Setelah menempuh perjalanan selama empat Jam. Akhirnya aku sampai di terminal kampung rambutan. Ku cari nomor teman kakak kelasku yang sudah setahun dia tinggal di Jakarta. Sebelum aku berangkat ke Jakarta aku sudah menghubungi dan mengabari bahwa hari ini aku berangkat. Aku berbohong kepada Nenek bahwa tinggal di asrama kampus karna alasan. Aku tidak mau untuk tinggal di juragan Kosim orang nya genit dan hampir sama kaya ayah yaitu penghianat. Dua hal yang aku benci di dunia ini adalah Pelakor dan Penghianat.
"Tut..........! " Tut.........! " Tut..........! "
"Halo....! " Mentari. Jawab Irma.
"Halo....! " Irma aku sudah sampai.! Kamu dimana ? " Tanyaku.
"Kamu jalan aja keluar gerbang aku menunggu di luar gerbang terminal. Jawab Irma dalam sambungan telepon nya.
"Ok" ku matikan telepon nya.
"Tidak lama kemudian aku pun keluar dan sampai lah aku keluar di gerbang terminal.
"Mentari.......! Teriak Irma sambil berlari kearah ku.
"Ku peluk kakak kelasku yang hampir enam bulan belum pernah bertemu lagi. Irma beberapa kali ngajak untuk pergi ke Jakarta setelah lulus SMA dia datang menawariku. Untuk bekerja separuh waktu sambil berkuliah. tawaran gajih yang lumayan besar tapi dia tidak memberitahu kan kerja nya seperti apa. Ia hanya bilang kerja nya hanya mengantar minuman seperti kaya di kafe atau pun Restoran.
"Apa kabarmu Mentari. Aku kangen banget sama kamu." Ucapnya dengan senang. Betapa gembira nya dia ketika aku mengabari mau berangkat ke Jakarta.
"Sehat. Kamu kelihatan tambah Cantik dan Glowing hehehe. ' Jawabku.
"Hihihi....! Iya Dong aku senang tinggal di Jakarta cari uang sambil kuliah mudah kalau di Jakarta. Jawab Irma dengan genit dan manja.
"Hmmm. Iya juga Sih...! Jawab ku.
"Yuk kita ngobrol dalam mobil...! bisa gosong aku lama lama di sini panasnya full. Ajak Irma sambil bantu bawa tasku dan jalan kearah mobil.
"Nggak pa pa gosong dikit ikan bakar buatan bunda ku saja banyak yang beli dan enak rasa nya. Jawabku santai.
"Whaaaat......! Oh my God. Diriku kau sama kan sama ikan bakar. Ucap Irma cemberut
"Haaaaa....! Ya nggak lah...! Itu cuma perumpamaan. jawabku.
"Oh....! Iya....! Apakah sudah ketemu tentang masalah bunda. Tanya Irma yang sudah masuk kedalam mobil.
"Entah....! Ir...." Aku juga sudah lelah tiap senja bersama kedua adikku selalu menunggu di dermaga Jangari. " Ucap Mentari dengan wajah yang berkaca-kaca.
"Kita langsung aja ke apartemen ku biar kamu bisa langsung istrahat dulu." kata Irma.
"Iya. Jawabku. Singkat. Aku heran kok Irma sampai punya apartemen segala padahal saya sendiri tahu kehidupan nya di kampung nya serba kekurangan. Aku gak mau tanya itu ini tentang Irma mempunyai apartemen dan mobil mewah ini.
"Sekitar dua puluh menit aku sampai di apartemen milik Irma. Apartemen berada di lantai delapan dan lumayan luas dengan tiga kamar. Irma langsung mengajakku masuk kedalam kamar yang sudah di sediakan. Rencana untuk sementara aku tinggal di sini dulu sebelum dapat uang untuk nge kost.
"Apa kamu mau mandi dulu atau istrahat sejenak untuk sekedar meluruskan pinggang yang pegal.'' Tanya Irma sambil menyodorkan ku minuman.
"Aku mau istrahat dulu sebentar lalu mandi. Sambil ku terima minuman yang di berikan oleh Irma. Memang tenggorokan terasa haus dengan sekali teguk air minum dalam gelas habis seketika.
"Yaa....'' Udah aku keluar dulu ada yang harus aku urus nanti malam aku kesini jemput kamu." Ucap Irma.
"Ok" balas singkat mentari dan langsung merebahkan tubuhnya ke tempat tidur.
*
*
*
Sementara seorang pemuda yang sedang berjalan di tengah hutan untuk menuju rumah lelaki yang bernama Suryana Tampa sengaja dia sedikit linglung dalam menuju arah pulang.
"Pak Guru.......! teriak seorang anak kecil sekitaran usia dua belas tahun memanggil ku.
"Aku menoleh seraya membalikkan badan dan tersenyum kepada anak kecil anak Cenayang sakti itu.
"Nina......!....'' Ucap ku seraya beranjak menghampiri anak yang ku sebut itu. Ia pun menghampiri ku.
"Ia. Menatapku dengan tatapan sorot mata yang membuat bulu kuduk berdiri.
"Nina.....! Bisa antar saya. pulang" pa Guru tersesat.'' Kata ku dan aku pun menatap mata Anak tunggal Cenayang itu.
"Nina....! Mengangguk diam sambil berjalan.'' hanya satu suara yang keluar dari bibir nya saat dia memanggilku di saat aku lagi bingung mencari arah pulang.
"Langit pun belum sepenuh nya senja. Tapi perjalanan arah pulang menuju rumah lelaki tua itu terasa bergidik ngeri. Pundak pun terasa berat. Seolah olah pundak ku memikul puluhan karung berisi beras. Nina tiba tiba berhenti. Lalu menoleh keatas pundak ku....! Ajaib sungguh ajaib tatapan dari gadis itu menandakan ada kejanggalan dan seketika pundak pun terasa ringan. Ia tersenyum kepada ku.
"Uhk........! Manis sekali senyum nya baru kali ini dia tersenyum kepadaku. Sudah hampir empat hari aku mengajar dan baru kali ini aku melihat senyuman indah dari gadis kecil itu.
"Nina.......! Setelah lulus dari sekolah SD mau kah kamu melanjutkan sekolah nya ke tingkat atas.....! Kata ku memberanikan diri untuk bertanya.
"Nina mengangguk dan tersenyum dengan sangat lembut.
"Baiklah nanti ikut sama Pa guru...! Kalau sudah lulus ujian sekolah..." Tanya ku lagi walaupun Tampa ada jawaban dari gadis kecil itu. Tapi aku tetap bertanya.
"Tidak lama kemudian aku yang di antar sama anak murid didik ku akhir nya keluar dari hutan belantara itu ke jalan utama.
"Nina terima kasih yaaaaaaaaaaaa. seketika mata ku celangak celinguk mencari gadis kecil yang bernama Nina yang tadi mengantar ku keluar dari Hutan belantara mendadak hilang dalam sekejap.
"Aku pun seketika.....! langsung berlari kearah rumah penduduk.....! Sambil ngos ngosan dengan napas tersengal-sengal setelah sampai di salah satu rumah yang tidak jauh dari tempat hutan belantara itu.
"Huh.......! kapok aku kembali mengajar ke tengah tengah desa atas dan desa bawah mending aku mengundur kan diri saja dari mengajar. Kata pemuda itu sambil napas nya ngos ngosan.
"Disaat lelaki itu sedang menggerutu dengan kekesalan nya tiba tiba dari arah pintu rumah penduduk keluar sosok yang punya rumah itu.
"Pak......'' Guru kenapa kaya di kejar kejar hantu saja.'' kata lelaki yang saya tahu nama nya Abah Udin. ketua RT di kampung yang terletak di desa bawah.
"Bah....! Bukan lagi di kejar tapi di temani'' kata ku dengan keringat bercucuran akibat berlari dan rasa takut yang masih hinggap dalam pikiran dan hati nya.
"Ayo.....! masuk senja sudah makin gelap...! Ajak lelaki tua yang punya rumah.
"Terima kasih." Abah. Ucapku seraya buru buru masuk kedalam rumah karna ada beberapa mata yang terlihat sedang memperhatikan ku dari kejauhan.