Handuk Yang Terlepas

655 Kata
"Kenapa kau datang? Aku hanya pinjam rumah sebentar sampai misiku berhasil." Geramnya menatap ke arah pria itu. "Lagian aku sudah berikan kompensasi untuk wanitamu. Apalagi?" Tatap Axel tajam. "Ma-maaf, Tuan. Tapi nenek anda meminta saya untuk menjemput anda, Tuan." Tegasnya membuat pria muda itu mendengkus kesal. "Aku akan pulang kalau misiku sudah berhasil. Dan katakan pada nenek, aku baik-baik saja. Paham?" Tatapnya pada pria itu dengan sorot mata dingin. "Ta-tapi, Tuan..." pria itu menggaruk kepalanya. "Saya tidak di izinkan kembali jika tidak membawa anda, Tuan..." imbuhnya cepat. "Ini adalah kali terakhir kau datang tanpa aku intruksikan, Johan! Kalau ini terjadi lagi. Aku akan memenggalmu, paham?!" Tatapnya tegas. "Ta-tapi, Tuan." Pria yang dipanggil Johan tampak mondar-mandir. "Sudah! Sana pulang. Katakan pada nenek. Aku akan pulang besok siang. Paham?!" "Baik, Tuan." Sahut sang asisten pribadi lagi dengan patuh. "Sana keluar!" Dorongnya pada pria yang berpakaian rapi itu. Dia menutup pintu dengan rapat, dan menguncinya. Dia langsung menuju kamarnya, merebahkan badan yang terasa penat. Ting! Ting! Suara ponselnya berdering, dia melirik dengan malas sambil berdecih. "Ckk! Bocah itu gak percayaan banget, aku bisa kelarin misiku..." gumamnya karena dia menduga yang mengirimi pesan singkat adalah sahabatnya, karena dia memang merasa belum membalas pesan singkat sahabatnya itu. Axel meraih ponselnya cepat dan membuka pesan singkat yang justru membuat kedua netranya terbuka sempurna. "Heii...kamu lagi apa?" Sebuah pesan singkat masuk dan tak lama masuk lagi. "Kalau udah selesai beberes, ke rumah mba ya. Mba kebetulan masak banyak, nih..." Seketika senyum mengembang di wajah tampan sang cucu konglomerat kaya itu. Dia bergumam perlahan. "Hhh! Ternyata semudah itu menahlukan wanita ini. Kenapa kemarin mereka yakin banget aku bakalan kalah?" Axel masih memandangi ponsel dengan wajah puas, sampai dia lupa untuk membalas pesan singkat. "Kok cuma di read doang? Ini nomer mba tetangga sebelah. Keburu dingin tar, mba tunggu sekarang ya, oke?” Sebuah pesan singkat datang lagi semakin membuat Axel berseru. “Yess!” Serunya lalu dia menautkan dahi dan berbisik. “Dia bukan sengaja ngejebak aku, bukan? Gak mungkin dia tahu tujuanku kesini?” Gumamnya perlahan masih memandangi kalimat demi kalimat pada pesan singkat itu. "Apa mungkin, ada wanita yang polos begini? Mustahil...aku harus berhati-hati. Jangan sampai niatku yang ingin kelarin misi malah aku yang terperangkap..." bisiknya lagi. “Sekarang, ya? Kalau gak dateng, mba jemput…” pesan singkat untuk kesekian kalinya kembali datang. Axel terkejut. Dan langsung membalas pesan singkat itu. "Ahh! Sorry, Mba. Lagi di kamar mandi belum sempet bales, takut basah hape nya..." balasnya dan langsung mendapat balasan dari seberang. "Ahh! Kamu lagi mandi toh, sorry mba ganggu. Yaudah, kelar mandi ke rumah mba, ya? Mba tunggu..." Kate membubuhi emotikan senyum di akhir kalimat, membuat Axel tanpa sadar mengembangkan senyum di wajahnya. "Baik, Mba. Axel langsung kesana." Jawabnya dan langsung berlari membasahi wajahnya dengan air, agar terlihat dari kamar mandi. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu entah yang ke berapa dia ayunkan tangannya. Tapi, tak juga mendapat sahutan. Entah karena merasa akrab atau bagaimana, tangannya membuka pintu itu dengan santai. Dan ternyata pintu rumah itu tak terkunci. "Mba, Axel masuk..." sahutnya perlahan dan langsung memasuki rumah yang terlihat sepi hanya tercium aroma segar bercampur aroma masakan yang mengundang selera. Sebenarnya, ini entah hari ke berapa Axel tidak menikmati makan malam. Makannya tidak teratur karena pikirannya yang kacau dengan emosi yang membuncah karena permasalahannya yang menumpuk. "Mbaa! Mba Kate..." panggil Axel tapi tak mendapat sahutan. Dia langsung menuju meja makan dan terlihat hidangan yang mengundang selera. "Wahhh! Sepertinya lezat banget..." bisiknya tanpa sadar, terbersit rasa senang hanya melihat menu makanan yang tertata rapi di atas meja. Dia tersenyum cerah. Tapi, rasa penasarannya tiba-tiba semakin mencuat, manakala dia tak mendapat sahutan sama sekali dari pemilik rumah. Teringat olehnya akan kejadian ibunya yang terjatuh ketika mandi. "Jangan-jangan?" Axel langsung bergegas masuk ke dalam kamar tanpa menyadari yang dia lakukan itu salah. Krek! Pintu terbuka, dan dengan reflex Kate menoleh ke arah pintu. Dia terkejut dan seiring dengan aksinya, handuknya terjatuh dari lilitan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN