Begitu tenang, aku berpindah, duduk tepat di sampingnya. Edo memutar tubuh hingga kini posisi duduknya tegak lurus denganku. Ia menarikku kembali ke dalam pelukannya. “Edo ga ingat Hana datang.” Aku mengangguk lesu. Paham apa yang ia maksud. Ketiga sahabatnya sudah menjelaskan padaku. Air mataku kembali menetes. “Sekitar seminggu setelah keluar dari perawatan pertama, Edo masuk rumah sakit lagi, Na. Infeksi sekunder. Flu gitu. Cuma karena imun Edo lemah banget, Edo malah nyaris mati lagi.” Aku melingkarkan kedua tanganku di tubuhnya, memeluknya erat. Tangannya mengusap lembut punggungku. “Sekitar dua minggu di rumah sakit, Edo ga kuat, Na. Mau gila rasanya. Edo ngotot minta pulang ke Bandung. Malah waktu itu kepikir mau resign aja, mau berobat di sini, ditemenin Hana.” Aku masi