EDO Begitu pintu kamar hotel terbuka, gue melangkah cepat menuju kamar mandi. Menurunkan dan mendudukkan Hana tepat di depan pintu, lalu mengatur suhu air dan mengisi bathtub. Begitu terasa cukup hangat, dan bathtub sudah cukup penuh, gue membantu Hana berdiri, menuntunnya masuk ke dalam air. Jujur, gue panik, tapi ga tau harus melakukan apa. Gue sempat berpikir untuk ngubungin Bang Irgi. Tapi dengan kondisi badai di luar sana, ga mungkin juga kan Bang Irgi ke sini? Apalagi dengan kondiri kami berdua di kamar hotel. “Edo, mau masuk?” tanya Hana dengan giginya yang masih gemeletuk. Bibirnya sudah mulai memerah, tak seperti tadi yang sampai membiru. “Ga usah, Hana aja,” jawab gue seraya mengusap lembut puncak kepalanya, menyisipkan rambut yang menutupi wajahnya ke balik telinga. “Edo kel