SEBELAS

1375 Kata
Argi, Kinar dan juga Elena tidur bertiga setiap malam untuk kali ini. mereka tidur di kamar Argi dengan posisi ranjangna menempel ke tembok dan Elena berada di posisi paling pinggir. Sedangkan Kinar ada di tengah, Argi setiap malam tidur dengan keadaan memeluk Kinar. Perempuan itu juga tidak ada pilihan karena Argi begitu keras kepala dengan semua ini, bahkan Argi juga mengatakan bahwa dia akan mencari waktu senggang untuk bisa mengungjungi neneknya Kinar di kampung nanti. Argi memang cukup dekat dengan pamannya Kinar. Tapi, setelah Kinar menjelaskan bahwa pamannya itu pemabuk berat, maka dari itu Argi berusaha memaksa Kinar agar sang nenek dibawa ke rumah ini. Tapi, neneknya tetap keras kepala tidak mau dibawa pulang. Kinar bangun terlebih dahulu kemudian Argi menahan Kinar pergi dari sana. "Mau ke mana? Masih pagi sayang," Kinar terisak yang sontak membuat Argi bangn dari tidurnya. "Kamu kenapa?" "Datang bulan, Argi," isak Kinar lagi kemudian dia langsung memegangi perutnya. "Sakit banget?" Argi khawatir dengan ikut memegangi perut Kinar. Perempuan itu mengangguk terus merengek kesakitan. "Aku boleh minta tolong sama kamu?" "Ya sayang. Aku pasti bakalan turutin kemauan kamu," kata Argi meyakinkan karena tidak tega melihat Kinar sakit seperti ini. "Kamu mau apa sayang?" Kinar mata Argi yang penuh dengan keyakinan. "Beliin pembalut," kata Kinar dengan pelan. Seketika raut wajah Argi berubah ketika diminta membeli pembalut.. "Ki-Kinar, aa-apa nggak bisa kamu suruh aku beli yang lainnya? Jangan pembalut, please," "Kamu nggak mau?" Argi menggeleng. "Please sayang. Aku malu banget," "Jadi? Kamu nggak mau? Dua malam yang lalu kita lakuin lagi kan. Kamu malah nikmati gitu aja, terus kamu nggak mau gitu sekarang taggungjawab? Kamu cuman mau enaknya aja?" kata Kinar protes seperti itu kepada Argi yang tidak mau mencarikannnya pembalut karena dia lupa untuk membelinya beberapa hari lalu. Argi menatap mata Kinar. "Iya, sayang. Aku pergi sekarang," kata Argi dengan kesal begitu dia pergi untuk membelikan Kinar pembalut. "Sebentar sayang, aku ke kamar mandi dulu. Cuci muka," kata Argi untuk meyinkan. Bagaimana dia ke minimarket membelikan pembalut untuk Kinar? Dia tidak pernah membeli barang tersebut seumur hidupnya. Saat dia sudah berada di depan minimarket, "Oke, demi calon istri," kata Argi langsung mendorong pintu kaca minimarket tersebut. Ketika dia memilih-milih, Argi tidak tahu mana yang digunakan oleh Kinar. Ketika dia melihat beberapa merk, dan kebetulan ada penjaga toko juga yang sedang melakukan display, Argi mendekati penjaga toko perempuan itu. "Mbak, yang mana ini? mana yang bagus?" "Lebih bagus itu yang daun sirih, Mas," Argi berpikir sejenak. "Kegunaannya apa ya, Mbak? Bukannya sama aja?" "Kalau daun sirih itu kegunaannya banyak, Pak. Untuk perlindungan permukaan kewanitaan tetap terjaga, terus tidak gatal, dan sebagainya, Pak," "Oh oke, terima kasih, Mbak," "Ada juga khusus malam, Pak," Argi menggaruk kepalanya lagi. "Kok beda lagi?" "Beda, Pak. Yang malam itu jauh lebih panjang dan nahan tembus," Argi menggelengkan kepalanya, "Masukin plastik semua pembalutnya, Mbak. Saya nggak tahu istri saya pakai yang mana," kata Argi kemudian pergi ke kasir untuk membayar semua pembalut yang dibelikan untuk Kinar. Dia juga mengakui Kinar itu adalah istrinya karena tidak mungkin jika dia bilang pacar. Semuanya akan menjadi bahan tertawaan. Apa kata orang? Argi seorang presiden direktur? Dia termasuk pria yang mungkin saja diinginkan diluar sana oleh banyak perempuan. Justru beli pembalut di minimarket seperti ini. Sebelum dia pergi, dia mengingat anaknya yang belum ada makanan sama sekali karena dia lupa membelikan anaknya makanan juga. Tidak mungkin hari ini pergi bersama dengan Kinar untuk membelikan Elena makanan ringan sebagai teman ketika sedang menonton televisi. Dia mengingat makanan apa saja yang disukai oleh anaknya. "Pak, nggak sekalian obat nyerinya?" "Masukin aja, Mbak!" kata Argi ingin cepat-cepat pergi kali ini dari minimarket. Dia keluar dengan barang belanjaan yang dibantu juga oleh karyawan toko untuk membawanya ke mobol karena belanjaan Argi sangat banyak. Snack yang ada di sana ia boronng untuk Elena dan juga Kinar yang memang paling banyak ngemil ketika di rumah. Argi membawa pembalut itu hanya dua kantong plastik, "Mbak, bantuin keluarin barang yang ada di mobil ya!" kata Argi ketika dia hendak ke kamar. Begitu melihat Kinar duduk di lantai, "Kenapa duduk dibawah?" "Takut tembus," jawab Kinar dengan singkat. Sedangkan di sana ada Elena juga yang sudah dimandikan oleh Kinar. "Hari ini Alisya ke rumah. Jadi kamu nggak usah ke mana-mana. Aku beliin kamu obat nyeri juga," Argi mengeluarkan pembalut itu semuanya dari plastik. "Astaga Argi. Kenapa belinya banyak banget?" "Jangan bawel Kinar! Aku mana tahu apa yang kamu pakai," Argi mengangkat pembalut khusus malam. "Ini untuk malam. Katanya panjang, biar kamu nggak tembus," kemudian dia mengangkat pembalut daun sirih, "Ini untuk si itu biar nggak lecet. Karena sayang banget kalau lecet," Mata Kinar melotot ketika melihat Argi berkata demikian. "Apanya yang lecet, Papa?" kata Elena tidak mengerti dengan ucapan Argi. "Argi, ayolah jangan ngomong macam-macam," Argi mengangkat yang lainnya lagi. "Ini untuk keseharian kamu," kata Argi menjelaskan. Kinar merebut pembalut itu karena tidak mau melihat Elena kebingungan. "Argi, kamu tahu sendiri kalau Elena itu masih kecil kan," "Elena, ada snack banyak banget dibawah sayang. Elena turun ya!" kata Argi meminta anaknya untuk turun. "Pak ini barangnya," kata asistennya membawakan enam kantong plastik sisa yang tadi. "Sisanya dibawa ke dapur ya! Soalnya itu jajan untuk Elena. Ajakin main sebentar, kasih jajan juga! Soalnya ada yang mau saya omongin sama Kinar," kata Argi yang kemudian saat mellihat asistennya keluar. Dia langsung menutup pintu dan menguncinya. "Kinar yang tersayang, jangan bawel! Jangan pernah nolak pemberian calon suami oke," Kinar menarik hidung Argi yang kemudian dia ditarik oleh pria ituu ke dalam pelukannya. "Ingat ya kita nggak ngelakuinnya sekali sayang. Jadi, setelah kamu nggak datang bulan lagi, kita nikah. Biarin apa pun kata Mama," "Tahu sendiri kan doa Mama itu paling cepat di dengar Argi," "Hmm, terserah. Aku mau sama kamu," Kinar tersenyum kemudian bibirnya dikecup singkat oleh Argi. "Sayanng sama kamu tahu. Ingat kan kalau dua malam lalu kita ngelakuinnya karena suka sama suka lho," "Siapa bilang? Kamu yang ngunciin di kamar, Argi," "Kinar, bawel ih," kata Argi kemudian memeluk Kinar dengan erat. Kemudian Argi ingat bahwa dia membelikan cincin untuk Kinar beberapa hari lalu. Dia melepaskan pelukannya. "Argi, aku pakai ini dulu ya," kata Kinar pamit ke kamar mandinya Argi. Pria itu kemudian merapikan pembalut yang berserakan untuk dimasukkan ke dalam lemari. Lagipula mereka tidur bertiga beberapa malam terakhir itu karena permintaan Elena. Hingga kemudian mereka bertiga berlanjut untuk tidur bersama. Saat Kinar keluar dari kamar mandi perempuan itu menyeringai, "Gi, maaf ya taruh celana dalam di kamar mandi," "Di tempat pakaian kotor bukan?" "Iya di ruangan itu," "Nggak apa-apa," dia mendekati Kinar kemudian memeluk perempuan itu lagi. di saku kanan sudah ada cincin yang ingin dia berikan kepada Kinar. Dia mencium kening, bibir. Bahkan dia memperdalam ciumannya hingga Kinar terbuai dengan ciumannya. Di sela-sela mereka berciuaman, Argi memasang cincin ke jari manis Kinar. "Love you sayang," Kinar menggigit bibir bawahnya dan tersenyum. "Bulan ini, kita nikah," kata Argi mengangkat tangan kanan Kinar dan memperlihatkan cincin itu. "Eh? Ka-kapan dipasanginnya?" "Aku tahu kamu kalau kita ciuman kamu nggak bakalan pernah sadar apa yang aku lakuin sama kamu," kata Argi yang kemudian Kinar memeluk dan mencium pipi Argi. "Beneran lho ya?" "Hmm, lusa kita ke rumah nenek," "Ngapain?" "Minta kamu jadi istri aku, sayang," kata Argi kemudian dibalas dengan senyuman oleh Kinar. "Kamu udah pakai cincin pemberian aku, itu artinya kamu milik aku. itu cincin lamaran lho! Nggak boleh lagi ada ang dekat sama kamu!" "Argi bawel," kata Kinar yang memperhatikan cincinnya sangat bagus. "Berapa harganya, Argi?" "Lima ratus sayang," "Tapi bagus banget lho," "Kamu suka?" "Suka banget Argi," "Lima ratus juta nggak sebanding sama kebahagiaan yang sudah kamu berikan untuk aku dan Elena," Kinar menoleh ke arah Argi. "Coba ulang! Kamu bilang lima ratus juta untuk apa?" "Harga cincin itu emang segitu sayang," Kinar menggelengkan kepalanya. "Kamu lagi nggak bercanda kan?" Argi pergi meninggalkan Kinar untuk mencari nota pembelian cincin yang diberikan untuk Kinar. "Nih sayang," kata Argi kemudian Kinar memukul d**a Argi. "Argi, kamu buang uang cuman buat ini?" "Aku bilang itu nggak seberapa sama apa yang udah kamu kasih ke aku, Kinar! Kasih sayang kamu sama Elena, kedua karena kamu nerima duda sialan ini yang udah pernah jamah kamu tiga kali," "Kenapa ngomong gitu sih?" "Nggak ada. Aku nggak mau kita main-main lagi. setiap kali selesai menyentuh kamu, aku ngerasa bersalah. Biar kita nikah, jadi setiap malam mau bikin kamu pingsan kecapean ngelayanin aku juga nggak masalah. Karena kamu adalah istri aku, kalau sekarang. Aku pasti sangat ngerasa sedih, Kinar. Aku nggak mau justru nanti perasaan kita berdua berubah," Awalnya Kinar ingin membahagiakann sang nenek. Tapi karena Argi serius kepadanya. Dia ingi meminta izin juga kepada sang nenek dengan baik-baik. Sekalipun waktu itu neneknya mengatakan agar dia tetap hati-hati dengan Argi karena takut jika Kinar hanya dimanfaatkan oleh pria itu. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN