Dua minggu kemudian. Hari ini tepat setahun aku tak lagi menjadi kekasihnya. Aku masih menyimpan emailnya kala itu. Aku benar-benar tak paham kenapa ia tiba-tiba saja memutuskan hubungan kami. Kupikir, akan ada saatnya ia pulang dan menjelaskan. Namun kini sudah 365 hari berlalu begitu saja, dan tak ada untaian kata sedikitpun mengapa ia tak lagi menginginkanku. Aku memandang sedih pasangan di atas pelaminan. Bukan karena aku tak menginginkan pernikahan mereka, namun karena aku iri. Andai semuanya berjalan lancar, andai dulu aku bersabar, andai aku percaya jika ia selalu mencintaiku, mungkin tahun lalu aku sudah mendahului kedua sahabatku menjadi pengantin di depan sana. “Na, ada yang mau aku omongin. Pulang kerja kita makan malam bareng ya?” Kupikir prasangka Edo benar adanya. Aku