Pukul enam pagi, setelah menghabiskan satu botol infus dan memastikan kondisinya sudah membaik, Isyana dan Albi memutuskan untuk pulang. Dengan memangku kantong plastik berukuran sedang berisi banyak obat-obatan. Isyana menatap jengah. Seperti mengulang kejadian lampau, dimana setiap harinya ia harus mengkonsumsi obat. Hanya beda jenis obat dan jenis sakitnya, tapi sama-sama menyiksa. “Kamu mengalami gejala lambung akut, jika dibiarkan akan bertambah parah.” Bahkan sebelum Albi menjelaskan penyakit yang dideritanya, Isyana sudah tahu. “Minum obat tepat waktu, makan teratur dan Istirahat yang cukup. Jangan terlalu capek, selain itu stress juga sangat mempengaruhi.” Isyana tahu larangan yang tidak boleh dilakukannya, bahkan selama ini ia sudah berusaha mengontrol diri dengan mener

