Pengacara yang Kembali

1045 Kata

Alika duduk di sudut ruangan yang tenang itu, ditemani cahaya lampu neon yang menggantung di langit-langit, putih dan dingin. Bau antiseptik bercampur dengan aroma kertas dan kayu dari meja rapat memenuhi udara. Dindingnya dipenuhi poster tentang hak-hak perempuan, perlindungan hukum, dan nomor darurat yang bisa dihubungi siapa pun yang mengalami kekerasan. Ruangan itu seharusnya menenangkan, namun bagi Alika, setiap detik di dalamnya terasa seperti cermin yang memantulkan kembali luka yang belum sempat pulih. Ia meraba pergelangan tangannya sendiri, masih ada bekas memar samar yang belum sepenuhnya hilang. Luka itu tidak hanya menempel pada kulitnya, tetapi pada batinnya, menusuk dalam hingga ke inti dirinya. Ketika matanya menatap jendela kaca besar di sisi ruangan, ia bisa melihat baya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN