Malam Panas

762 Kata
Axel terdiam mematung menatap pemandangan indah yang ada di hadapannya, sampai Kate berdehem dan salah tingkah. "Ehm! Maaf-maaf, Mba..." ucap Axel kaku. "Mba yang minta maaf, kamu tunggu di luar bentar, ya?" Ucapnya sambil menutup kembali pintu. "Ohh! Oke, Mba..." suara Axel terlihat parau, dia tampak berjalan mondar-mandir dia tampak menggeram sambil mengepalkan tangan. "Sial! Bisa-bisanya gua salting, udah berapa cewe yang gua tidurin. Kenapa ngeliat barang bekas ginian malah melting anjir..." keluh Axel merasa kesal. Dia duduk di kursi makan yang memang untuk dua orang. Kreekk... Suara pintu terbuka, Axel menoleh ke arah Kate yang keluar dengan wajah yang segar. Sejenak dia menelan ludahnya karena tiba-tiba otaknya berselancar pada pemandangan tadi. "Maaf, ya, nungguin..." senyum manis terlukis sempurna di wajah cantik alami itu. "Gak lama, kan?" Tatapnya pada Axel yang langsung berdiri dari duduknya di meja makan. "Ahh! Enggak, Mba..." Axel menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Ehmm...makan yuk..." Kate tampak menyendokkan nasi ke piring dan lauk yang dia masak lalu memberikan pada Axel. "Makan yang banyak, ya? Biar tetap semangat belajarnya..." bisiknya pada Axel. Lagi-lagi Axel dibuat terpana oleh sang janda. "Makasih, Mba..." Axel menerima piring. Mereka tampak menikmati menu makan malam bersama, dan Axel seketika lupa dengan misinya untuk menahlukan sang janda. Dia justru terbawa suasana hangat yang diberikan oleh Kate. Keduanya semakin akrab bahkan sampai dua minggu sejak pertemuan itu, dan mereka semakin dekat. Sore itu, Axel baru saja keluar dari ruang praktikum anatomi bersama teman-teman satu genk nya. "Xel, jangan lupa, waktu lo sisa satu hari lagi. Kalau lo gagal jangan salahin kita-kita, ya?" Ucap pria yang menenteng buku tebal di tangannya. "Lo tenang aja. Tunggu info dari gua dalam satu kali dua puluh empat jam dari sekarang." Dengkus Axel yang langsung menjauh dari mereka. "Duluan, ya?" Pamit Axel langsung melangkah cepat. Wajahnya tersenyum setelah melihat mobil yang terparkir di tepi jalan depan kampusnya. "Udah lama, nunggunya, Mba?" Tatapnya ke arah Kate yang duduk di kursi kemudi. "Belum lama banget, lah..." ucapnya sambil melajukan mobil setelah melihat Axel duduk di sampingnya. Axel tampak gelisah membuat Kate menoleh dan bertanya. "Kamu kenapa kok kayakya gelisah banget?" "Ehm..." Axel menggaruk kepalanya. "Kenapa? Bilang aja, Xel..." "Temen ada yang ngundang ke party nya, Mba. Cuma harus bawa pasangan. Jadi, Axel gak dateng..." ucapnya polos. "Lah! Kenapa gak dateng? Ajak aja pacar kamu..." sahut Kate perlahan. "Ehmm...Axel udah putus, Mba..." "Trus, kamu pengen dateng?" Tatapnya menoleh ke arah Axel. "Pengennya sih, Mba. Biar mereka jangan ngerendahin Axel..." "Yaudah, pergi dong..." "Sama siapa? Gak mungkin sama mba, kan? Mba mana mau ke tempat party..." ucapnya dengan sok polos. "Ehmm...kalau kamu gak malu jalan sama mba, ya gak masalah mba temenin..." sahut Kate yang sontak membuat Axel bersorak dalam hati. "Serius mba mau nemenin Axel?" Tatapnya sumringah. Kate mengangguk. "Yess!" Seru Axel dia langsung bersorak. Kate tertawa melihat tingkah Axel. "Ehmm...kalau gitu kita mampir ke butik dulu..." Axel menyahut cepat. "Lahh, ngapain ke butik segala, Xel?" Kate menoleh. "Ehm...tenang, Mba. Kita pinjem, kok. Axel udah biasa pinjem di sana..." ucap Axel lagi. Dan hal itu dipercayai oleh Kate, karena Kate tidak mengetahui jika Axel adalah cucu konglomerat, bukan pria miskin penerimma beasiswa seperti dirinya kalah kuliah. "Ohh...gitu. Oke kalau gitu, dimana?" Ucapnya kepada Axel. "Exel Mode, Mba..." sahut Axel menyebut salah satu rumah mode miliknya. "Ahh! Oke..." Kate terlihat percaya dengan semua yang di ucapkan Axel, karena dia selalu bersikap jujur, dia berfikir orang akan seperti dirinya. Mereka memasuki butik dengan lancar, semua sudah di koordinasikan oleh Axel, sehingga tidak terbongkar. Sampai mereka memasuk sebuah night club yang menjadi tempat berkumpul teman-temannya. Kate yang memiliki wajah cantik dan bentuk tubuh proporsional, membuat teman-teman Axel juga mengakui keberuntungan Axel. Sampai Axel menyodorkan sebuah gelas ke tangan Kate dan dengan polosnya Kate minum hanya karena Axel mengatakan jika itu hanyalah wine. "Xel...kenapa kepalaku terasa pusing, ya? Ahhh....aku merasa panas, Xel..." bisik Kate setelah beberapa menit dia menikmati gelas yang diberikan pada Axel. "Hmm...kalau kamu pusing, kita istirahat dulu mau?" Bisik Axel lagi dengan senyum penuh arti. Dan teman-temannya langsung bersorak dan tepuk tangan dengan aksi Axel. "Huhuhuh....kerennn!" Seru temannya dan langsung mendapat sorot mata tajam dari Axel. "Istirahat? Dimana? Pulang aja bisa, Xel?" Bisik Kate lagi sambil memegangi kepalanya. "Mba mungkin karena gak pernah minum alkohol walau cuma wine. Makanya gini. Tapi beneran gerah banget. Ahhh..." Kate merasa tidak nyaman dengan pakaiannya. "Kita istirahat dulu, ya cari penginepan. Soalnya kamu mabuk, aku juga..." bisik Axel dan Kate terlihat mengangguk setuju. "Oke, Xel...mba gak kuat, Xel...ahhh...." Desahnya dan Axel dengan sigap berpamitan pada teman-temannya. Dia melangkah meningalkan night club dan menuju kamar hotel yang sudah dia siapkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN