Pelukan erat

884 Kata
Sahabat-sahabatnya tampak kompak merebut ponsel milik Axel, lalu menyodorkan ke arah Kirania, dengan cepat tangan gadis cantik itu membuka ponsel sang mantan kekasih yang memang paswordnya adalah ulang tahun dirinya. Axel tampak pasrah, hanya saja dirinya sedikit bernafas lega karena tidak mengirim video itu ke ponsel ini, dan hanya mengirim sebuah screen shoot dari layar ponsel. “Dih! Beneran di hapus Axel. Cuma ada bukti sih…” ucapnya lalu dia mendekat ke arah Axel dan memeluk pria itu dengan hangat, sontak suara tepuk tangan riuh mengema mengisi private room tempat mereka biasa berkumpul. “Axel, kamu emang pria terbaik yang pernah aku temui. Kamu layak mendapatkan maaf dan cintaku…” peluknya pada pria yang tampak merespon dingin pelukannya. Dalam hati Axel juga merasa bingunng, kenapa dia tidak mendapat kepuasan hati meski telah mendapatkan maaf sekaligus cinta dari gadis yang dia puja. “Gua rada sakit kepala, Ran. Gua pamit balik dulu, lagian besok pagi gua ngadep ke nenek…” bisik Axel membuat Kirania dan teman-temannya merasa heran. “Ihh…kamu, kenapa sih? Kok kayaknya gak seneng ama pencapaian kamu…” Kirania pura-pura memasang wajah cemberut. Seketika Axel menoleh dan langsung meraih pinggang wanita itu. “Bukan gitu, Ran. Aku tuh, rada pusing aja kayaknya efek begadang…” “Yaudah, temenin dulu aku minum…” Kirania menarik tangan Axel dan mereka tampak duduk di sofa private room. Sedangkan yang lain tampak fokus dengan ponsel Axel, sambil tertawa terkekeh. “Xel, gila lo, sampai berapa ronde ama si janda?” Ucap pria yang tengah memegangi ponsel, dia adalah presiden mahasiswa di kampus tempat Axel kuliah. “Udah, ahh! Jangan bahas itu. Gua gak mau Kiran cemburu tar…” kekeh Axel dan mereka kembali menikmati alkohol sambil bernyanyi. Malam itu Kirania merasa puas dengan apa yang telah dia capai, hingga membuatnya jatuh cinta lagi pada Axel. “Xel. Bakalan bilang ke bokap kalau gua pengen nikah ama lo…” bisiknya membuat Axel menoleh kaget. “Hah?! Nikah apaan? Ngapain pakai nikah segala, Ran? Ribet banget kamu?” Axel menoleh ke arah Kirania, karena dia tak menyangka jika gadis itu justru ingin melangkah lebih jauh bersamanya. Harusnya dia merasa senang, tapi kebahagiaannya masih terasa ada yang kurang baginya malam ini. Entah karena rasa bersalahnya karena telah mengetahui jika Kate masih perawan, atau Axel sedang bimbang dengan masa depan cintanya bersama Kirania. “Dih! Ya nikah dong. Lagian, aku udah yakin, kalau kamu yang terbaik…” “Wuihhh! Ngeri banget, langsung Kiran takut Axel cari cewek ke seratus satu…” ejek yang lain. Kirania tertawa. “Nikah mah tar ajalah kita bahas. Sekarang kita kuliah aja belom kelar…” “Hmm…minimal tunangan deh…” sahut Kirania lagi. Axel seperti biasa takut berdebat dengan Kirania karena takut kehilangan gadis itu. Dia memilih diam dan menikmati alkohol dalam gelas. Suasana private room semakin riuh dengan kedatangan wanita-wanita cantik yang menemani pria-pria yang ada di sana. Axel juga terlihat sudah mulai mabuk berat, hingga dirinya tak lagi kuat untuk sekedar berdiri tegak dan berjoget bersama teman-temannya. *** Dua hari Axel tak kembali ke rumah, dan pagi ini, Kate baru saja bersiap untuk keluar rumah, dia sedkit terlambat karena memang kembali larut malam. Matanya terlihat sembab meski telah di tutupi dengan make up. Dia membuka pintu mobil dan tanpa dia duga, tiba-tiba Axel langsung menarik jemari tangannya membuat Kate terkejut dan salah tingkah. “A-Axel…” panggilnya menatap ke arah pria muda yang terlihat menatapnya lekat. “Kate…aku minta maaf atas yang terjadi kemarin…” ucap Axel dengan suara perlahan, dia memasang wajah lugu dan polos layaknya pria yang tidak pernah bersentuhan dengan wanita. Padahal Kate adalah wanita yang entah ke berapa untuk dia tiduri. “Ehm! Udah jangan dibahas, Xel. Aku gak pengen bahas itu…” jawab Kate dengan berurai air mata. Tiba-tiba dia merasa sedih. “Kate, aku tahu, aku sudah lancang dan kurang ajar ke kamu. Aku juga gak tahu kalau kamu itu ternyata masih virgin, sedangkan kamu adalah seorang janda. Maaf banget, Kate…” ucap Axel menatap Kate lekat, membuat Kate merasa sesak. “Xel, apa yang kita lakukan malam itu adalah sebuah kecelakaan. Dan aku tidak bisa nyalahin kamu. Sudahlah…sama-sama ita lupain aja, kamu fokus ke kuliah kamu dan aku fokus ke kehidupan aku…” bisik Kate sendu. “Kate…gak bisa gitu dong. Aku harus tanggung jawab atas apa yang aku lakuin…” sahut Axel tiba-tiba membuat Kate menatap lekat ke arah pria muda di hadapannya. “Xel, kita itu emang sama-sama salah. Jadi sudahlah, aku juga tidak ingin berharap apapun atas semua ini…” Kate menundukkan kepala sedih. “Kate…kita coba menjalin hubungan yang lebih serius. Beri aku waktu sampai aku lulus kuliah dan kita menikah…” bisik Axel. Seketika Kate mendongakkan kepala menatap Axel dengan sorot mata berkaca-kaca. “Xel…” panggil Kate merasa terharu dengan apa yang di ucapkan Axel. Melihat wanita di hadapannya terpancing dengan kalimatnya, Axel langsung memeluk Kate erat. “Mulai sekarang, kamu milikku, Kate…” bisik Axel membuat Kate bergetar hebat. “Xel…” “Husstt…kita adalah dua orang dewasa yang sama-sama memahami mana yang baik dan tidak. Kita mencoba mendalami perasaan masing-masing dan memupuknya, sampai aku berhasil meraih gelar dan bisa menghasilkan uang untuk menghidupimu, maka aku akan menikahimu…” bisik Axel lagi, seketika Kate membalas pelukan Axel dengan erat. Dan entah mengapa mendapat pelukan dari sang janda, Axel merasa tenang.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN