"Sampai kapan sampai rumah, ih, sial banget mana gak ada satu pun taksi!" gerutu Adila seraya duduk di pojokan pinggir batu dipenuhi oleh tanaman. Dia sembari memukul dan memijat kedua pahanya yang terasa pegal, sudah berlama dirinya berjalan. Tak lama kemudian beberapa orang preman yang sedang berkeliaran di sekitar jalan. Tidak sengaja melihat Adila sedang duduk memijat kakinya. "Hai, Dek! Mau Abang bantu pijatin, gak?" sapa preman gondrong. Adila menoleh dan menolak dengan gelengan kepalanya. Adila berdiri dari duduknya, tetapi malah di kelilingi oleh preman-preman yang berbau alkohol apalagi bau ketiak. "Jangan malu-malu, Dek. Abang pijatnya enak loh," ucap preman itu lagi. Yang lain mah ikut doang sambil cengar-cengir, Adila dengan cara apa pun tetap menghindar, tapi setiap

