiasa ketika beberapa laki-laki menatapnya lapar. Renata dan kedua orang tuanya berjalan masuk ke tempat acara. Kebetulan acara pernikahan diadakan di rumah keluarga pengantin wanita. Berhubung rumahnya yang besar bak istana membuat kedua pengantin dan juga keluarganya memutuskan mengadakan acara pernikahan disini. Sebenarnya kedua pengantin sudah sah sebagai pasangan suami istri tadi pagi. Dan malam ini hanya tinggal resepsinya saja. "Mbak Wulan selamat atas pernikahan putrinya ya," kata sang ibu sambil memeluk kakaknya. "Ya ampun Lila ternyata kamu datang. Mbak kira kamu gak bisa datang," kata sang kakak yang langsung memeluk sang adik. "Masak keponakan aku menikah aku gak datang sih mbak," jawab Lila yang tersenyum kearah sang kakak. "Kamu kesini sama siapa?" tanya Wulan pada sang adik. "Selamat malam Tante Wulan," sapa Renata yang sudah berada di belakang sang ibu. "Ya ampun Rara kamu cantik banget. Tante sampai pangling lihat kamu," kata Tante Wulan yang terkejut melihat penampilan Renata malam ini. "Ihhh Tante Wulan bisa aja. Rara cuma berpenampilan biasa aja. Kebetulan ini produk baru buat butik aku kok Tante jadi ceritanya Rara coba pakai siapa tahu cocok. Menurut Tante gimana bagus gak?" tanya Renata mencoba mencari tahu pendapat sang Tante. "Menurut Tante bagus banget kok. Sangat cocok banget buat kamu. Kamu terlihat sangat cantik pakai kebaya ini. Tahu kalau kamu bisa bikin kebaya Tante milih kebaya buatan kamu. Tapi lain kali kalau Tante butuh kebaya Tante mau minta kamu buatin kebaya buat Tante. Janji ya Ra," pinta Tante Wulan. "Siap tante. Nanti kalau Tante butuh kebaya Tante bisa langsung minta sama aku nanti aku buatin buat Tante," jawab Renata mengiyakan permintaan Tante Wulan. "Mbak, Wanda dimana aku mau ketemu sama dia?" tanya Lila ibunya Renata. "Wanda ada di kamarnya kok kayaknya lagi siap-siap di kamar. Kalian bisa temuin Wanda di kamarnya," kata Tante Wulan memberitahu Renata dan juga sang ibu. "Ya udah Tante aku sama ibu akan masuk lihat Wanda dulu. Nanti ketemu sama Tante lagi," kata Renata berpamitan kepada sang Tante. Tante Wulan pun pergi entah kemana meninggalkan Renata dengan sang ibu. "Bu mau ketemu sama Wanda sekarang atau nanti?" tanya Renata pada sang ibu. "Kita ke tempat Wanda dulu aja. Sebelum nanti kita gak sempat buat ketemu sama dia," jawab sang ibu pada Renata. "Aku bilang sama ayah dulu biar nanti gak nyariin kita. Ibu tunggu disini sebentar," pinta Renata. Sang ibu mengangguk mengiyakan karena ibunya sudah berbicara dengan saudara yang lain. Renata pun berjalan menuju kearah sang ayah yang sedang berbincang dengan seseorang yang tak ia kenal. "Ayah," panggil Renata. "Ya sayang," jawab Ferry ketika di panggil sang putri. "Yah aku sama ibu mau ketemu sama Wanda jadi ayah tunggu disini aja. Nanti kalau ayah cari aku atau ibu ayah telepon aja atau bisa kedalam," kata Renata memberitahu sang ayah. "Ya ampun kamu Renata yang dulu suka om gendong itu bukan?" tanya seorang laki-laki yang umurnya hampir sama kayak ayahnya. "Sayang kamu ingat om Rudi gak? Dia dulu kan tetangga kita. Kamu ingat Farah kan? Dia kan teman kamu waktu TK." Ferry pun mengingatkan kepada sang putri. Renata pun mencoba mengingat tentang om Rudi dan juga Farah. Hingga akhirnya ia pun mengingatnya. "Maaf om tadi Renata lupa soalnya kan udah lama gak ketemu. Gimana kabarnya om? Terus Farah gimana kabarnya?" tanya Renata bersopan santun. "Gak apa-apa Renata. Om maklum kok kan memang sudah lama gak ketemu. Kabar om baik-baik aja. Kalau kabar Farah juga baik-baik saja sekarang dia tinggal di Medan bersama suami serta anaknya. Farah pasti senang kalau om cerita ketemu sama kamu," jawab om Rudi yang terlihat antusias. "Kayak udah lebih dari 20 tahun aku gak ketemu sama Farah. Nanti aku minta nomor teleponnya Farah aja om biar bisa saling berkomunikasi satu sama lain. Siapa tahu kita bisa ketemu kalau sedang gak sibuk." Renata senang akhirnya bisa berkomunikasi lagi dengan teman masih kecilnya. Renata pun sedikit berbincang dengan om Rudi sampai-sampai ia lupa ingin menemani sang ibu bertemu dengan sepupunya Wanda. Sementara itu Adrian sudah siap dengan kamera di tangannya. Adrian memang belum melakukan pemotretan karena tugas Adrian hanya memotret saat acara dimulai. Sedangkan sekarang Adrian berada di mobil untuk mempersiapkan kameranya. Walaupun ini bukan pekerjaan resminya tapi bagi Adrian ketika ia sudah memegang kamera maka ia akan serius dengan segala hal yang ia kerjakan. "Adrian yang aku kenal memang selalu profesional jika berhubungan dengan kamera. Aku takjub dengan apa yang kamu capai sampai di titik ini," kata Indra yang berdiri di samping Adrian. Adrian hanya tersenyum ketika mendengar kata-kata Indra. Indra memang salah satu sahabat yang membantunya ketika membangun karier sebagai seorang fotografer profesional seperti saat ini. Dulu ketika Adrian memilih pergi dari segala hal yang berhubungan dengan keluarganya. Ketika Adrian memilih kabur dari rumah Indra lah yang membantu dirinya untuk sementara waktu hingga akhirnya ia bisa sesukses saat ini. "Karena aku memang cinta dengan kamera jadi aku akan selalu memberikan yang terbaik untuk setiap klien kita. Lagian aku juga belajar dari kamu kan Indra. Kamu juga dari dulu selalu melakukan segala pekerjaan yang di kerjakan dengan sungguh-sungguh hingga kamu bisa sampai di posisi ini. Dan kamu juga salah satu sahabat yang menerima aku ketika dalam posisi yang terpuruk," kata Adrian berterima kasih. "Udah gak usah bahas soal masa lalu. Yang paling penting kita bahas masa yang sekarang aja. Aku udah sangat terima kasih karena kamu udah mau bela-belain jauh-jauh datang kesini untuk membantu aku. Padahal kamu sekarang sudah menjadi fotografer yang handal dan juga terkenal," puji Indra lagi. "Gak usah mulai lagi deh. Mending kita siap-siap aja. Memang acaranya mulai jam berapa?" tanya Adrian lagi. "Sekitar satu jam lagi acaranya akan di mulai. Tapi nanti kita kesana sekitar setengah jam lagi," jawab Indra pada Adrian. "Ok. Kalau gitu aku siapin dulu aja semuanya," kata Adrian mengerti. Adrian pun kembali dengan kamera yang akan digunakan untuk pekerjaannya hari ini. Renata menggandeng tangan sang ibu menuju ke kamar pengantin dimakan Wanda sepupunya berada. Ketika mereka masuk ke dalam kamar pengantin itu baik Renata dan juga ibunya takjub dengan penampilan Wanda yang terlihat sangat cantik. "Ya ampun Wanda kamu cantik banget. Mbak sampai gak ngenalin kamu loh," puji Renata yang berjalan mendekat. "Iya Wanda kamu terlihat sangat cantik. Tante sampai pangling banget sama kamu," puji sang ibu menambahkan. " Kak Rara. Tante Lila," kata Wanda yang kaget melihat kedatangan Tante dan juga sepupunya. Dengan sedikit berhati-hati Renata dan sang ibu bergantian memeluk Wanda. "Ya ampun aku gak nyangka kalau Kak Rara dan Tante Lila bakal datang ke acara pernikahan aku. Soalnya aku dengar dari mama kalau om Ferry sakit jadi kemungkinan gak bisa datang. Aku sedih ketika mendengar hal itu karena Tante Lila dan om Ferry kan udah kayak ayah dan ibu aku sendiri. Jadi aku ingin om Ferry dan Tante Lila datang untuk melihat aku menikah," kata Wanda dengan mata berkaca-kaca. Wanda memang sangat dekat dengan ayah dan ibu karena dulu waktu kecil Wanda sering menginap di rumah dan bahkan Wanda lebih suka tinggal di rumah bersama ayah dan ibu. Bahkan bagi Rara dan kedua kakaknya Wanda adalah adik bungsu mereka. Jadi wajar saja ketika Wanda datang ke rumah pasti di manja oleh semua orang rumah. "Tante sama Om pasti datang ke pernikahan putri bungsu om dan Tante. Tante masih tak menyangka jika Putri kecil yang dulu sering Tante gedung sekarang sudah menikah," kata Lila dengan mata yang berkaca-kaca. "Ibu jangan nangis sekarang nanti makeupnya Wanda malah luntur," kata Renata bercanda sekaligus mengingatkan sang ibu juga. "Iya... Iya ibu juga gak mau nangis kok. Hari ini kan hari bahagianya Wanda jadi gak boleh ada air mata," kata Lia setuju dengan perkataan sang putri. Wanda pun ikut menahan air mata yang akan jatuh ketika mengingat moment kebersamaan bersama keluarga tantenya. "Kak Rara semakin cantik aja. Kalau dilihat-lihat kakak malah kelihatan lebih muda daripada aku deh," puji Wanda. "Ini hanya pengaruh makeup up aja kok. Aslinya kakak memang udah tua. Dan satu lagi kak Brandon, kak Kelvin, dan kak Rara kasih kamu jadi bulan madu ke Maldives selama seminggu. Jadi setelah kamu selesai mengadakan resepsi pernikahan kamu bisa segera pergi bulan madu," kata Rara menyerahkan kado yang memang ia persiapkan untuk Wanda. "Ya ampun kak makasih banget. Kakak tahu aja kalau aku ingin banget pergi ke Maldives tapi belum ada kesempatan. Nanti bilang sama kak Brandon dan kak Kelvin soal ini ya kak," pinta Wanda. "Iya nanti kakak sampaiin sama kak Brandon dan kak Kelvin. Sekali selamat menempuh hidup baru ya Wanda. Kakak doakan kamu bisa menjalani kehidupan yang bahagia di pernikahan kamu," kata Renata mendoakan Wanda. "Makasih kak. Aku juga mendoakan semoga kakak segera menemukan laki-laki yang tulus mencintai kakak. Aku yakin kakak pasti akan menemukan laki-laki itu karena kakak adalah wanita yang baik," kata Wanda yang ikut mendoakan Renata. "Aamiin," kata Renata mengamini doa dari Wanda. Renata hanya bisa mengaminkan saja apa yang Wanda katakan kepadanya. Karena ia pun juga yakin dengan sangat pasti jika ia pasti akan menemukan pasangan yang bisa membuatnya bahagia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN