“Apa ada perubahan yang signifikan?” “Kepribadiannya maksud Akang?” “Hmm.” “Ga ekspresif aja jadinya, Kang. Diam terus.” “Sejak kapan?” “Sebelum kejadian Edo pingsan di kantor, sekitar sebulan belakangan jadi gampang marah, gampang tersinggung.” “Setelah mulai pengobatan, masih sama?” “Ga tau abdi, Kang. Apa karena hatinya udah kebas, capek dengan semua ujian hidupnya, atau efek sakit ini, yang jelas malah jadi kayak ga ekspresif kitu Kang. Banyak bengongnya.” Percakapan kami di taman tadi masih terus berputar di benak gue. Setiap kali ada pasien meningitis yang dirawat di rumah sakit, dokter jantung pasti dilibatkan, jadi gue tau pasti obat yang Edo konsumsi jauh dari kata aman. Resikonya terlalu tinggi. “Kenapa Edo bisa minta persetujuan DNR?” “Akang belum tau?” “Ta