Selama perjalanan pulang dan sampai di kediaman Pranata semalam, gue ga bertanya apapun tentang si Habib baik ke Hana ataupun ke Bang Dirga. Kalau saat di café Hana kelihatan baik-baik aja, begitu masuk ke mobil mood-nya langsung berubah, berasa dingin aja gitu, dan mendengus terus seolah menahan kekesalannya. Entah kesal sama gue, sama bang Dirga, sama Habib, atau sama yang lain. Gue sih ingat kata-kata Ayah aja, “cewek kalau lagi marah jangan ditanya kenapa. Nanti kita yang dibilang ga pengertian. Diam aja, tunggu dia cerita. Usap kepalanya, genggam tangannya. Cukup begitu aja.” “Pa, Ma, ga ada keluarga yang nginap di sini?” tanya gue di tengah-tengah sarapan kami. Ngga seperti hari biasanya, pagi ini kami sarapan di ruang tengah. “Oh, nanti pada langsung ke lokasi. Kan yang mau nikah