“Pudingnya enak, kan? Dila bikin ini khusus buat kamu.” Tante Shila tersenyum lebar ketika aku menyendok lagi dan lagi puding labu yang beliau bawakan. Puding itu dari Kak Dila. Dia titip lewat Tante Shila karena belum sempat menjengukku. “Enak banget, Tante. Nanti minta tolong sampaikan ke Kak Dila. Terima kasih banyak.” “Iya, pasti.” Kak Dila membawakan puding labu dua kotak berukuran sedang. Harusnya itu cukup sampai besok kalau tidak basi. Tapi sepertinya malam ini saja sudah akan habis aku makan. “Sekarang kamu udah baik-baik aja, kan, Anna? Atau masih ada sakit yang sebelah mana?” suara lembut Tante Shila entah kenapa justru membuatku ingin menangis. Beliau yang teramat baik seperti ini membuatku tak tahu malu. Bagaimana tidak, mendadak aku kembali mendambakan beliau jadi Ibu