56. Lamaran yang Terlambat

2853 Kata

“Mas Al ... aku minta maaf.” Mungkin ini sudah kesepuluh kalinya aku mengucapkan hal yang sama. Aku minta maaf, lagi dan lagi. Aku mengaku salah meski dalam konteks di sini aku justru sedang ‘menyelamatkan’ diri. Mas Al kini duduk di kursi sembari memijit pangkal hidungnya. Dia tadi kesakitan cukup lama, membuatku merasa sangat bersalah. “Katamu masih lemas, tapi tenagamu tadi—“ Mas Al menatapku tajam, lalu dia menghela napas panjang. “Kuat banget, An!” “Ya habisnya!” Sebetulnya bukan karena tenagaku yang kuat, tetapi memang bagian yang kutendang saja yang sangat sensitif. “Ya sudahlah. Lupakan!” Ketika Mas Al hendak ke sofa, aku menahan tangannya. “Apa lagi? Mau melukaiku lagi?” “Tadi pertanyaanku belum dijawab.” “Yang mana?” “Mas tadi nyebut diri sendiri suami. Memangnya

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN