Hari ini adalah kencan terakhir kami di hari Sabtu sebelum esok petang Edo bertolak ke Singapura. Sejak semalam kedua mataku begitu enggan memejam, berulang kali membaca jurnal kasih kami berdua. Di awal kisah kami, aku dan Edo membeli sebuah sketch book. Dan setiap hari Sabtu datang, kami akan mengisinya bergantian, menarasikan semua hal yang tak mampu kami ungkapkan langsung ataupun sekedar melukis bersama dalam satu lembar kertas. Akulah pemilik ide ini karena tak ada satu ingatan pun tentangnya yang ingin aku lupakan. Bahkan ia masih di sini dan aku sudah merindukannya. Edo sungguh bukan pria yang sempurna. Kekurangannya begitu banyak. Tetapi yang luar biasa darinya adalah, kelebihannya seolah menutup semua retak di karakternya. Contohnya saja, jika makan bersamanya, pasti ada saja y