Kinar sudah selesai mandi paginya dengan Argi—catat mandi bersama. Karena pria sialan itu memang selalu menuntut hal lebih kepada Kinar yang memang ingin memiliki Kinar seutuhnya. Padahal Kinar sudah mengatakan sendiri kalau kali ini dia sedang datang bulan. Tapi yang namanya Argi pasti akan tetap marah jika Kinar menolak keinginannya.
Ia sedang sibuk memasangkan dasi untuk Argi yang katanya nanti akan pullang lebih cepat dibandingkan dengan hari biasanya. Kinar memang selalu menuruti semua keinginannya. Bahkan sampai malam itu terulang lagi di mana Argi tidak tahan lagi menahan hasratnya. Sampai setelah bercinta, Kinar meneriakinya dengan sebutan m***m.
Menurut Argi, itu adalah hal yang sangat wajar ketika dia menaha diri untuk tidak melakukannya selama beberapa malam. Apalagi disiksa oleh Kinar itu adalah kejadian yang paling dibencinya. Kinar memang udah berkali-kali membuatnya turn on dalam waktu yang begitu sebentar. Tapi setelah dia menegang, maka Kinar akan langsung pergi meninggalkan dirinya begitu saja.
Di saat dia turun dari kamar. Sempat-sempatnya Argi mencium pipi Kinar dan kabur begitu saja setelah dia mendengar suara teriakan Elena yang menolak disuapi oleh Alisa. Kali ini dia ingin membuat perempuan itu jera dan juga ingin membuat mamanya berhenti untuk menjodohkan dia lagi dengan beberapa perempuan pilihannya.
"Papa..." Elena berlari menghampiri Argi yang sedang berjalan menuruni tangga bersama dengan Kinar. Sedangkan dibawah sana ada Alisya yang sedang memegang kepalanya mungkin pusing dengan tolakan Elena yang tidak mau disuapi makan oleh perempuan itu.
Dia melirik ke arah Kinar yang tersenyum melihat Elena. "Elena mau disuap sama Kak Kinar." Kata Elena yang kemudian membuat Alisya geram dengan ucapan anak itu.
"Alisya yang paling cantik. Kamu nggak mau nyerah apa? Ini sudah dua hari kamu datang ke rumah ini. Tapi nggak ada perkembangan sama sekali. Aku kasih kamu waktu cuman seminnggu untuk luluhin hatinya Elena," Pasalnya Argi sudah mengatakan kenyataan bahwa dia sudah melamar Kinar sebagai mama sambung untuk Elena nanti. Dia juga meminta kerjasama anak itu. Apa pun yang terjadi, dia tidak akan pernah membiarkan Alisya betah di rumah ini. dia meminta kepad Elana agar Elena mau mengerjai Alisya hingga perempuan itu menjadi jera.
Argi duduk di sofa kemudian memegang tangan Alisya. "Nyerah aja ya!" kata Argi yang kemudian mengedipkan sebelah matanya mengarah kepada Kinar yang menahan tawanya di sana.
"Nggak Argi, ini belum selesai," kata Alisya yang kemudian beranjak dari sofa itu dan mengambil sarapan untuk Elena dan memulai untuk berjuang lagi.
"Oke deh, kamu berjuuang ya. Aku mau sarapan dulu sama Kinar. Aku ada meeting pagi ini. kamu nanti sama Kinar dan juga Elena di rumah ya!" ucapnya kemudian pergi ke meja makan saat Kinar sudah berada di sana terlebih dahulu.
Ketika Argi duduk di sana. "Kinar, nanti aku pulang jam dua deh kayaknya. Biar bisa istirahat. Besok kan kita ke kampung untuk ke rumah nenek,"
Tak merespons ucapan itu, Kinar langsung menyodorkan roti yang sudah diolesi selai nanas pagi itu. "Iya Argi,"
"Kinar,"
"Hmm?"
Kinar juga menyanntap sarapannya pagi itu sementara dari jarak beberapa meter dari tempat mereka sarapan. Mereka berdua sedang fokus menatap Alisya yang berusaha membujuk Elena sarapan. "Love you, baby," perempuan itu menoleh begitu Argi mengatakan hal itu.
"Gimana nanti kalau dia dengar, Argi? Bisa kacau semuanya,"
"Ki, sampai sana ya! Aku bakalan nikahin kamu langsung,"
"Argi, ya ampun kamu kok ember banget sih, Argi?"
"Peduli apa sih aku? Aku bersumpah aku nikahi kamu sampai sana. Biarpun siri ya, tetap aja aku bakalan berusaha untuk nikahi kamu secara sah untuk agama dan juga hukum. Cuman aku mau nikahi kamu di depan nenek,"
"Di dengar sama orang rumah. Mampus kita, Argi,"
Argi tertawa melihat ekspresi Kinar yang seperti itu. tidak biasanya dia melihat ekspresi yang seperti itu. "Kinar, kamu baik-baik aja?"
"Baik-baik aja selama kamu anggap kalau kita ini baik. Akan buruk kalau kamu memperburuknya, simple Argi,"
"Ya udah deh say—"
Bruuug.
Argi menoleh begitu melihat stick untuk bermain golf itu berantakan. "Ada apa sih Alisya?"
Argi berdiri dari tempat duduknya kemudian dia menghampiri kedua perempuan itu lagi. Betapa terkejutnya dia melihat televisinya lagi yang pecah karena Elena. Belum juga pernah ditonton, televisi ini malah hancur karena Elena. "Anak Papa kok bandel sih?" kata Argi yang langsung menangkap Elena dan menggendongnya. "Sudahlah Alisya! Pulang aja! Kamu lihat kan kalau dia udah pecahin televisi gitu, itu artinya Elena nggak suka. Kamu juga kenapa nggak tahan? Dia pecahin televisi sejak kamu diakui oleh Mama bahwa kamu adalah calon ibunya Elena,"
"Argi, aku nggak ngomong apa-apa sama dia,"
"Ya, yang ngomong itu bukan kamu! Tapi Mama," kata Argi kesal dengan ulah Aliysa. Kemudian dia mengajak Kinar pergi dari ruang tamu. Dia melihat televisinya menjadi korban lagi dari anaknya. Memang anak yang satu ini tidak bisa dimarahi apalagi dipaksa. Maka apa pun barang yang ada di rumah ini bisa hancur karena Elena—sifat keturunan yang juga dilakukan oleh Argi dulu. Jadi tidak salah jika Elena seperti itu.
Ketika mereka bertiga sudah ada di luar rumah. "Bagus anak Papa. Harus gitu!"
"Televisi pecah malah bilang bagus," kata Kinar dengan judesnya.
"Heheh, Papa yang suruh, Ma," kata Elena memanggil Kinar dengan panggilan Mama lagi. pria itu kemudian tersenyum.
Dia memberikan Elena kepada Kinar. "Ya udah, Papa mau berangkat. Baik-baik di rumah sama Mama!" Argi mengacak rambut anaknya dan juga mencium pipi Elena. "Kamu juga jangan kasih trik gimana ngeluluhin hati Elena. Ingat, kita bakalan nikah bentar lagi, Kinar. Besok kita ke rumah nenek kamu. Jadi jangan buat macam-macam selama calon suami kamu ini pergi," Argi kemudian masuk ke dalam mobilnya dan melambaikan tangan kepada keduanya.
Elena diajak masuk oleh Kinar kemudian perempuan itu tersenyum. "Elena kenapa pecahin televisi,"
"Elena dicubit, Ma," kata Elena.
Kinar mengangkat sebelah alisnya. Tidak mungkin Elena berbohong di usianya yang sekarang maka dari itu dia kesal mendengar Elena disakiti oleh orang asing. Sementara dia tidak pernah melakukan hal seburuk itu kepada Elena. "Elena beneran dicubit?"
"Iya, Ma. Elena dicubit dipantat," kata Elena dengan polosnya.
"Nggak bisa dibiarin," kata Kinar kesal kemudian dia mencium pipi Elena. "Panggil kakak ya sayang!" kata Kinar ketika mereka masuk ke dalam rumah lagi. sedangkan di sana ada Alisya yang sedang berbaring di sofa.
"Mbak nggak pulang?"
Alisya menoleh begitu Kinar bertanya. "Pulang? Buat apa? Saya bakalan di sini sampai malam,"
"Oh, oke. Tapi satu hal! Jangan cubit Elena lagi, awas saja kalau Mbak ngulangin. Saya bilangin ke Papanya Elena,"
"Siapa yang cubit? Aku nggak cubit tuh," elak Alisya.
"Belum apa-apa sudah main kasar. Bagaimana nanti kalau udah jadi istri beneran? Pasti bakalan sering main kasar ke Elena. Awas beneran aku bilangin ke papanya Elena nanti,"
"Elena bilangin ke papa, lho. Awas," kata Elena dengan gemasnya sambil mengepalkan tangannya dan mengangkatnya seolah mengancam Alisya.
Alisya berdiri kemudian mencoba mengambil Elena lagi. "Ayo sama tante sayang. Nanti tante belikan mainan,"
"Nggak, Elena ngak mau. Elena mau sama Mama."
"Mama siapa?"
"Mama Kinar," kata Elena dengan spontan dan membuat tatapan Alisya terlihat jauh lebih horor. "Jangan mikir yang nggak-nggak sama Elena ya! Dia memang biasa manggil aku kayak gitu kok," kata Kinar mengelak.
Ucapan Kinar tak diindahkan oleh Alisya.
Perempuan itu menatap semua outfit yang digunakan oleh Kinar semuanya mahal. Apalagi merknya bukan dari merk biasa. Sekalipun hanya kaos yang harganya bahkan sampai jutaan rupiah. Belum lagi untuk bawahan. Sendal dan juga jam tangan yang digunakan oleh Kinar sudah pastikan harganya puluhan juta. Alisya berpikir kemudian 'Pengasuh saja dimanjakan seperti ini. Apalagi istri?' gumam Alisya di dalam hatinya.
"Kinar? Aku boleh pinjam kamar mandi kamu?"
"Kamar mandi tamu?"
"Kamar mandi kamu aja," kata Alisya yang sebenarnya ingin melihat barang lainnya.
Kinar mengantarnya ke kamarnya kemudian perempuan itu masuk. "Kak Kinar, Elena pengin minum," kata Elena yang kemudian tetap digendong oleh Kinar dan kemudian, "Mbak saya tinggal ya," kata Kinar yang sudah yakin bahwa tidak akan ada apa-apa yang ditemukan. Sebab dia tidak tidur di kamar itu. Dan juga barang Argi semuanya sudah dibawa ke kamar Argi. Kamar pria itu juga terkunci, hingga tidak ada yang bisa ditemukan oleh Alisya. Sebab lemarinya juga dia kunci, kecuali lemari pakaiannya yang sebelah.
Begitu Alisya melihat meja rias yang di sana begitu banyak peralatan wajah dan juga tubuh yang tidak dipungkiri lagi oleh Alisya ketika melihat kulit Kinar yang bersih dan juga wajahnya yang sangat terawat. Satu krim wajah yang bisa ditaksir di atas lima juta. Belum lagi yang lainnya, dan juga ketika melihat lipstik seorang pengasuh yang harusnya seharga belasan ribu ada dibawah lima puluh ribu. Tapi ketika dia melihat merk dan mencoba mencarinya lewat google, betapa terkejutnya dia melihat harga yang tertera di sana. "Argi memang pria gila. Nggak salah orang bilang kalau dia itu paling memanjakkan pengasuh anaknya sampai segini gilanya. Nggak apa-apa tiap hari aku stress hadapi tuh bocah kalau untuk perawatan doang sampai mahal begini." Kata dia pada dirinya sendiri.
Jika ditotalkan keseluruhannya, skincare yang digunakan Kinar harganya di atas lima puluh juta rupiah. Bagaimana perempuan itu tidak gila terhadap Argi jika pengasuh saja perawatannya sampai seperti ini.
Begitu dia melihat ada lemari juga. Alisya langsung ke sana dan membuka lemari tersebut untuk melihat pakaian yang digunakan Kinar selalu merk terkenal selama dia bertemu dengan perempuan itu.
"Kaos doang Moschino semua, memang ini orang udah berlebihan." Dia melihat beberapa pakaian baru juga yang masih dilipat disebelah kanan dan begitu banyak pakaian baru. Pertama kali dia melihat Kinar dan Elena yang menggunakan pakaian santai yaitu kaos biasa di rumah. Tapi harganya bisa membuat Alisya menggelengkan kepalanya. Sekalipun dia seorang model, tidak semua pakaiannya mahal seperti Kinar yang rata-rata merk ternama.
Ketika dia menarik laci, dia melihat ada deretan jam tangan. "Oke, nggak sanggup lagi lihatnya," kata Alisya yang kemudian keluar dari kamar itu. dia melihat Kinar yang hendak masuk ke dalam kamar. Tanpa Elena
"Mbak sudah selesai?"
"Sudah, Kinar," kata Alisya yang tak percaya jika pengasuh ini sungguh disayang oleh Argi bahkan sampai perawatan pun dibiayai oleh Argi. "Kinar, gaji kamu sebagai pengasuh berapa?"
"Dua puluh juta,"
Alisya menelan salivanya, "Sebulan?"
"Hmm, iya. Tapi semuanya saya kirim ke kampung,"
"Buat apa?"
"Untuk keluarga. Kalau untuk keseharian, ya nggak bisa dihitung kalau di sini. Kadang diajak jalan-jalan sama, Bapak." itu adalah perintah dari Argi untuk melihat bagaimana usaha Alisya. Karena dia ingin melihat Alisya mundur dengan sendirinya ketika nanti Argi akan memulai aksinya. Apalagi Argi sudah berjanji akan menikahinya sebentar lagi.
"Kamu makan di sini? Belanja? Beli sendiri? Termasuk beli skincare?"
"Enggak, dibeliin sama Bapak kalau Bapak ke luar negeri,"
'Sial, memang Argi sudah gila. Sesayang itu sama pengasuh anaknya' kata Alisya di dalam hati.
"Mengenai rumor Argi gay kamu tahu?"
"Ya tahu. Dia kan temui pacarnya ke luar negeri. Pacarnya itu ganteng banget,"
'Hah, jadi Argi itu memang benar gay?' tanya Alisya di dalam hatinya begitu mendengar kabar bahwa Argi gay. Ini tidak mungkin. Pasti Kinar sedang bercanda.
"Kamu lagi nggak bercanda?"
"Ya udah terserah, Mbak. Lagian ya Mbak. Dia kan memang sering rangkul saya ke mana-mana. Dia jadikan saya pacar bohongan dia ke mana-mana. Itu untuk nutup status dia yang gay itu lho,"
"Kinar jangan fitnah bos kamu sendiri ya!"
"Nggak kok. Tanya aja sama Nyonya. Dia juga tahu, lagian ya itunya Pak Argi nggak bisa berdiri,"
"Whaaaat? Kamu tahu dari mana, Kinar?"
"Banyak cewek yang udah nyoba untuk buat juniornya berdiri. Tapi tetap nggak bisa,"
Alisya menggeleng dan tidak percaya dengan semua ini. "Lah, terus itu Elena?"
"Elena? Tuan kan sudah lima tahun nggak berhubungan. Jadi dia nggak bisa berdiri lagi lho kejantanannya kalau sama cewek,"
"Kamu pernah dilecehkan?"
"Kagaaak, dia nggak bisa merangsang. Lagian ya kalau mau sama saya, nggak masalah tuh. Siapa yang nggak mau sama duda tampan apalagi tajir. Sayangnya ya itu. cewek juga butuh kepuasan kan?" kata Kinar memancing emosi Alisya.
"Aku bakalan tanya langsung ke tante lho,"
"Terserah. Nyonya juga jodohin Mbak karena tuan itu gay," kata Kinar meyakinkan.
Alisya kemudian pergi begitu saja tanpa berpamitan. Sedangkan dibawah sana Elena sednag menikmati sarapannya sendirian. Betapa lucunya nanti jika dia menceritakan itu kepada Argi bahwa dia mengatakan Argi sebagai gay dihadapan Aliysa.