Ayah mungkin melalui hari-hari nya yang bahagia dengan istri barunya, bersenda gurau saling memadu kasih di mereka berdua ingin aku berontak dan mendatangi Pelakor yang telah merebut Ayah dari bundaku.
Tapi bunda? Ia selalu gelisah dalam tidurnya, berharap akan ada kabar bahagia. Bunda melalui hari hari yang sulit. Apalagi setelah kehilangan Kak Bima bunda seperti kehilangan separuh hatinya.
Aku ingat betul malam itu, Kak Bima demam
tinggi dan kejang-kejang. Di luar hujan sangat deras, yang bisa kami lakukan hanya mengompres dahi Kakak dengan air hangat. Bunda panik dan tak henti hentinya menangis.
Andai Ayah ada bersama kami, mungkin Ayah bisa menerobos hujan dan membawa kakak berobat, agar kakak tidak akan pergi untuk selamanya. Secara fisik, bunda tampak baik-baik saja, tapi aku tahu di dalam hatinya hancur. Ia berusaha tetap tegar demi ketiga putri dan putra nya. Tak ada yang tahu persis kesedihan di hati Ibu. Ia memendamnya sendiri, dan kesedihan itu membunuhnya perlahan.
***
Dua hal yang aku benci dalam hidup ini, Pelakor dan Penghianat dalam hidup ku yang sedang berjalan dalam kehidupan bersama kedua adik ku.
Mungkin inilah saatnya, aku menceritakan kepada kalian kenapa aku membenci kedua nya. Pelakor dan Penghianat. Yang telah mencuri bunda dari ku dan Adik Adik ku.
Menjelang senja, bunda akan pergi dari jualan nya tidak langsung pulang kerumah.
Setiap hari. Pulang saat malam telah benar-benar pekat.
Suatu hari, aku pernah mengikuti bunda diam diam. Benar saja, bunda pergi ke dermaga kayu, sedang mengintip pasangan yang sedang sedang duduk sambil mencelupkan kakinya ke dalam air danau. Mereka berdua memandang matahari yang perlahan tenggelam. Andai saja bisa, ingin ku hampiri dan ku maki pasangan itu agar bunda tidak menangis tapi apa daya aku hanya sebagai anak kecil yang takut akan marah nya seorang ayah.
Bunda tiba tiba menghampiri pasangan yang sedang berduaan menatap indah nya danau di waktu malam tiba.
Terlihat dari kejauhan bunda sedang beradu cek cok mulut dengan wanita yang di samping ayah Ketika dua wanita yang berbeda usia itu sedang beradu mulut Ayah tiba tiba menaiki bargas yang ada di pangkalan dermaga ini dan mendorong bunda untuk menaiki nya bersama wanita yang beradu mulut sama bunda dan tidak lama kemudian beberapa orang berbadan tegap dan muka sangar ikut naik kedalam bargas dan melesat mengarungi danau dermaga Jangari sampai tidak terlihat lagi olehku yang dari tadi melihat dari kejauhan.
"Dengan perasaan cemas dan pikiran kalut aku menunggu Bunda di dermaga ini. Aku menunggu sampai waktu lama nya dan yang di tunggu tunggu pun tiba tapi aku menengok ke arah bargas yang sedari tadi membawa bunda tidak ada lalu aku pun bertanya dengan memberanikan diri kepada ayah.
Ayah bunda mana? Tadi aku lihat bunda bersama ayah naik bargas ini.
"Ayah..." hanya menangis dan berkata lirih.
"Nak...'' Bunda tenggelam dan tidak di temukan seraya menangis terisak Isak.
"Aku pun menangis histeris dengan suara yang keras hingga orang orang berdatangan sampai, lalu ayah menceritakan semua nya Apakah dengan berbohong atau sebenarnya aku tidak tahu.
"Semua pengemudi bargas dan polisi pun berdatangan mencari sosok bunda yang terkenal di kalangan dermaga sampai tiga hari tiga malam tapi Bunda tidak di temukan
Apakah bunda sudah mati? Tapi mayat nya tidak di temukan
Apakah bunda masih hidup? Tapi kemana bunda tak kunjung pulang ke rumah.
Sebulan sudah bunda tenggelam di dermaga Jangari hari hari aku lalui bersama kedua adik adik ku kini layu tidak b*******h.
"Aku pun memutuskan untuk tinggal di rumah nenekku yang berada tidak jauh dari tempat tinggal bersama bunda ku.
Sedangkan ayah setelah menjual rumah Bunda dan tempat jualan bundaku kini menghilang meninggalkan diriku dan adik adikku.
Semenjak mengetahui ke mana bunda pergi dan menghilang serta tak kunjung kembali. Tiap senja pun tiba aku selalu pergi ke dermaga bersama kedua adikku secara diam diam tampa diketahui oleh Nenek dan yang tinggal di rumah nenek untuk sekedar menunggu bunda pulang dan. Meratapi Ayah yang telah mengkhianati nya.
Seandai nya Bunda datang Aku sudah
bertekad selalu menemani bunda dalam setiap tangisnya, dalam setiap kesendiriannya. Aku harus siaga di belakang bunda bersama kedua adikku. Agar bunda tidak pergi lagi ketika waktu itu.
"Malam pun semakin larut aku pun dan kedua adikku memutuskan kan pulang takut nya Nenek khawatir kepada kami bertiga.
"Namaku Mentari Putri Rembulan Usia ku kini beranjak 18 tahun dan baru lulus Sekolah Menengah Atas di kota Cianjur Setelah kepergian Bunda aku tinggal bersama kedua adikku yang sekarang menginjak usia 12 tahun dan baru lulus sekolah dasar negeri dan yang paling bungsu baru berusia 7 tahun baru masuk sekolah dasar.
"Setelah bunda pergi tiga tahun lama nya dan ayah pun tidak pernah kembali untuk sekedar melihat anak anak nya atau pun tanggung jawab nya, tapi buatku dan kedua adikku masa bodoh tidak peduli dan benci dengan seorang penghianat seperti Ayah. Apa lagi dia pergi setelah menjual semua harta benda Bunda dan tempat jualannya Atas Perintah dari Pelakor yaitu istri baru Ayah. Ehk.....! Tak pantas kau di sebut Ayah..! Pantas kau di sebut Lelaki iblis Gumam mentari dalam lamunan kesendirian nya saat ini.
"Siang itu setelah aku menghadiri acara kelulusan sekolah ku aku pun beranjak pergi untuk kembali pulang kerumah Nenek dan memberi tahukan kepada Nenek ku karna aku mendapat kan bea siswa untuk kuliah di Kota Jakarta, Antara sedih bimbang dan Bahagia saat ini yang kurasakan.
"Bimbang dan sedih nya dalam hati dan pikiran ku adalah harus meninggal kan Nenek yang telah merawat. Aku dan kedua adikku penuh kasih sayang memberikan nasehat dan kesabaran tentang perih nya hidup yang penuh dengan rintangan dan hambatan selama ini. Dan yang paling aku khawatir kan adalah meninggalkan kedua adikku bila aku terima beasiswa ini.
"Bahagia nya diriku saat ini karna mendapatkan beasiswa, bukti bahwa diriku tidak terpuruk setelah Bunda tidak kembali lagi dan di tinggal oleh ayah, dan dengan jalan aku sekolah yang lebih tinggi aku berharap bisa membawa adik adikku dan Nenek keluar dari kemiskinan dan mendapatkan setidaknya kehidupan yang lebih layak......!
"Tak terasa satu jam lama nya aku pun sampai di kampung ku yang tidak jauh dari dermaga Jangari tepatnya dua kilo menuju waduk Jangari tempat surga nya para pemancing ikan nila atau pun Badot.
Aku pun melangkah memasuki Gang kecil terus berjalan dan tiba lah di sebuah rumah kecil dengan dinding bilik yang terlihat miring karna keterbatasan ekonomi Nenek yang tidak di perbaiki.
bersambung.