08 : Jangan Sakit Lagi

1709 Kata
Raka memasuki ruang kelas dengan senyum lebar, langkahnya tidak langsung terarah pada kursinya melainkan pada kursi Nabila. Senyum Raka makin lebar saat melihat Nabila sudah ada disana, dengan kepala yang ditidurkan pada lipatan tangannya di atas meja. Sejenak Raka mengernyit, tidak biasanya Nabila tampak tidak semangat seperti ini. Tapi, Raka tidak memperdulikan itu semua, dia justru kembali pada misi awalnya mendatangi Nabila. "NANA!" sapa Raka riang, namun Nabila tidak menoleh sama sekali. Laki-laki itu duduk dikursi barisan dua sebelah kanan, tepatnya didepan Nabila yang duduk pada barisan ketiga. "Nana, Raka hari ini ada photoshoot buat endorse, Nana mau kan temenin Raka?" Raka mengabaikan Nabila yang masih tetap pada posisinya, dia fikir Nabila hanya lelah namun tidak tertidur, karena helaan napas gadis itu tidak teratur seperti orang tertidur. Raka kembali berceloteh, "Nana, mau ya? Nanti Raka traktir deh, Janji! Raka nggak punya temen hari ini, Aksa sibuk ngurusin persiapan Ulang Tahun Sekolah." Mengingat Aksa, Raka justru cekikikan karena pertengkaran singkatnya tadi dengan adik kembarnya itu. Biasanya memang Aksa yang akan menemaninya photoshoot endorse, jangan pernah mengharapkan Barga karena laki-laki itu pasti tidak akan mau. Lagipula, Raka tidak pernah memaksa Aksa untuk menemaninya, adiknya sendirilah yang menawarkan diri untuk menemani, tentu saja ada alasan dibalik itu semua. Aksa tidak mau Raka meminta Nabila untuk menemaninya, Aksa nggak mau ngasih kesempatan sedikitpun untuk Raka lebih jauh kepada gadis itu. Aksa berusaha menyamai langkah Raka yang lebih dekat dengan Nabila karena mereka sekelas, maka Aksa menjadi ketua OSIS sekarang, dia kadang punya waktu lebih untuk menemani Nabila ketika lomba, atau ketika ada sebuah acara, Nabila pasti akan ikut serta. Raka sampai geleng-geleng kepala waktu itu, ketika menyaksikan sendiri kegigihan seorang Raden Aksa Bagaskara saat kampanye untuk pemilihan ketua OSIS. Adiknya itu sangat bersemangat hanya karena ingin selangkah lebih dekat dengan Nabila. Segala cara dia upayakan untuk mengejar ketertinggalannya dari Raka. Persis seperti apa yang diucapkan Aksa tadi sebelum dia pergi menemui Nabila. "Gue tau, lo pasti bakal minta tolong Nabil." Raka tersenyum bangga didepan ruang OSIS, "Iya dong! Lo urusin aja sana kertas warna-warni, terus balon-balon, apalah itu. Gue mau kencan sama Nana!" Aksa berdecak saat Raka menjulurkan lidah kearahnya. Tapi, mengingat bahwa apa yang dikerjakannya ini adalah sebuah acara penting, Aksa jadi teringat sesuatu, maka dengan senyum miringnya Aksa kembali membalas ucapan Raka. "Oke. Puas-puasin aja satu hari lo bareng Nabil." Aksa tersenyum miring, "karena gue punya waktu dua minggu lebih buat deket sama Nabil." Raka baru ingat kalo sebentar lagi ada Ulang Tahun Sekolah. "Sialan." Raka mengumpat. "UDAH LO SANA KERJA YANG BENER! JADI KETUA OSIS JANGAN CUMA NUMPANG NAMA DOANG!" Raka berteriak keras, dia kesal sendiri. Padahal tadi Raka sengaja membuat Aksa panas, tapi sekarang malah dia sendiri yang panas. Itu resiko yang harus diambil, saat lo sama saudara lo jatuh cinta sama gadis yang sama. Walaupun sebenernya Raka nggak rela, kalo harus lihat Nabila dekat-dekat sama yang lain. Karena Nabila bukan barang yang pantes di oper sana-sini. Nabila itu berharga. Dan Nabila juga merupakan ciptaan tuhan yang wajib untuk selalu Raka sayangi. "Nana, ja─" Raka menghentikan ucapannya ketika melihat Nabila masih bertahan dengan posisi tidurnya, Raka mengernyit, Nabila kurang tidur, ya? Melirik jam tangannya sekilas, Raka bersyukur karena masih ada sepuluh menit sebelum bel masuk berbunyi. Laki-laki itu lantas membuka cepat tas punggungnya, mengeluarkan sebuah jaket yang masih terbungkus rapi dengan plastik─barang endorse yang memang dia niatkan untuk dipakai─Raka membukanya dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara berisik dari plastik tersebut. Setelah selesai dengan plastik, Raka kembali merogoh tas punggungnya dan mengeluarkan parfume miliknya, disemprotkan sedikit pada jaketnya, lalu dengan gerakan pelan Raka mulai menyampirkan jaket itu dibahu Nabila. "NA─” "Psttt!" "Loh, ada apaan ini?" Lalisa mengangkat kedua alisnya bersamaan, namun tidak Raka hiraukan. Raka kembali memakai tas punggungnya, tanpa ragu tangannya terulur untuk mengusap sebentar kepala Nabila, senyum kecil terbit di bibirnya setelah dia mengucapkan satu kalimat untuk pengantar tidur gadis itu. "Selamat tidur, Nana-nya Raka." ### "Soal nomor lima, siapa yang mau maju kedepan?" Nabila langsung melihat buku tulisnya saat mendengar pertanyaan Bu Sisca, "Maju nih, Sa, bawa buku gue kalo mau." Nabila menggeser buku tulisnya kedepan Lalisa, yang malah dibalas tatapan aneh oleh gadis itu. "Lo aja belum maju, tapi malah nyuruh gue." Nabila menggeleng pelan, menarik jaket Raka yang sedari tadi berada diatas mejanya, lalu meletakkan kepalanya diatas jaket itu. "Lo aja sana." dia menggeser bukunya lebih dekat ke arah Lalisa. "Lo aja, Bil. Lo nggak bakal dapet poin kalo nggak maju." "Lo aja," pinta Nabila pelan. Bu Sisca yang ternyata memperhatikan gerak-gerik Nabila dan Lalisa sedari tadi merasa bingung, biasanya Nabila adalah siswi yang paling aktif di bidang Matematika pelajarannya, tapi hari ini gadis itu sedikit berbeda. "Nabila?" Nabila spontan menegakkan tubuhnya, "iya, Bu?" "Kamu maju nomor lima, ya." Nabila tidak punya alasan untuk menolak perintah guru. Sejak sampai disekolah, sebenarnya Nabila sudah merasa tidak enak badan, gadis ini terlalu memikirkan perkataan Ayahnya tadi pagi, berusaha keras mencari solusi namun malah membuatnya sakit kepala. Awalnya Nabila tidak mau percaya, karena Ayah tidak pernah ikut campur dalam masalah sosialnya, Ayah tidak pernah melarangnya untuk berteman dengan siapapun karena Ayah begitu percaya dengan Nabila, tapi kenapa masalah Raka harus seperti ini? Dengan langkah berat Nabila mulai maju kedepan, Lalisa sampai membantunya karena berat badannya sempat tidak seimbang, membuat Nabila hampir saja terjerembab jika Lalisa tidak memeganginya. "Lo sakit tah, Nab?" tanya Lalisa khawatir. Nabila menggeleng pelan, "enggak, udah, gue mau maju dulu." Raka selalu memperhatikan gerak-gerik gadis itu, sejak dia bangun dari tidurnya tiga puluh menit yang lalu, Raka tidak bisa lagi fokus ke pelajaran karena Nabila mengambil semua perhatiannya. Raka merasa aneh melihat Nabila selemas itu, biasanya gadis itu aktif disemua mata pelajaran terutama Matematika, tapi sekarang? Untuk maju mengerjakan soal saja jalannya seperti orang linglung. "Kayaknya Nabila sakit deh." "Duh, dia malah maksa maju lagi." "Kalo pingsan kayak mana?" Suara bisik-bisik temannya di kursi depan membuat Raka perlahan dilanda rasa khawatir, tapi dia masih saja diam di tempat duduknya seraya memperhatikan Nabila yang mulai menulis di papan tulis. "Tiga." Raka berucap seraya bangkit dari kursinya, pergerakannya mengundang tatapan aneh dari teman-temannya tapi Raka tidak memperdulikan itu. "Dua." Raka mulai berjalan kedepan kelas, Bu Sisca yang baru sadar langsung memanggilnya. "Raka? Kamu mau ngapain?" Mendengar nama Raka disebut Nabila langsung berbalik, laki-laki itu sudah ada dihadapannya dengan senyum tipis. Mendadak kepalanya semakin pening, Nabila bahkan sampai terhuyung dan hampir jatuh, untung Raka dengan sigap memegangi lengannya. "Satu." Nabila pingsan dalam pelukan Raka. ### Tuk! "Aduh!" Nabila mengusap keningnya yang baru saja terkena sentilan Raka. Dia baru saja sadar dari pingsannya, belum sempat membuka mata, tapi Raka lebih dulu menyakiti keningnya. Keterlaluan. "Nakal." Nabila mengernyit, tapi Raka kembali melanjutkan kalimatnya. "Nana nakal, udah berani bikin Raka khawatir," ucapnya sebal. "Kalo emang sakit itu jangan dipaksa maju kedepan, emangnya Nana itu Strong Woman Do Bong Soon apa? Nana nggak sekuat itu, tau!" "Gue nggak apa-apa, Ka." Nabila bangkit dari posisi tidurnya menjadi duduk. "Nggak apa-apa gimana? Nggak sarapan tadi pagi sampe kena magh, terus banyak fikiran sampe pusing, itu Nana bilang nggak apa-apa?" Kok Raka cerewet sih? "Nana mikirin apa sih sampe banyak fikiran kayak gitu? Kalo mikirin sesuatu yang nggak penting, Raka mau marah aja sama Nana, bodo Raka kesel lihat Nana sakit! Tapi kalo dari sekian banyak fikiran itu salah satunya ada Raka, nggak apa-apa, Raka nggak jadi marah." Nabila sontak tertawa mendengarnya. "Jangan ketawa!" sela Raka. "Lah, kenapa?" "Nanti Raka yang pingsan kalo denger Nana ketawa." Raka beranjak menuju meja UKS, mengambil satu piring nasi uduk yang tadi dibelinya ketika Nabila masih pingsan. Raka tau kalau Nabila belum sarapan itu karena suster penjaga UKS tadi yang bilang. Padahal Nabila berangkat pagi hari ini, tapi kenapa dia nggak sempat sarapan? Raka tidak mau bertanya, yang penting Nabila sembuh sekarang. "Makan ya," Raka menyodorkan nasi uduk itu kepada Nabila yang langsung diterimanya dengan senang hati. "Makasih." Nabila tersenyum dan langsung memakannya. Raka memilih untuk memperhatikan Nabila tanpa banyak bicara lagi, pengaruh gadis ini untuknya begitu luar biasa. Padahal dulu, hanya ada beberapa kejadian kecil yang terjadi di antara mereka, tapi bagi Raka kejadian itu sungguh luar biasa. Raka menyukai Nabila, karena Nabila adalah Nabila. Bukan karena dia mirip orang lain, atau karena sifatnya mirip dengan seseorang. Tapi karena Nabila menjadi dirinya sendiri. Awalnya memang sebatas rasa kagum, lalu menjadi suka, tapi setelah melihat bagaimana Nabila yang sebenarnya, Raka langsung jatuh cinta. Dengan sigap Raka mengambil air minum ketika Nabila batuk, "pelan-pelan aja makannya," tutur Raka pelan seraya menepuk-nepuk punggung Nabila pelan. "Lo ngelihatin gue terus, Ka. Guenya jadi keselek." Raka mengangkat bahu tak perduli, mau gadis itu protes karena Raka memandanginya, Raka tidak perduli, karena melihat Nabila sudah menjadi candu untuk Raka. "Sini Raka suapin." Raka ingin mengambil alih piring dari tangan Nabila, tapi gadis itu malah menjauhkannya. "Gue makan sendiri aja." Tolak Nabila halus. "Nana?" panggil Raka. Nabila mendongak dan berdeham menjawab pertanyaan Raka, mulutnya penuh jadi dia tidak bisa bicara. "Jangan sakit lagi, ya." Nabila tersenyum lalu mengangguk cepat, ucapan Raka serta tatapan mata laki-laki itu yang begitu tulus, entah mengapa membuat hati Nabila menghangat. Padahal selama ini Nabila selalu biasa saja jika Raka berperilaku manis kepadanya, tapi sekarang ada yang aneh dengan hatinya. "Misi." Raka berdecak sebal melihat kepala Lalisa yang menyembul dari balik pintu, "Ganggu aja sih kutu!" Lalisa masuk ke dalam UKS, lalu melemparkan jaket Raka yang dibawanya kewajah Raka, "kan lo yang ngechat gue minta bawain jaket! Nggak tau terima kasih bener emang!" "Kenapa ini?" "Ini artis i********:, gagal ngajak lo ikut nemenin dia buat photoshoot endorse, jadinya mau foto diUKS aja katanya," jelas Lalisa. Raka tadi memang mengiriminya pesan untuk membawakan jaket miliknya diatas meja Nabila. "Udah diem, fotoin gue cepet!" Raka memakai jaket itu, lalu menyerahkan ponselnya kepada Lalisa. "Kalo udah selesai fotoinnya, lo langsung pergi, ya," suruh Raka, sedangkan Lalisa langsung mendengus mendengarnya. Untuk barang-barang endorse yang masih ada dimobilnya, Raka bisa memfotonya nanti, dia ingin memposting jaket ini saja dulu. Lalisa mulai membidik, dia langsung berdecak kagum melihat hasil fotonya yang menurutnya bagus. "Gila! Berbakat jadi photografer kayaknya gue ini!" ujarnya bangga. "Bukan lo yang berbakat, tapi guenya aja yang emang bagus difoto," jawab Raka, dia mengambil ponselnya ditangan Lalisa, lalu mendorong gadis itu cepat keluar UKS. "Jahat banget ih─NABILA, CEPET SEMBUH! LALISA MAU MAKAN DULU YA DIKANTIN!" Pamit Lalisa, Nabila mengacungkan ibu jarinya diudara. "Ka?" panggil Nabila, dia penasaran dengan hasil bidikan Lalisa. "Sabar." Nabila memperhatikan Raka yang sibuk mengetikkan sesuatu diponselnya, sepertinya sudah selesai karena Raka sekarang tersenyum lebar lalu mengarahkan layar ponselnya kearah Nabila. Lagi, rasa hangat itu menjalar dihati Nabila melihat beranda i********: paling atas, ada foto Raka disana yang diambil Lalisa menggunakan kamera ponsel, tapi bukan foto itu yang menjadi fokus Nabila, melainkan caption yang tertera disana.   raka.bgskra [photo] ♡765 likes raka.bgskra getwellsoon buat yang tadi tidur pake jaket ini, jangan sakit lagi, jangan bikin aku khawatir❤ Jaketnya nyaman dipake buat tidur sama dia, iyalah, orang gue belinya di @jaket.id
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN