Hujan dan Rahasia yang Tersisa

1009 Kata

Hujan malam itu turun deras sekali, seperti menumpahkan segala resah yang tidak bisa diucapkan dengan kata. Nathaniel menyalakan lampu di ruang tamunya yang remang begitu memasuki rumah, setelan jas yang ia kenakan sudah basah kuyup. Butir air masih menetes dari rambutnya ke lantai marmer, membentuk jejak yang panjang dan sunyi. Aurelia bergegas dari ruang tengah, wajahnya yang manis mendadak tegang saat melihat tubuh Nathaniel. Ia mengenakan gaun rumah sederhana berwarna putih gading, rambutnya digelung seadanya. Begitu melihat Nathaniel berdiri kaku, Aurelia langsung berlari kecil mendekat, membawa handuk. “Nathaniel! Astaga, kamu basah sekali. Kenapa tidak langsung menelpon sopir untuk menjemput? Atau paling tidak tunggu sampai hujan mereda. Kamu bisa sakit seperti ini.” Aurelia merai

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN