"Saat ini yang bisa membantu Edo adalah kestabilan emosinya, Dek. Sebagai Abang, gue paham perasaan lo, gue mengerti lo kepingin ada di samping Edo. Tapi sebagai seorang Dokter, gue akan sangat menyarankan lo berpikir ulang tentang skenario tiba-tiba muncul di sana. It’s ok lo datang, tapi lihat kondisi ya, Dek. Andai kehadiran lo ngebuat emosinya jadi ga stabil, better lo yang menahan diri.” Kata-kata Bang Irgi terus saja berputar di benakku, membuatku berhenti melangkah ke tempat Edo berada dan justru terdiam di taman ini. “Na?” tegur Hasan dari balik punggungku. Ical pun ada bersamanya. Aku hanya mengangguk, tak menjawab sapaan dengan lisanku. “Udah lama?” tanya Hasan kemudian. Aku masih tak berani menjawab. Ical mengulurkan sebatang es krim untukku dan Hasan. Aku menerimanya,